Pulang

1.5K 204 3
                                    

Jujur Gun tidak mau karya wisata ini segera berakhir, dia masih ingin berlibur di sini. Karena pada akhirnya dia bisa menikmati akhir akhir karya wisata tanpa perasaan galau dan semua itu berkat Joss.

"Gun, semangat!" Katanya pada dirinya sendiri.

_

Selama penerbangan Gun duduk diam, meski di sebelahnya adalah Off. Ia benar benar tidak mau menganggu Off, padahal sebelumnya ia tak pernah seperti ini.

Ia benar benar duduk diam. Tak berisik sedikit pun. Dia bahkan menahan nafasnya ketika Off mengganti posisi duduknya atau mengambil selembaran browser untuk di baca.

Sedangkan Off diam diam melirik ke arah pria manis itu dengan tatapan bertanya tanya. Hatinya merasakan seperti ada sesuatu yang kurang. Tapi pria tampan itu tidak perduli dan memilih menutup kedua matanya. Bersiap untuk tidur.
_

Selepas pernebangan melelahkan itu, dan pulang kerumah. Gun langsung menjatuhkan dirinya ke atas kasur empuknya.

Suara dering ponselnya memecahkan keheningan membuat pria manis yang hampir terlelap ke alam mimpi kembali terbangung. Dengan malas ia mencari ponselnya yang sekarang berada entah dimana.

"-Ada apa Joss ?" Tanpa melihat siapa yang menelpon Gun langsung bertanya.

Hening.

Tidak ada jawaban.

Membuat dahinya mengerut aneh, dengan malas ia membuka kedua kelopak matanya. Nomor asing tertera di layarnya.

'Bukan Joss-jadi siapa ini ?' Batinnya heran.

Karena ia terlalu lelah dan mengantuk efek dari perjalanan, Gun memilih tidak perduli dan kembali tidur.

Dia bahkan tidur hampir seharian karena benar benar kelelahan. Untung saja Ibu Gun pengertian dengan apa yang di rasakan anaknya.

_

Hari berikutnya, hal mengejutkan Gun adalah ke datangan Off tanpa terduga.

Pria manis terkejut, rahangnya hampir jatuh saking tak percaya. Ia mengedip ngedip matanya berkali kali sambil mengucek kedua matanya. Mungkin saja ia masih terbawa mimpi.

"Kau tidak sedang sakit kan Gun ?" Hanya perkataan itu menyambut ke datangan Off.

Off menyodorkan buku Gun yang ia pinjam beberapa waktu lalu.

Dengan ragu Gun menerima buku itu. Kepalanya mendadak penuh pertanyaan.

Kenapa Off tidak memberikan bukunya besok saja di sekolah ?

Kenapa Off repot repot kerumahnya ?

Dan banyak sekali kata kenapa di kepalanya. Pertanyaan yang membutuhkan jawaban segera. Tapi lidahnya kelu untuk bertanya, gugup sekedar bertemu tatap.

"Off kau baik baik saja ?" Tidak seperti pertanyaan pertama. Ini pertanyaan murni karena kecemasan karena wajah Off benar benar pucat dan terlihat tidak sehat.

Off mengangguk. "Kau tidak perlu khawatir. Karena ini bukan urusanmu." Ujarnya santai dan melambai tangan sebelum pergi.

Mendadak pikiran Gun tidak tenang.
_

Gun akhir memilih curhat ke Joss. Tentu saja, dia tidak bisa tenang jika tidak curhat ke teman temannya. Sedangkan teman baiknya, Bambam. Terlalu sibuk dunia nyatanya hingga akhir akhir ini Bambam jarang sekali online. Online pun hanya memberi kabar singkat ke Gun.

Gun dan Joss akhirnya sepakat untuk ketemuan sore itu di cafe.

"Jadi, alasan kau ingin mengajakku ketemu adalah curhat ? Aku kira aku akan di traktir." Canda Joss tertawa.

Gun cemberut. "Aku akan mentraktir mu bila aku kaya. Sekarang aku miskin, Joss. Kau tidak boleh menindas orang miskin dan imut sepertiku!"

"Aku hanya bercanda."

Setelah hening beberapa detik di antara mereka.

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan Gun ?" Tanya Joss.

Gun mendadak gugup. Otaknya mendadak membeku dan tidak bisa berpikir dengan benar.

"Aku punya teman online, namanya Bambam, dia mempunyai doi ganteng sekali. Tapi doi nya sedang sakit hari ini. Sedangkan doi nya Bambam itu sudah mempunyai seseorang yang lebih berhak mengurus dia." Curhat Gun dengan jahatnya mengkambing hitamkan Bambam yang tidak tahu apa apa. "Jadi apa yang harus Bambam lakukan, Joss ?"

'Maafkan aku Bambam.' Batinny merasa bersalah. Tapi ia tidak bisa terang terangan mengatakan ini ke Joss. Entah kenapa hatinya berkata bahwa Joss dan Off itu tidak memilikki hubungan pertemanan yang baik. Gun tidak mau memperburuk hubungan pertemanan mereka berdua.

"Hm..kau menceritakan keadaan temanmu itu terlalu rinci. Seperti kamu menceritakan apa yang sedang kamu alami sendiri."

Gun langsung tersedak angin kosong ketika mendengar perkataan Joss yang begitu tepat sasaran. Seolah Joss adalah penerawang. Gun bergindik takut bila itu benar benar terjadi.

"A-ah.. Apa yang sedang kau bicarakan Joss ? Aku kan benar benar menceritakan apa yang terjadi pada Bambam. Dia menanyakan pendapatku atas masalah itu. Sedangkan aku tidak berpengalaman untuk itu," Kelit Gun susah payah. Maniknya tak berani menatap manik Joss yang sedang menatapnya intens.

"Benar ini tidak tentang Off ?" Tanya Joss dengan nada jahil tapi ia serius. Ia masih curiga apa yang curhat kan Gun itu adalah Gun sendiri. Bukan sahabat online kesayangan Gun.

"Tentu saja!" Seru Gun cepat.

"Kalau menurutku, kau tidak perlu perduli tentang dia lagi. Dia saja tidak kehilanganmu saat kau tidak bersamanya. Kenapa kau begitu baik ?" Entah kenapa perkataan Joss saat ini terdengar menyindir Gun. Tapi Gun berusaha untuk tidak perduli, atau ambil perasaan.

"Katakan pada temanmu itu. Kau butuh satu tamparan keras kalau dia. Tidak mencintaimu," Joss benar benar menekan kalimatnya.

"Umm, Joss. Terimakasih atas masukannya."

Gun menundukan wajahnya. Menatap minumannya yang mulai tidak dingin lagi. Matanya menatap bulir bulir mengalir di dinding gelas kaca.

Ia merenung perkataan Joss.

Joss benar.

Dia harusnya tidak perduli. Dia harus egois.

Off saja tidak perduli padanya. Kenapa ia harus perduli terhadap Off ?

Gun tersentak kaget ketika tangannya di raih Joss.

"Joss- ???"

"Aku pikir kau butuh genggaman saat ini. Aku tidak punya alasan khusus untuk ini," Ujar Joss malu malu sambil menatap ke arah lain.

'Eh ?'

Gun mengedipkan matanya berkali kali.

'Joss tidak menyukaiku kan ? Dia masih lurus kan ?'  Batin Gun mulai dilema.





_
TBC

Yellow Rose [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang