Gun menghela nafas untuk keberapa kalinya. Kalau menghela nafas bisa menjadi uang, mungkin Gun sudah kaya raya saat ini.
Pemuda berpostur wajah manis dan terlihat sangat lesu dan pucat itu terus memaksa keras agar kakinya terus menapak tanah. Dia terlalu pusing.
Ternyata dia diam diam mengidap jeatlag.
"Seharusnya aku tidur saja selama di pesawat." Gerutunya menyalahkan keadaan yang telah terjadi. Tapi sawi sudah menjadi kimchi, Gun tidak bisa berbuat apa apa selain menyeret tas ranselnya.
"LAGIPULA KENAPA KARYA WISATANYA DI ADAKAN DI LUAR NEGERI COBA ?! SEHARUSNYA CINTA NEGERI SENDIRI!" Teriaknya kesal luar biasa kini menyalahkan ide gila teman sekelas. Tangannya mengacak surainya kesal. Hingga rambutnya yang seharusnya sedikit berantakan menjadi sangat berantakan. Belum lagi poni yang lepek karena keringat.
"Kalau kau terus berteriak. Petugas keamanan akan menganggapmu pasien rumah sakit yang lepas," Terdengar suara Off dari belakang. Gun langsung dengan cepat memutar ke belakang menghadap Off.
"Apa ? Itu kenyataan." Ujar Off menusuk lalu berjalan melewati Gun.
"Tunggu aku Offf!" Gun langsung panik dan mengejar langkah Off yang telah berjalan duluan darinya.
"Berisik!" Seru Off kesal.
"Bagaimana perjalanannya ? Menyenangkan ?" Tanya Gun bertanya ke Off karena ini kali pertamanya Off mau ikut kegiatan pergi pergi seperti ini.
"Biasa saja. Dua minggu di sini akan menjadi hal yang paling memuakan di hidupku." Seperti biasa, Off selalu mengeluarkan komentar pedas. Gun heran, berapa kilo cabai yang di habiskan Mamanya Off saat mengandung Off dulu. Kok bisa sepedas ini anaknya ?
Gun tak bisa melangkah mendadak. Kakinya menjadi sakit, dan kepalanya berputar. Membuat pandangannya tak jelas dan blur.
Ia berjongkok dengan tangan sebelah mencengkram erat poninya.
"O-off tunggu aku..," Pinta Gun pelan dan lemah. Bukan karena Gun mencari kesempatan berjalan berdua dengan Off. Otak Gun tidak sepicik itu, dia hanya ingin ada teman jalan agar tidak tersesat.
Tapi sepertinya Off tidak perduli, pemuda tampan itu terus berjalan.
"Ayolah Gun- Kenapa kau lemah sekali sih ?" Gerutu Gun mulai berusaha bangkit dari jongkoknya dan menenteng kembali bawaanya.
Pemuda manis itu menghela nafas pendek melihat punggung Off sangat jauh.
"Ayo Gun semangat! Setelah ini kita akan makan obat! Semangat!" Serunya membuat pengguna jalan kaki yang lain menatap Gun aneh. Pertama karena Gun berteriak teriak tak jelas, kedua Gun memakai bahasa asing. Tentu saja mengundang kerut heran dari pejalan kaki lain.
Tanpa perduli tatapan orang, Gun kembali berjalan. Karena ia telah kebal dan sering berlatih di sekolah bersama Off. Tentu saja.
Secepat apapun Gun mencoba, ia tidak bisa seiringan-
Bruk!
Gun membola matanya. Menyumpah serapahi dirinya karena tidak fokus ke jalan hingga menabrak punggung orang. "Maaf!" Ujarnya cepat dan menarik diri. Menjauh dari orang yang ia tabrak sekaligus ingin melihat siapa yang ia tabrak.
"O-off ?" Karena terlalu hafal aroma parfum Off, Gun tahu siapa yang ia tabrak sekarang.
"Kenapa ?" Tanya Gun bingung. Karena ia merasa Off mematung.
"Kita tersesat." Ujar Off pelan membuat Gun membulatkan matanya. Demi saus tar tar! Apalagi ini ?
Sesungguhnya berapa besar sih dosa Gun harus berakhir seperti ini ?
"EHHHHH ??????"
Gun ingin pulang saja rasanya. Tidak perduli Off bersamanya. Ia sudah tidak kuat lagi, apalagi kedua kakinya yang sudah demo minta resign.
Dimana kameranya ?
Sementara Off sibuk memberi kabar dengan yang lain, dan meminta tolong. Gun mengistirahatkan dirinya.
Tangannya mengurut urut pelan lehernya agar rasa pusing dan pegal pegalnya berkurang.
"Hey kau baik baik saja ?" Tanya Off sebenarnya enggan perduli. Tapi melihat wajah pucat Gun membuat Off mengabaikan pridenya dan memilih bertanya.
Gun mengangguk dan berusaha tersenyum untuk menutupi rasa sakit luar biasa mendera kepalanya. Tapi tentu saja itu tak akan berhasil.
"Kau masih bisa berjalan ?"
Gun menunduk menatap kedua tapi sepatunya. Menggeleng pelan.
Off meneguk ludah dramatis. Tenggorokannya mendadak kering. Pikirannya mendadak kacau. Lidahnya terlalu keluh untuk sekedar menawarkan ini, tapi- Raut wajah pucat itu. Baiklah Off akan sedikit perduli.
Hanya sedikit saja!
"Na-Naiklah kepundaku. Hotel yang di tuju ada di sekitar sini." Ujarnya Off pelan sambil membuang wajah ke samping.
Off kira Gun akan melompat senang dan tak akan menolak. Tapi kenyataannya Gun sudah berdiri dan membawa barangnya. "Kalau seperti itu, ayo. Aku sudah sedikit baikan karena istirahat sebentar tadi, Hehehe."
Entah kenapa ada rasa tak suka saat keinginannya di tolak oleh Gun.
"Seterah! Mati saja kau!" Ujar Off ketus. Berbalik badan.
Gun menatap punggung itu bingung. 'Kenapa dia marah ?' Batinnya bingung sendiri.
_
TBCOff tsun tsun ʕु•̫͡•ʔु
KAMU SEDANG MEMBACA
Yellow Rose [√]
Teen FictionGun yang terlalu menyukai off dan karya wisata sekolah yang menunggu mereka. OffGun BxB Rate : idk :3 Mulai : 19 - Agust - 19 To : my precious friend 💞