Part 44 : Patner

432 28 0
                                    

~~~~~

24 Nov
07.00

Jakarta

"Pagi dokter" sapa Novi yang melihat Aly akan masuk kedalam rumah sakit.

"Novi, baru selesai?" tanya Aly yang sedikit kerepotan karena membawa tas cukup besar.

"Iya"

Seseorang mengambil tas yang lumayan besar itu dari tangan Aly, "Anda selalu merepotkan diri sendiri ya Dokter" ujar seorang pria.

"Ah aku lupa jika bersama dirimu" Novi menatap pria itu dengan bingung. Aly yang melihat kebingungan itu hanya tersenyum geli karena pikiran Novi, "aku nggak selingkuh kok" celetuk Aly dan pria bersamanya tadi hanya merespon dengan mendelik terkejut begitu juga Novi yang terlihat terkejut, "ya sudah aku pergi dulu, bye" pamit Aly yang menarik tangan pria itu.

"Anda keterlaluan" celetuk pria itu.

"Salah ya, lagian dia terlihat kebingungan. Oh iya, kau punya pacar, Afrizal?"

Afrizal terdiam cukup lama, "saya punya, tapi saya ditinggalkan karena saat itu saya belum diangkat" jelas Afrizal dengan nada yang sedih namun dia tetap tersenyum, "tapi biarlah, terkadang sebuah janji bisa menjadi sebuah omong kosong belaka, dan nantinya semua itu berakhir dengan sebuah kebohongan" ujarnya yang tersenyum tipis.

"Sabar ya bos, suatu hari nanti juga pasti akan ada yang datang dengan serius" ujar Aly yang memberi semangat pada Afrizal, namun sedetik kemudian Aly menarik lengan atas Afrizal untuk berhenti.

"Ada apa dok?" Afrizal mengikuti arah pandang Aly yang sedang melihat seorang ibu-ibu yang seperti sedang memohon pada seorang dokter pria dan terdapat 2 orang lainnya yang juga memakai jas dokter.

Aly memiringkan kepalanya ke kanan sambil menyerit bingung, "ada yang gak beres" Aly menarik tubuh Afrizal ke arah orang-orang itu.

"Kumohon dok hiks saya belum ada biaya hiks tapi hiks saya mohon selamatkan anak saya dulu" ibu itu menangis makin histeris.

"Maaf bu tapi ini sudah protokol rumah sakit, ibu harus membayar dp dulu baru kami bisa mengoperasi anak ibu" jelas dokter itu dengan tegas.

"Tapi dok..." ibu itu menarik jas dokter pria itu.

"Hey!" seru dokter itu yang menggema di loby rumah sakit, "beraninya kau!" dokter itu mendorong ibu itu sampai terjungkal dan terjatuh.

Aly membantu ibu itu untuk berdiri sedangkan Afrizal berdiri di belakang Aly, "sikap anda barusan tidak mencerminkan seorang dokter" celetuk Afrizal yang ikut membantu ibu itu.

"Dia itu memang pantas menerimanya!" kesal dokter itu sambil membersihkan bagian jasnya yang tadi di sentuh oleh ibu itu.

"Siapa nama anda?" tanya Aly yang masih memegang bahu ibu itu. Namun, tak ada jawaban dari dokter itu membuat Aly melihat nametagnya tapi nametag dokter itu di balik dan akhirnya Aly membaca pikiran dokter itu, "Dokter spesialis bedah saraf, Dokter Rinto, benar?"

Dokter itu menaikan salah satu alisnya, "bagaimana kau tahu. Ah itu tidak penting, yang terpenting kau siapa?" tanya balik dokter itu dengan suara yang lumayan tinggi.

My Love Is Kapten Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang