six ; dream or reality?

21K 2.6K 334
                                    

Pening.

Kepalanya terasa seperti dihantam truk, ia nampak seperti orang gila yang baru saja diculik.

"Dimana aku sekarang?" Si Huang itu memegangi tali penutup matanya, gelap dan buram. Ia tak mengerti keadaan diluar maupun didalam mobil itu, ia hanya merasakan tangannya berada di paha seseorang. Presepsi buruk mulai menghantui pikirannya.

"Di mobil, Angel. We're going home." Jaemin yang menjawabnya-serta usapan lembut pada punggung tangannya membuat sensasi merinding tersendiri demi si Huang. Kepalanya tiba - tiba kembali memikirkan tentang bagaimana si Na itu memasukkan obat kedalam mulutnya, bagaimana jari - jari panjang dan besar itu merogoh langsung pada pangkal tenggorokannya. Memasukkan obat itu tanpa adanya air mengalir. Gila, itu sakit sekali. Buktinya, tenggorokannya sakit hanya untuk sekedar menelan saliva.

"Kenapa aku harus ikut serta dalam pekerjaan aneh kalian ini?" Tanya Renjun sembari membenarkan posisi duduknya, kepalanya terasa amat berat, belum lagi ia tak bisa melihat apapun. Sebenarnya obat apa yang Jaemin berikan kepadanya? Rasanya setelah itu ia tak mengingat apapun lagi.

"Terkadang, hidup yang memilihmu. Bukan kau yang memilihnya, takdir memang kejam, Darl. But you can be more cruel, Angel." Jeno hanya terkekeh menanggapi perkataan Jaemin itu- menganggap perkataannya sebagai hal lucu. Itu lumrah sebenarnya, sementara Renjun merinding ngeri, ia merasa aneh dengan selera humor mereka; lebih ke arah sarkastik dan gelap.

"Cih, peduli apa aku-ah!" Renjun memekik kala tangannya ditarik, tubuhnya yang mungil itu dipaksa ambruk ke paha yang entah milik Jeno atau Jaemin. Karena pandangannya yang tertutup sekat seluruh inderanya yang lain menjadi lebih sensitif, termasuk kulitnya. Ia merasa tegang saat ada terpaan nafas hangat berhembus mengenai permukaan wajahnya yang sudah berhias peluh. "Kita juga tidak peduli, Darl. Siapa yang peduli kau akan bersimpati, huh? Kita hanya menginginkan seluruhmu."

Oh, ternyata dia ada di pangkuan Jaemin, rasanya begitu mengerikan mendengar suara berat itu yang entah mulutnya berjarak berapa senti dari wajahnya. Karena si Huang itu dapat merasakan bau mint dari mulut si Na. Tiba - tiba, ia merasa wajah itu semakin mendekat-kulitnya terasa lebih sensitif sekarang, punggung tangan kasar yang biasa merengkuh obat - obatan dan senjata itu mengusap - usap pipinya. This is dream or reality? Because i never feeling like this.

Setelahnya, ada sesuatu hangat dan basah menempel di bibirnya. Yang bersurai hitam membolakan matanya dibalik kain, surai pinkish itu tetap melanjutkan pekerjaannya dalam melumat bibir merah bagaikan cherry itu. Menghisap setiap incinya seakan tiada hari esok, Renjun ingin memberontak tapi Demi Tuhan-ia masih sayang nyawanya. Tidak ada yang tahu bukan tiba - tiba setelah memberontak dia dibunuh atau disuntik mati?

"Your lips is very soft. It taste like a honey-a jar full of honey, Darl." Jaemin mengusap bibirnya dengan gerakan sensual, melihat si manis kesusahan bernafas dengan wajah memerah adalah suguhan yang menyenangkan. Sekarang Renjun merasa sangat bersyukur pandangannya ditutup karena ia tak pernah bisa membayangkan wajah Jaemin ada diatasnya dengan ekspresi sensual dan menggoda-begitu mendominasi. Yang bermarga Na itu tak berbohong soal perkataannya-bibir itu benar - benar manis. Dari seluruh bibir yang pernah ia cumbu (bahkan milik Jeno sekalipun) bibir milik Renjun mengantarkan hantaran surga tersendiri baginya. Its feels like he can't distinguish between dream or reality.

"Curang sekali, aku hanya melihat sedangkan kalian making out seperti itu, huh?" Tawa Jeno meluncur melihat wajah mati kutu si manis. Sarat ketakutan nampak begitu jelas di wajahnya, ia tidak ingin diperkosa secara terang - terangan disini.

interfectorem | norenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang