Part 42 : Penyekapan

554 40 4
                                    

~~~~~

Jakarta 07.00

Asrama Tentara

Tyno pov.

Pagi ini perasaan ku merasa benar-benar tidak enak. Sesuatu yang tak terduga akan terjadi. Ini mengingat kembali kenangan lama saat kepergian Zakra dan Fina. Akh sialan kenapa perasaan tidak enak ini kenapa harus muncul lagi sih. Aku berusaha merilekskan otot dan pikiranku. Tiba-tiba bayangan Lysa terluka di Donggala menghantuiku, "shit!" umpatku kembali terbangun dari duduk ku.

"Kapten bolak-balik mulu, gak pusing?" tanya Afrizal yang berada di depanku.

Ya ini sebenarnya kebiasaan kami jika berada di asrama, Afrizal dan Alfan akan ke kamar asrama ku dan meminta makanan. Kebiasaan buruk, tapi sekarang hanya Afrizal yang mengganggu ku.

"Aku tiba-tiba khawatir dengan Alysa. Perasaanku tidak enak"

"Telfon" ucapnya yang langsung aku setujui dengan mengeluarkan handphone ku.

Suara dering menyambungkan terus malah membuatku makin cemas.

"Hallo Assalamualaikum"

Aku menghela nafas lega saat mendengar suaranya, "waalaikumsalam, pagi kuntilanak hijau"

"Pagi-pagi jangan buat orang kesal ya"

Hobby ku memang bertambah, "okeh okeh jangan kesal, kau dirumah?"

"Tidak, aku sekarang sedang berada di tempat parkir mobil"

"Dimana?"

"Rumah sakit yang akan menjadi tempat ku bekerja. Kenapa? Kau terdengar panik" ,beruntungnya aku mendapatkan pacar yang begini.

"Kau baik-baik saja kan?" ujarku to the point.

Suara tawa renyah terdengar di pendengaranku, "kau ini kenapa? Tiba-tiba mencemaskan ku" aku hanya dapat terdiam, "aku tidak apa-apa, selamat sehat wal'afiat" ucapnya yang sedikit dibuat-buat, dan ucapannya itu berhasil membuat senyuman terukir di wajah ini.

Ah dia benar-benar membawa diriku yang lama kembali. Aku tak ingin kehilangannya, aku ingin selalu bersamanya, tersenyum bersamanya. Aku memijit pangkal hidungku sambil tertawa kecil, "aku memiliki suatu rencana"

"Apa itu?"

"Aku akan menemui ayah, dan membuatnya menerima mu" ucapku yang terdengar begitu menyakinkan.

"Wah wah kau terdengar sangat ambisius Setan Lombok" ucapnya yang diikuti dengan tawa renyah disana.

"Aku serius, kali ini aku akan membuatnya terdiam dan aku yang akan menang" perkataan ku memang kejam bukan.

"Yayaya aku percaya kau akan melakukan hal gila lagi"

"Tapi sebelum bertemu dengannya kita harus perbaiki panggilan kita" ujarku yang duduk di bangku depan Afrizal.

"Hm Setan Lombok sudah cukup untuk ku" ledeknya benar-benar membuat perasaan tidak enak itu perlahan hilang. Saat aku ingin protes dia memotongnya terlebih dahulu, "i think i have idea"

My Love Is Kapten Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang