Part 18 : Ups

1.9K 84 10
                                    

~~~~~

Aly masih Setia berada di tempat tidurnya padahal jam sudah menunjukan pukul 7 pagi. Sejak pulang dari Lombok Aly mengambil cuti 3 hari. Atha membuka pintu kamar Aly perlahan dan tersenyum melihat kakaknya yang terlihat lelah, lalu menutup pintu kamar itu secara perlahan.

Atha pov

"Aly masih tidur?" tanya Om iyas yang sedang berada di ujung tangga dan melihatku menutup pintu kamar kak Aly.

"Masih, keliatan banget capenya" ujarku sambil mendekati kamar milikku.

"Ya udah, kalo gitu om berangkat kerja dulu ya. Nanti om balik lagi kesini buat bantuin Aly, jadi pintu depan gak usah dikunci" aku hanya mengangguk-angguk sambil melihat Om Iyas dari lantai 2. "Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" jawabku sambil berjalan kearah kamarku dan mengambil laptop serta beberapa buku untuk mengerjakan skripsiku.

Setelah sampai dibawah aku menaruh buku dan laptopku di meja di ruang santai, dan kedapur untuk mengambil cemilan dan air minum.

"Gak ada ciki? Ya sudah lah aku masak makaron aja" monolog ku sambil mengambil makaron di bufet makanan.

5 menit aku membuat makaron dan kembali ke ruang santai. Aku terkejut dengan buku ku yang berserakan di lantai. Mangkuk makaron dan minuman yang kubawa ku taruh di meja makan terlebih dahulu,  dan mengambil buku yang terjatuh serta menaruhnya kembali di meja.

Prang

Gelas yang kutaruh di atas meja makan terjatuh dengan sendirinya tanpa ada yang menyentuhnya.

"Siapa? Kak Aly?" tak ada sahutan "Keluar jangan hanya mengganggu dengan cara murahan seperti ini" seruku. Tak ada yang datang ataupun menyahuti seruanku. Akhirnya aku mengumuti pecahan gelas yang berhamburan di lantai meja makan.

Saat aku keluar dari bawah meja makan, aku seperti merasakan ada yang meniup tengkukku, tetapi aku hiraukan. Semakin aku hiraukan tiupannya makin terasa besar dan dingin. Akhirnya aku menyerah dan berbalik, namun tak ada apa-apa di belakangku. Saat aku berbalik lagi kearah meja makan, aku langsung terkejut bukan main sampai-sampai terjatuh, sehingga pecahan kaca yang tadi aku pumut kembali berserakan. Keringat dingin mulai mengngucur dari dahiku, tenggorokanku seperti tercekat dan lidahku kelu untuk berteriak.

Di hadapanku berdiri sesosok perempuan, dengan wajahnya sudah berbentuk tengkorak, hanya satu matanya saja yang masih utuh. Benar-benar menakutkan. Rambutnya dikepang satu. Dia mulai mendekat, aku seperti membeku. Terdengar gumaman tidak jelas. Bukan bahasa Indonesia ataupun bahasa yang ku kenal. Semakin dekat semakin terdengar gumamannya yang tidak jelas. Saat posisi kami hanya tinggal 1 langkah lagi, tiba-tiba aku bisa merasakan tubuhku dan langsung berlari kearah pintu menjauhi perempuan itu. Pintu sudah terbuka, tapi kakiku seperti ada yang memegangnya dan aku melihat suatu bungkusan putih di dekat pot tanaman dekat pintu.

'Apa itu?' tanganku berusaha meraih bungkusan itu, namun ternyata energi makhluk itu lebih besar daripada aku. Aku terus berusaha meraih bungkusan itu, dan berhasil. Sebuah vision seperti muncul di dalam kepalaku.

"Ndok, kesugengan saking bantala badhe kondur dhateng bantala, grama badhe kondur dados grama, mekatena abu ingkang badhe kondur dados abu"  seorang kakek dengan wajah yang sudah dipenuhi keriput tersenyum kearahku dengan hangat dan lembut. "Enget ampun pisan-pisan ngalimenganaken margi ingkang lurus ugi!" lanjut kakek itu saat tiba-tiba vision itu mulai menghilang.

"Apa mungkin tadi mantra?" gumamku sebelum akhirnya kakiku ditarik kembali kedalam, "akhh" tanganku terluka karena pecahan kaca yang berhamburan, aku memegang bungkusan tadi dengan tanganku yang sedang terluka "kesugengan saking bantala badhe kondur dhateng bantala,grama badhe kondur dados grama,mekatena abu ingkang badhe kondur dados abu!" seruku tapi tidak ada yang terjadi, namun beberapa detik kemudian aku melihat darahku melayang ke atas dan melihat, "Arya!".

My Love Is Kapten Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang