setelah hari 'itu'

1.6K 171 7
                                    

Gun pernah membaca kata kata yang ia dapatkan dari sosial media. "Kamu tidak akan bisa bersama dengan seseorang yang tidak kamu cintai. Karena pada akhirnya kalian berdua lah yang akan terluka,"

Maka dari itu. Gun telah menolak Joss keesokan. Tentu saja keputusan yang bodoh yang membuat Jane meraung raung di lantai rumah New. Untung saja bersih.

"Kenapa kau melakukan ini padaku dan jiwa Fujoshiku Guuuuun ? Why ????" Teriak Gadis itu frustasi. Jane tak habis pikir dengan pola pikir Gun.

"Aku tidak mau menyakitinya. Dia terlalu baik untuk itu, Jane. Lebih baik menolak daripada mencintai dengan kepura puraan." Ujar Gun.

Jinjing tidak mau berkomentar apapun tentang ini. Dia tidak mau menyalahkan pihak apapun karena memang mereka tidak bersalah.

"Ya, aku setuju dengan apa yang di katakan Gun." Komentar New. "Jika mereka memang takdir, Gun pasti bisa mencintai Joss balik."

"Tapi cinta bisa tumbuh dengan sendirinya. Yang terpenting dia jelas laki laki yang baik dan bahkan tak selevel dengan-"

"Jane kau marah padaku ?" Potong Gun cepat dengan nada memelas. Mendadak amarah Jane meluap entah kemana. Dia tak kuat di berikan sorot mata memelas dari seseorang yang menggemaskan nan imut seperti Gun.

"Fine. Aku tidak marah padamu, hanya sedikit kesal saja." Dengus Jane. Tapi gadis itu tak bisa menyembunyikan senyumannya.

Gun tersenyum lebar seperti anak kecil. "Karena kita terlalu banyak mengobrol. Bagaimana kalau kita pergi untuk mendapatkan sesuatu untuk di makan ?" Usul Gun bersemangat.
_

Hubungan pertemanan Joss dan Gun mendadak renggang. Tidak ada lagi jalan bersama. Atau chat basa basi setiap hari. Itu adalah resiko yang tak dapat Gun hindari.

Joss butuh waktu untuk move on dari patah hatinya. Maka dari itu, Gun memberi jarak di antara mereka berdua. Memberi Joss ruang untuk menata kembali hatinya. Gun tahu bagaimana sulitnya melupakan cinta pertama karena Gun telah melalui masa masa itu.

Jika saja, Gun dapat mencintai Joss seperti mana dia mencintai Off dulu. Mungkin ini tidak akan menjadi sesulit ini.

Jarinya terangkat. Menghitung sudah beberapa hari sejak ia menolak Joss.

Termasuk hari ini, ini sudah 3 hari mereka tidak berbicara, atau bertukar pesan. Bahkan saat berpas pasan tak sengaja pun mereka hanya melempar senyum canggung. Lalu membuang pandang ke arah lain.

Teman teman Gun tahu hubungan Joss dan Gun akan seperti ini. Maka dari itu mereka sering sekali mengajak Gun untuk melala, bermain video game di rumah New (yang telah di sulap menjadi basecamp mereka), atau karaokean hampir tengah malam. Agar Gun tidak bersedih lagi. Setidaknya itulah hal yang dapat membuat suasana hari Gun membaik.

"Gun nanti kita main kartu di rumah Jinjing oke ? Aku akan membawa saos pedas sebagai hukuman yang kalah. Hehehe," Jade menyeringai jahat. New bergidik ngeri di sebelah Jinjing.

Gun mengangguk. "Aku tak akan kalah. Lihat saja nanti,"
_

Hari jum'at,

Hujan sepanjang hari di pertengahan bulan desember. Gun menompang wajahnya dengan sebelah tangannya. Tatapannya kosong menatap keluar jendela.

Ia menghela nafasnya berat.

"Jika kau terus menghela nafas, kebahagiaan akan pergi meninggalkan mu."

Gun menoleh cepat ke samping. Saking cepatnya ia yakin kepalanya akan patah. Ia menatap Off tidak percaya. Apa yang tadi berbicara barusan benar benar Off atau imajinasi random Gun ?

"Off, kau baru saja mengajakku berbicara ?" Tanya Gun dengan nada bodoh.

"Tidak, aku tadi sedang berbicara dengan angin." Jawab Off datar.

Gun cemberut. Membuang wajahnya. Menatap lurus ke depan. Ke guru mereka yang sedang menulis materi ke papan tulis.

"Tentu saja aku berbicara padamu, bodoh." 

"Hm." Dengung Gun. Tangannya mencoret coret buku catatannya dengan gambaran random.

"Aku serius." Ujar Off sungguh sungguh.

Gun melirik sekilas. Lalu kembali ke buku catatannya, "Yang mengatakan kau tidak serius siapa Off ?"

Off terdiam. Pria itu tidak tahu harus membalas apa.

Tapi ketika dia ingin berbicara, tatapan mematikan milik guru di depan menghentikan niatannya.

_

Gun merengut. Dia berpisah dengan geng nya. Duduk sendirian di kafetaria tidak enak. Di tambah meni makan siang kali ini membuatnya muak. Terlalu banyak komponen hijau di dalamnya. Dia butuh ayam.

Gun tahu ada seseorang yang menarik kursi berseberangan dengannya. Tapi ia tak perduli. Ia terlalu malas untuk mengecek siapa yang sedang duduk di depannya. Semua bangku di sini milik sekolah, Gun tidak punya hak menentukan dimana mereka duduk.

"Kalau kau terus menatapnya, dia tidak akan berubah menjadi apapun."

Gun mengenal suara ini. Dan, benar saja. Off telah duduk di depannya sambil menyantap makanannya dengan tenang.

"Aku berharap ada menu ayam untuk hari ini." Gerutu Gun cemberut.

"Makan saja jangan mengeluh. Beri makan otak udangmu itu agar menjadi pintar,"

Dengan malas dan enggan Gun melahap satu sendok penuh makanan yang baginya sangat mengerikan itu. Lalu menelannya dengan dramatis. Sebenarnya rasanya tidak seburuk itu. Hanya Gun sedang ingin mendramatis saja.

Mendadak pria di depannya terkekeh. Entah apa yang ia ketawakan.

Gun ingin menanyakan apa yang membuat Off mendadak terkekeh. Apakah ada yang salah dengan diri Gun hingga Off tertawa. Namun, Gun mengurung niatannya untuk bertanya. Tak ingin merusak suasana. Mungkin saja suasana hati pemuda di depannya itu memang sedang baik dan bagus.

"Aku tidak pernah menyangka kita akan memiliki obrolan normal seperti ini setelah sekian lama." Ujarnya tiba tiba memotong lamunan Gun.

"Kau menyinggung ku ?" Tanya Gun dengan nada bercanda.

"Tentu saja tidak. Aku hanya sedang terkejut saja. Cuman kali ini berbeda, aku menyukainya..." Mendadak Off terdiam dengan perkataan yang baru saja ia ucapkan. Ia tersadar ia baru saja mengeluarkan kata kata ambigu yang memiliki multitafsir. "..maksudku kita tidak saling membenci,"

"Kau yang membenciku, Off."

Off menatap lurus ke mata Gun. Rasa bersalah mendadak menggoroti hatinya.

"-Bukan waktu itu-"

"Apapun yang terjadi di antara kita, aku tidak bisa benar benar membencimu. Ah, nafsu makan ku mendadak pergi...,"

Sebelum Gun pergi Off segera memegang tangan Gun. "Kapan kau punya waktu luang ?"

"Untuk apa ? Aku tidak dalam mood yang baik untuk berbicara." Tolak Gun.

Tapi pemuda itu masih keras kepala. Ia masih menahan tangan Gun, enggan melepaskan. Meski Gun memberontak.

"Baiklah!" Gun pikir ia akan menyesali ini kemudian. "... hari Minggu, mungkin." Tapi tidak ada cara lain untuk menghindari Off. Tidak ada Joss di sini untuk melindunginya jika kalau kalau Off masih ingin menyakitinya.

"Baiklah. Aku akan menunggumu, alamatnya akan ku kirim ke WA."

Gun mengangguk dan segera menarik tangannya kembali ketika Off telah melepaskannya. Ia segera berjalan meninggalkan kafetaria.

_
TBC

Yellow Rose [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang