interlude ; 𝒎𝒐𝒓𝒕𝒖𝒖𝒔 𝒆𝒔𝒕

59.8K 3.8K 138
                                    

(n.) mati.

Kehidupan yang sebenarnya itu, seperti apa?

Renjun ingin tahu, karena batinnya selalu tertampik realita setiap saat. Sebut ia melankolis, namun, memang begitu yang ia rasakan sekarang. Menyayat hati tanpa henti - hentinya.

Kepingan memorinya hancur, bertolak belakang dengan impian indah yang ia dambakan seumur hidupnya.

Yang dirinya tahu hanyalah bahwa raga terasa hidup tapi jiwa serasa dicabut itu begitu menyiksa batin dan jiwanya yang rapuh. Ia sendirian—tanpa mengerti arti ditinggalkan; mempesona namun rapuh layaknya kaca.

Renjun tidak mengerti, mengapa dirinya
terjebak dalam dua enigma besar—yang hampir mengubah separuh jiwanya yang redup untuk menjadi lebih redup. Menimpa kanvas putih menjadi hitam seutuhnya. Menoreh luka diatas batinnya.

Dua enigma yang bertabrakan, terikat kuat tanpa tahu cara melepas. Mereka semua memiliki tali tak kasatmata—mengikat dari satu jari ke jari lainnya, menautkan hati yang hitam dengan yang putih.

“Kamu adalah hak milik kami, hidup diatas kendali kami, dan mati dibawah moncong senapan milik kami.”

“Aku tidak akan sudi hidup dan mati diantara orang yang membunuh kedua orang tuaku!”

INTERFECTOREM.
© RE0NJWIN, 2O2O

interfectorem | norenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang