Part 35 : Senyuman

854 41 7
                                    

~~~~~

Aly pov.

Aku melihat Arif yang masih pingsan di tenda darurat. Sekarang hari mulai menjelang pagi, pukul 03.00. Ranjang kami bersebelahan, dia berada di sebelah kiriku, tapi aku sudah sadar duluan dibanding dia. Aku melihat ranjang sebelah kananku yang kosong dengan tatapan kosong pula.

"Kakak kenapa?" Atha datang mengelus kepalaku pelan sehingga membuatku sedikit terkejut, "mikirin kak Tyno?" dugaannya memang benar tapi bukan hanya itu saja yang ku pikirkan.

Aku mengangguk pelan sebagai jawaban, "sejak dia sadar, aku belum melihatnya. Masih ada yang sakit?" tanyanya yang melihat luka dikaki ku.

"Tha" panggilku pelan, dia menatapku polos, "kamu kenapa bisa disini?" akhirnya pertanyaan ini ku keluarkan.

Aku melihat dia yang hanya menatap arah lain tanpa melihat mataku atau arahku. Dia takut kubaca pikirannya ya, "aku sedang malas membaca pikiranmu, tapi liat saja aku akan tau nanti" ujarku yang kesal akhirnya berusaha menidurkan tubuh dan mataku dengan membelakangi dirinya.

"Aku hanya khawatir" gumamnya yang masih bisa aku dengar. Dia mengelus kepalaku pelan dan ku dengar langkahnya yang meninggalkan tempatku sekarang.

Aku kembali ke posisi duduk dan melihat luka pada kaki kanan ku, 'apa dia masih merasa bersalah?' tanya ku dalam hati. Aku mengambil kruk yang berada di sebelah kanan ranjangku. Tapi sebelum aku pergi dari tenda aku sempat mengecek keadaan Arif terlebih dahulu. Setelah itu aku berjalan pelan keluar dari tenda darurat.

Aly pov end.

~~~~~

Miko pov

Aku baru saja keluar dari tenda ICU tempat dimana Ekgita dirawat dan tidak sengaja penglihatanku menangkap seorang gadis berjalan pelan menjauhi tenda pengungsian.

"Aku titip Lysa sampai aku kembali" perkataan Tyno terputar otomatis di dalam kepala saat aku tahu siapa gadis itu. "Gah bisa-bisanya aku kepikiran" ucapku yang memijit pangkal hidungku, "tapi..." akhirnya aku menyerah dan mendekati gadis itu, yap dokter Alysa lah gadis itu.

Aku melihat dirinya berhenti di dekat jalan besar. Aku mendekatinya dan melihat mata emeraldnya yang kosong bahkan terlihat seperti lampu redup.

"Dokter" panggilku pelan tapi malah membuatnya terkejut. Dia sepertinya benar-benar kacau.

"Oh kapten Miko, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya lirih.

Aku tersenyum tipis dan duduk di salah satu batu besar disana menatap kasian dokter kecil ini, "harusnya saya yang bertanya seperti itu" celetukku yang membuatnya tersenyum kecut, "Anda bisa bercerita jika anda mau" tawarku padanya dan lagi-lagi dia bergeming dan berkelut dengan pikirannya.

Dia duduk di batu sebrang tempatku duduk, "apa aku bisa mempercayai dirimu?" tanyanya curiga.

Aku tersenyum "silakan. Jika rahasia ini bocor anda bisa melaporkannya ke komandan Jambi"

"Apa dia selalu begitu?" tanyanya lirih sambil menunduk dalam.

Aku paham 'dia' yang dimaksudnya siapa, "begitulah, saat kami pertama bertemu dia, aku juga bingung dengan sikapnya yang sangat...aneh" jelasku sambil tertawa kecil mengingat pertemuan ku dengan Tyno yang bisa dibilang ekstrem.

My Love Is Kapten Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang