Part 29 : Bisa Ular

1K 54 3
                                    

~~~~~

Tap!

Aly yang baru sampai di Palu benar-benar syok melihat keadaan kota yang sudah berantakan. Mereka di jemput jeep tentara bersama dengan tim medis dari Jawa Barat.

"Oke, aku ingin menangis" gumam Iza yang menutup mulutnya dengan salah satu tangannya.

"Tahan tangismu itu. Kita harus men..." ujar Aly yang berusaha menenangkan timnya terpotong karena mendengar HT milik tentara yang mengantar mereka.

"Ada daerah yang kekurangan medis, ganti" suara ht itu membuat Aly terdiam dan menatap teman-temannya.

"Kalian sudah dengar bukan?. Jadi medis mana yang mau ke daerah itu?" tanya tentara itu dengan tatapan tajam.

Lagi-lagi Aly menatap teman-temannya. Arif dan Ayda mengangguk mantap setelah tau arti tatapan Aly itu, "Kami tim medis dari Purwokerto yang akan kesana".

Setelah sampai di tujuan itu Aly menatap sekitar dengan tatapan sendu. Tempat itu benar-benar berantakan. Di depannya hanya ada puing-puing sisa bangunan yang terbawa ombak.

"Baiklah, aku sudah menangis sekarang" gumam Iza yang menutup matanya yang sudah berlinang itu dengan lengan kanannya.

"Berhenti menangis, tugas kita banyak. Dengar kita punya 3 warna pita sebagai penunjuk keadaan pasie. Ingat ini, pita biru untuk pasien yang mengalami luka ringan dan keadaan yang mulai membaik, merah untuk keadaan darurat dan pasien kritis, dan terakhir hitam untuk...yamg sudah tiada" jelas Aly sambil memberikan tas kecil berisikan pita berwarna tadi.

Langit menghampiri Aly dan timnya dengan membawa kardus berisikan ht, "Dokter, gunakan ini untuk berkomunikasi. Saluran 1 untuk tim tentara, 3 untuk medis, 5 untuk sar dan relawan, terakhir 6 untuk umum" ujar Langit sambil membagi ht dari dalam kardus.

Aly menerima ht itu, "baik, terimakasih" celetuk Aly dan setelah membagi ht itu Langit pergi membagi ht kepada medis lain, " Sekarang, semuanya. Menyebar" lanjut Aly memberi titah pada timnya dan langsung di patuhi mereka.

Aly mulai melihat sekeliling, "Dokter Aly, senang bisa bertemu denganmu lagi" sentak seorang wanita dari arah belakang Aly.

"Dokter Ekgita. Senang juga dapat melihatmu lagi. Bagaimana keadaan orang-orang disini?" tanya Aly pada dokter militer dengan rambut sebahu itu.

"Parah, bahkan untuk tenda darurat dan tenda pasien baru dibuat saat aku tiba" jelas Ekgita yang mengecek ransel berisi obat-obatan.

Alfi dan Iza sedang memasukkan obat-obatan ke dalam tas ransel khusus keadaan darurat masing-masing. Saat sedang akan memasukkan kotak berisikan suntikkan sebuah tangan memasukkannya terlebih dahulu ke dalam tasnya. Alfi mendongak melihat siapa yang sudah melakukannya.

"Aku merindukanmu" gumam orang itu sambil mengelus kepala Alfi pelan.

Alfi tersenyum dan menunduk malu, sedangkan Iza hanya menatap adegan itu dengan tatapan jijik, "owh please deh. Ada aku juga disini" seru Iza sambil menutup tas ranselnya.

Alfan tersenyum, namun tangannya masih menyentuh kepala Alfi, "ah, maaf"

"Huh! Beruntungnya kalian. Aku jamin sekarang Aly juga bahagia bisa bertemu kembali dengan pangeran penggantinya" kesal Iza yang berjalan menjauhi dua sejoli itu.

"Pangeran pengganti? Maksudnya?" Alfan heran dengan pernyataan Iza barusan.

"Aly dulu punya kekasih, tetapi kekasihnya itu meninggal karena melindungi dirinya" jelas Alfi singkat karena Alfan sudah paham dengan situasi Aly.

My Love Is Kapten Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang