twenty three ; yearning.

8.2K 957 71
                                    

Bagi Julia, Carl dan Arseno adalah noda membekas di kehidupannya.

Noda menyebalkan yang ia ingin lenyapkan hingga ke akar-akarnya.

Entah dimulai dari mana jikalau ia bisa bercerita, mungkin—ia bisa membuat satu buku penuh berisi tentang hal ini.

Yang ia setengah ingat, mulanya perusahaan milik Keluarga Lee sempat bersinggungan dengan perusahaan milik Ayahnya.

Itu terjadi lama sekali—tepat sebelum ia benar-benar mengenal dunia gelap tempat mereka bekerja, tepat sebelum ia mengerti bagaimana cara kerja mafia-mafia gila ini, tepat sebelum semuanya.

Ayahnya menjadi sering sakit-sakitan setelahnya. Julia tidak mengerti mulanya, tetapi ia mencari caranya sendiri waktu itu. Dimulai dari menyelinap ke ruang kerja Ayahnya diam-diam, meneliti beberapa berkas satu-satu, dan menganalisis segalanya—setelah mendengar perusahaan pesaing milik si Lee, ia jelas marah besar.

Ia melakukan segala cara untuk membantu saham keluarganya, melakukan tawaran kerjasama dengan siapa saja, dan perlahan-lahan bertekad menjatuhkan perusahaan mereka. Hingga akhirnya, ia bertemu dengan Agatha Huang.

Agatha waktu itu adalah seorang gadis yang nampak begitu lugu dan manis, siapa sangka—ada rencana-rencana busuk di otaknya untuk menghancurkan segala pesaingnya. Rencananya yang pertama adalah, menjalin aliansi dengan perusahaan itu.

Julia Kim jelas menentangnya saat itu. Yang benar saja—menjalin aliansi dengan musuhnya sendiri?! Itu benar-benar konyol! Tetapi setelahnya—wanita itu masih ingat ketika Agatha membisikkannya kalimat yang cukup membuat jantungnya berdegup kencang.

"Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah, berbaur menjadi satu. Setelah itu, hancurkan mereka perlahan-lahan dari dalam."

Wanita itu gila. Dan Julia tidak pernah menyesal untuk mengenalnya. Mereka berdua berbagi rencana, satu untuk merebut harta, dan satunya untuk menghancurkan musuh. Keduanya membentuk kerja sama yang bagus, menjadikan mereka berdua sulit ditandingi, seperti Carl dan Arseno pada saat itu. Semua rencana mereka tidak pernah gagal, seperti meracuni Carl—yang sebenarnya tidak bisa dibilang gagal karena target mereka adalah keduanya—, menghanguskan mansion milik si Lee, dan masih banyak lagi.

Karena rencana mereka merangkul sekaligus menghancurkan berjalan mulus, Julia tidak begitu ingin membuat langkah yang terburu-buru pada saat itu, hingga—

Carl Lee membunuh Ayahnya.

Hal yang paling Julia Kim sesali di dunia ini ada satu; tidak mengetahui diam-diam Ayahnya adalah seorang pecandu narkoba. Terlebih, tingkat candunya sudah mencapai level akut hingga sering berdelusi, menganggap hal-hal tidak nyata menjadi nyata. Pria tua itu sering sekali bersenang-senang mencari distributor obat-obatan terlarang untuk memenuhi kebutuhannya.

Dan gilanya lagi, distributor yang ia temui adalah orang yang paling ingin ia hancurkan berkeping-keping sejak dulu, Carl Lee.

Ia marah? Jelas. Ditambah dengan kematian Agatha saat itu, rencana yang ia susun untuk segala langkah menjadi hancur. Bagaimanapun juga, ia tidak ingin lagi menghancurkan mereka, ia ingin membunuhnya sekarang juga.

----

"Sialan!"

Julia menekan luka yang ada di lengannya, pandangannya sedikit berputar kala melihat sekitarnya. Ia harusnya tidak meremehkan kemampuan menembak milik Carl Lee, karena lelaki itu bisa menguasai sasaran jarak dekat dan jauh sekaligus secara akurat!

Julia lebih mahir dalam pertarungan jarak dekat, sedangkan Agatha adalah seorang sniper; tentu saja ia mahir dalam pertarungan jarak jauh. Julia hanya membawa pistol laras pendek miliknya, ia tak mengira jika Carl akan segera menembak sebelum ia bisa mendekat beberapa senti darinya.

interfectorem | norenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang