three ; fallen.

28.4K 3K 342
                                    

Renjun meringis saat Carl terus melayangkan ikat pinggangnya untuk mencambuk punggungnya-perih dan sakit menyeruak berusaha memenuhi indra perabanya. Kepalanya pening luar biasa, disertai sengatan rasa sakit yang volumenya kian menambah. Padahal ia tidak bermaksud menentang lelaki mengerikan itu sebenarnya-

Pagi hari itu, Carl sendirilah yang mengantar sarapan kepada Huang Renjun yang memang tidak makan sejak kemarin. Ia melihat keadaan kesayangannya itu, masih terikat dengan tubuh lemas. Carl pun berniat membangunkannya.

"Angel, bangun." Panggilnya dengan suara berat dan mengintimidasi, Pemuda Huang itu terlonjak kaget karenanya. Ia menatap takut kearah Carl yang membawa nampan berisi piring.

"J-Jangan dekat - dekat!" Jerit yang bersurai hitam sambil menggeleng panik, Carl terkekeh mengejek melihatnya. Melihat pujaan hatinya nampak kacau adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilihat. Tampang manisnya yang mengharap belas kasih, sorot matanya yang seakan pupus harapannya-dan juga nada bicara yang menyiratkan rasa takut. Ah, Carl puas sekali melihatnya.

"Aku cuma mengantarkan makananmu, Angel. Tenang saja, just be a good boy and then i'll help you,"

"Tidak mau!" Jerit Renjun memberontak sembari terus menarik - narik tali yang membelenggu kedua tangannya. Tak ia pedulikan bagaimana pergelangannya itu sudah memerah disertai beberapa luka lecet yang tak nyaman dilihat. Carl kesal sekali melihatnya-sudah beruntung Renjun ia beri makan.

Ia tak suka melihat orang tak tunduk dibawah kuasanya.

"Kamu ini suka sekali kekerasan-huh?! Dasar masokis kecil pemberontak!" Carl menggebrak piring berisi makanan-yang sebenarnya untuk Renjun. Ia tak suka ada yang memberontak disini, semuanya sudah selalu ia paksa untuk tunduk dan memang itu adalah sebuah perintah yang mutlak.

Carl mengambil ikat pinggangnya dengan raut wajah memerah karena menahan amarah. Tempramen, itulah yang bisa kalian simpulkan pada Carl. Ia nampak seperti seorang anak tantrum yang gila. Huang Renjun sendiri ketakutan melihatnya, apalagi dengan ikat pinggang yang menghiasi tangan kekarnya.

"Everyone must know me first before they're starting rebelling me,"

Ctash!

Renjun terus mendesis sakit ketika pemuda itu melayangkan gesper ikat pinggangnya, menggores permukaan kemeja yang ia kenakan. Ia dapat merasakan bercak - bercak merah keluar dari kulitnya. Dan mulai merembes pada kemeja putih tipis yang mungkin sudah sobek di beberapa bagian akibat cetasan gesper tajam itu.

"Huang, mau tahu sebuah fakta?"

Renjun tidak menjawabnya, ia hanya mendesis kesakitan karena akibat dari perbuatan bajingan gila itu. Akal sehat dan pikirannya tengah berceceran kesana kemari akibat rasa sakit yang ia rasakan Seluruh tubuhnya mengalami tremor akibat menahan rasa sakit yang menjalar. Tetapi, yang namanya Carl Lee tidak suka jikalau dirinya dihiraukan. Ia mencambuk punggung si mungil dengan kekuatan penuh-membuatnya kembali mengeluarkan sepatah jeritan dengan nada kesakitan.

"Answer me." Katanya dengan suara rendah-membuat Pemuda Huang itu mati kutu seketika. Darahnya berdesir hebat sembari membenamkan kukunya diantara telapak tangannya-menahan rasa sakit dan takut yang berbaur menjadi satu

"A-aku m-mau-shh," Jawabnya tersendat, susah sekali berbicara dan mengeluarkan suara disaat otaknya susah berproses. Blank.

"Aku sengaja membeli ikat pinggang ini karena disertai ujung yang sedikit kasar dan runcing-jadi ketika mencambuk tikus nakal seperti dirimu ini rasa sakitnya akan cepat terasa dan menimbulkan luka yang banyak," Carl terkekeh sembari menatap makhluk mungil yang tak berdaya dibawah kuasanya-wajah manis itu nampak menggairahkan di mata bejat seorang Carl Lee.

interfectorem | norenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang