twenty ; edge of bloodline. ⚠️

20.5K 1.3K 74
                                    

[ warning : explicit, mentions of death, blood, violence, and some detailed mental health issues. ]

"Seben-aah!"

Renjun kira ia belum sepenuhnya gila, tapi lihatlah dirinya sekarang. Mendesah-desah karena kocokan cepat pada penisnya. Belum lagi Jaemin yang mencengkram dua kakinya keatas-merapatkan keduanya agar pahanya tetap menjepit penis besar itu dengan erat.

So fucking good. Bagaimana pahanya memerah serta penisnya yang dikocok hebat-pikirannya luluh lantak bersamaan dengan semua yang Jaemin lakukan padanya.

"Oh, Angel....," Lelaki yang menggagahinya itu melirih, menengadahkan kepalanya dengan jakun yang naik turun karena ia mengais nafasnya melalui mulut, "Everything about you is really so good. Lihat bagaimana sempurnanya pahamu membalut penisku." Renjun mendengarnya, namun telinganya terasa gaung. Bunyi kulit saling bertabrakan serta desahan lirih mengacaukan atensinya. Sementara itu Jeno hanya duduk-memperhatikan kedua adam yang sedang melakukan kegiatan panas yang menaikkan hormonnya. Bisa saja dirinya bergabung dengan memasukkan penisnya pada mulut Renjun, tapi dirinya tak sejahat itu-untuk saat ini.

Renjun cuma ingin membayar untuk hal-hal mengejutkan yang akan ia dengar setelahnya.

"Aku akan datang!" Teriak Renjun sembari menggigit bibirnya, seluruh tubuhnya terasa begitu panas dan juga remuk. Begitu juga dengan Jaemin yang terus menghentakkan penisnya diantara kedua pahanya yang memerah dan sedikit perih. Renjun yakin lelaki itu juga akan memuncratkan spermanya sebentar lagi.

Renjun pun menemui pelepasannya, nafasnya tersendat rancu dengan pipi merah serta mata yang sayu. Begitu indah dan mengesankan bagi lelaki yang masih mencari pelepasannya itu. Jaemin tak pernah berpikir bagaimana kemaluannya akan dijepit oleh paha mulus milik Renjun sebelumnya-begitu hangat dan mencengkram miliknya dengan erat, sangat memuaskan. Setelah menemui pelepasannya dan membersihkan tubuh keduanya Jaemin merebahkan dirinya disebelah lelaki itu, keduanya mengatur nafas masing-masing setelah kegiatan panas yang cukup menguras tenaga tadi.

"Jaemin...,"

"Hmm?" Lelaki itu menatap si Huang yang wajahnya masih memerah, sangat cantik. Renjun nampak menimbang-nimbang perkataannya terlebih dahulu, sebelum pertanyaan yang cukup mengejutkan bagi Jaemin sampai ditelinganya.

"Apa yang sebenarnya keluargaku mau dari kalian?"

------

Jikalau seorang Na Jaemin ditanya tentang hal paling konyol apa yang terjadi dalan hidupnya, ia pasti akan menjawab tentang keluarganya.

Ia bahkan tak tahu soal latar belakang ibunya, ia hanya tahu kalau ayahnya dulu adalah seorang pembunuh bayaran.

Kehidupannya sejak kecil memang tidak begitu baik. Ayahnya itu tempramental sekali, sedang ibunya memiliki gangguan jiwa. Rasanya sulit sekali mengais nafas dirumah yang tak nampak memiliki afeksi itu, terkurung dan sendirian. Seorang Na Jaemin lahir karena sebuah kejadian yang tidak diinginkan ibunya-entah apa yang ibunya lakukan semasa dirinya hidup lalu mengandung dirinya, ia belum sempat paham dan bertanya soalnya.

Ayahnya tewas dengan tak wajar saat umurnya menginjak lima tahun. Tergeletak begitu saja ditengah lahan tak terpakai dengan keadaan setengah membusuk serta bekas tusukan bertubi-tubi di dadanya. Tidak ada yang tahu dan mau mengusut kasus itu, ayahnya adalah buronan polisi sejak lama-kabar kematiannya bagai ditelan bumi setelahnya.

Tidak ada yang tahu dan mau mengetahui soalnya dan ibunya.

Hidupnya begitu konyol untuk seorang anak yang bahkan belum menginjak usia sepuluh. Ia dijauhi teman-teman seumurannya karena nampak aneh dan pendiam, ia sendiri-ia tak punya sanak saudara, ia cuma punya ibunya yang perlahan-lahan kewarasannya diraup keadaan. Ibunya sering berteriak tanpa alasan, memaki-maki dirinya dengan sebutan yang bahkan ia belum tahu saat itu, menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi.

interfectorem | norenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang