eight ; insanity. ⚠️

51.1K 2.8K 339
                                    

[ warn : full of explicit sex content, threesome, and bdsm. if this disturbing you, kindly leave. ]

Renjun tak tahu ia harus bereaksi seperti apa kala Jaemin mengelus surainya dengan lembut. Harusnya ia merasa aman dengan senyuman serta perlakuan lembut ini—tetapi, hal itulah yang membuatnya takut!

Tidakkah mengerikan jika seseorang yang bersumbu pendek tiba-tiba berbaik hati padanya?

Ada sesuatu yang teramat salah. Renjun tak sebodoh itu untuk tak mengetahuinya. Ia sudah melanggar satu kesalahan besar yang mengerikan, dan sialnya—entah bagaimana ia bisa kembali di tangan Jaemin dengan begitu mudahnya.

Surainya yang sebelumnya diusak pelan tiba-tiba ditarik. Renjun memekik ketika rambut ash grey yang kemarin diwarna oleh Julia ditarik paksa melawan hukum gravitasi. Obisidan si manis bersirobok dengan kelamnya tatapan tajam si Na, ada sirat kemarahan tercurah dalam tatapan itu, bak sembilu yang menusuk hingga ulu hati miliknya. Renjun bisa melihat urat-urat dibalik epidermis lelaki itu mulai mengeras dan semakin terlihat jelas dibalik kulit tipisnya.

"Berani sekali kau, huh?" Si Na tertawa, mengencangkan genggamannya pada si surai ash grey yang kini memegangi tangannya, memintanya untuk melepaskan helaian rambutnya. Helaian rambutnya terasa seperti akan tertarik dari kulit kepalanya dengan genggaman keras itu.

"Aku ini tak suka milikku disentuh. Kau satu-satunya orang yang membuatku gila seperti ini, Huang. No one got me feeling like this. Kau tahu seberapa marahnya aku karena tindakan gegabahmu ini?"

"Dan lihatlah luka milikmu ini. Sialan, aku akan memotong tangan yang berani membuat luka ini.  Kulit mulus ini—berapa pasang mata yang sudah melihatnya secara gratis? Aku bersumpah jikalau mereka akan mati kalau aku menemui mereka," Na Jaemin membelai lebam kehitaman di pipi lelaki yang terkukung dibawahnya. Ia tak mempermasalahkan soal wajah Renjun yang mungkin terlihat mengerikan dengan lebam itu, ia mempermasalahkan bagaimana bisa orang lain merusak miliknya yang begitu spesial?

Renjun gemetar tiada henti kala tangan kekar itu semakin menjalar kebawah, menuju dadanya. Si Na menatap kemeja kebesaran yang sedikit tembus pandang itu, menatap tonjolan yang tercetak samar dibalik sana. Renjun menatapnya—memohon dengan belas kasih, jikalau Jaemin memiliki rasa kemanusiaan. Sayangnya, this is their hell with two devils inside in it. Tidak ada belas kasih yang dicurah secara cuma-cuma disini.

Jaemin menunduk, si surai ash grey yang panik langsung menahan bahu tegap yang seperti bersiap akan memangsa dadanya. Jaemin mengangkat wajahnya. Dan Demi Tuhan—wajahnya itu nampak sangat-sangat mengerikan di mata si Huang. Dari pandangannya Renjun bisa melihat pandangan tajam yang seolah siap membunuhnya sekarang juga.

Dengan tangan yang gemetar, Renjun mencoba berkata dengan air mata yang sudah terkumpul di pelupuk, "Jaem—ARGH!"

Renjun menjerit kala puting sebelah kanannya digigit kuat-kuat oleh yang lebih tua, tubuhnya bergetar tak karuan menahan ngilu. Kedua tangannya yang masih bergetar di bahu si Na meremat fabrik yang melekat disana dengan kuat. Air matanya tumpah. Sial, ia belum pernah merasa begitu lemah dibawah kuasa seseorang—tetapi Jaemin dan Jeno melakukannya. Mereka membuatnya terasa sangat kecil, tak berdaya, dan begitu lemah.

"No mercy, Angel. Kau pergi tanpa memikirkan konsekuensinya, bukan? Begitu juga denganku. Ingat ini, Jeno and i can be more cruel than you think." Tawa remeh itu justru membuat Renjun semakin kalut. Tanpa sempat berucap sepatah kata pun,  tangannya disentak, ia dipaksa untuk bangun. Tubuhnya diangkat bak karung beras begitu saja setelahnya, tersampir di pundak kokoh mafia itu. "T.... turunkan aku!" Renjun terus menggeliat di kukungannya. Tenaga si Huang ini tak main-main—ia adalah mantan atlet taekwondo, Jaemin tak heran soal tenaga yang sebenarnya tersimpan dalam tubuh sekecil itu.

interfectorem | norenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang