Sudah 10 menit berlalu, kecanggungan yang menyelimuti mereka belum teratasi juga. Keduanya masih sama sama ragu untuk mengawali pembicaraan.
"Eum..." Gun pura pura batuk batuk. Memberi kode agar Off cepat berbicara.
"Gun, maafkan aku." Itulah kalimat yang berhasil Off keluarkan dari sekian kalimat kalimat bagus yang telah ia susun di kepalanya.
Gun mengangguk. Dia sudah menebak apa sekiranya yang akan terucap dari bibir Off. Dan, salah satu dugaannya benar. Ternyata Gun berbakat menjadi peramal masa depan.
"Aku sudah memaafkanmu." Ujar Gun tenang. Bukan seharusnya bahagia karena Gun memaafkannya, Off malah kaget.
"Kau...tidak membenci ku ?" Tanyanya ragu. Mungkin saja ia tadi salah dengar atau kuping nya sedang typo.
"Jika aku membenci mu aku tak akan memenuhi permintaanmu beberapa hari lalu. Kau tak ingin ku maafkan ?" Alis sebelah Gun terangkat. Heran.
Off menggelengkan kepalanya cepat. Pria tampan itu menundukan wajahnya, menatap menu di bawahnya. "Dari awal aku sudah menyakiti perasaanmu, menghina orientasi seksual mu, dan bahkan mempermalukan di pesta ulang tahun mok-"
"Off, dengar." Sela Gun cepat.
Off mendongak. Menatap kedua manik mata pemuda manis yang duduk di depannya itu.
"Memang benar jika apa yang kau lakukan itu sangat menyakitiku. Aku tidak bilang perbuatanmu benar dan mudah terampuni. Tapi...kalau memang bisa, aku sudah membencimu sedari dulu." Gun merasa emosinya campur aduk. Dia tak ingin mengingat masa lalu yang sudah berhasil ia lupakan. Dia tak mau menangis.
"Tapi- Ibuku pernah mengatakan padaku. Setiap orang mempunyai kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya. Maka dari itu aku memaafkanmu. Aku bukan seorang yang berjenis kelamin wanita, yang terlalu dalam emosi. Aku adalah seorang pria asal kau tahu ?" Gun terkekeh lemah. Tangannya meraih gelas jus jeruknya di depannya, dan meminumnya.
Gun tak menyadari, pria tampan di depannya melebarkan matanya. Bukan terkejut seperti tadi. Melainkan terpesona. Ia baru menyadari betapa manis Gun terlihat. Betapa sempurnanya visual seorang Gun yang selama ini dia sia siakan.
Setelah selesai minum berapa teguk, Gun meletakan kembali gelasnya ke tempat awal. Menatap aneh ke arah Off yang tampaknya sedang melamun. Tapi ia heran, apa yang di lamunkan Off sembari menatapnya. Apa ada yang salah dengan penampilannya ?
"Off ?" Panggil Gun heran.
Off tersentak. Ia segera menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
"Ah, iya. Maafkan aku karena melamun."
"Hm."
Hening beberapa menit kemudian setelah percakapan itu.
Alis Off terangkat sebelah, matanya menatap tangan yang baru saja di sodor Gun, dan wajah Gun.
"Off ?" Gun menjeda suaranya. "Aku rasa kita bisa memulai hubungan baru. Seperti.... Hubungan pertemanan misalnya." Jelas Gun dengan wajah sedikit memerah karena malu.
Awalnya jantung Off berdetak kencang ketika Gun mengatakan "...memulai hubungan baru". Tapi apa yang hatinya inginkan dan realita tidak sesuai, membuat hatinya sedikit sakit.
Karena tak kunjung mendapat respon dari Off, Gun berniat menarik kembali tangannya. 'Ternyata Off memang tak akan pernah mau berteman dengannya' batin Gun. Tapi dengan cepat Off menyambut uluran tangannya. Mata Gun melebar beberapa senti karena terkejut dan tak menyangka.
Hampir semua penghuni cafe pada sore itu menatap ke arah mereka berdua. Off yang menyadarinya semakin malu. Apalagi Gun. Wajah pria manis itu sudah merah padam.
"Hey, Gun katakan sesuatu." Desak Off setengah berbisik.
"Tunggu sebentar. Aku malu!"
"Kau tidak satu satunya di sini. Aku juga malu, Guuun." Rengek Off.
"Baiklah, baiklah. Perkenalkan namaku Atthaphan Phunsawat. Kau bisa memanggilku Gun. Senang berkenalan denganmu." Ujar Gun setelah mengumpulkan keberaniannya.
"Hai Gun. Namaku Jumpol Adulkittiporn, atau Off. Seterah kau mau memanggilku dengan nama yang mana." Gun terkekeh kecil. "Senang bertemu denganmu juga."
Setelah itu tangan mereka terlepas dan kembali duduk. Mereka berdua tertawa dengan apa yang baru saja mereka lakukan.
Meski memalukan, Off merasa hatinya bergejolak senang ketika melihat Gun tertawa lepas di depannya.
'Apakah aku akan berbelok menjadi gay nantinya ?' Batinnya menanyakan pertanyaan itu ke dirinya sendiri. Tapi kilasan dirinya yang tengah tak sadarkan diri, menyudutkan Gun dan mencium tepat di bibir membuat Off membeku. Kepalanya mengeluarkan asap imajiner ketika membayangkan betapa lembut bibir Gun. Dengan cepat ia menggelengkan kepalanya, mengusir bayangan bayangan laknat di kepalanya.
"Off, kemarikan buku menunya. Aku mendadak ingin memakan tiramisu." Pinta Gun.
Dengan kaku Off menyerah buku menu itu ke Gun. Pria manis itu tidak menyadari kalau Off mendadak gugup dan mulai bertingkah aneh.
"Gun, di sekitar sini ada festival. Kalau tidak salah festival itu hanya berlangsung selama minggu ini, dan hari ini yang terakhir." Beritahu Off.
Gun menurunkan buku menunya. "Ya, lalu ? Aku dengar masuk ke sana agak mahal. Aku tak mau membuang buang tabunganku untuk itu. Masih ada yang terpenting yang harus ku beli."
"Bagaimana kalau kita pergi ke sana setelah ini ? Kau tidak perlu khawatir. Aku akan membayar tiket kita berdua." Tawar nya. Menatap Gun penuh harap.
"Off, kau aneh. Kau mulai bertingkah seperti Joss." Komentar Gun. Setelah mengucapkan itu Gun kaget sendiri.
'Off tidak akan menyukaiku kan ? Tidak sama halnya seperti Joss 'kan?' Batinnya bertanya tanya. Tapi ini berbeda. Jantungnya berdegup kencang. Sensasinya berbeda bila bersama Joss. Seperti ada rasa senang dan bahagia. Rasa suka yang telah ia kubur dalam dalam tidak meluap keluar semudah itu kan ?
"Jadi kau tak mau pergi bersamaku ? Dan, kau hanya ingin pergi bersama Joss ?" Off akui nadanya tadi terdengar seperti seorang homo yang cemburu ketika doi homonya pergi dengan homo lainnya. Sepertinya Off benar benar mulai berbelok.
"Oke! Aku akan pergi sendiri." Ujarnya kesal. Melipat tangannya di dada. Off memasang pose pura pura merajuk. Padahal sudut matanya mengamati reaksi Gun yang tampaknya mulai bersalah.
Gun mulai bimbang dan merasa sedikit bersalah. 'Apa dia marah karena aku membeda bedakan antara dia dan Joss ?'
"Off-"
"Padahal aku ingin mengajakmu ke sana sebagai pertanda kita mulai berteman." Potong Off cepat membuat pria manis itu semakin merasa bersalah karena menolak ajakan Off. Dengan sengaja pria itu memakai intonasi nada tengah menahan kesal.
Pria manis itu menggigit bibir bawahnya. Otaknya masih menimbang nimbang ajakan Off. Terima, atau tidak "Baiklah, oke. Aku akan kesana." Ujar Gun menyerah. Off tersenyum senang. Akhirnya dia berhasil mengajak Gun.
"Bukan 'aku' tapi 'kita'." Koreksi Off.
"Seterah apapun itu. 'Aku' atau pun 'kita' akan kesana setelah aku menghabiskan pesanku." Pungkas Gun telak.
Off tersenyum semakin lebar. Gemas melihat Gun saat ini. Tetapi senyuman mendadak luntur. Tiba tiba ia merasa ada yang janggal.
"Apa kau sudah memesan pesanan mu ?"
Dengan cengiran bodoh Gun menjawab, "Lupa. Hehehe."
Untung manis.
_
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Yellow Rose [√]
Ficção AdolescenteGun yang terlalu menyukai off dan karya wisata sekolah yang menunggu mereka. OffGun BxB Rate : idk :3 Mulai : 19 - Agust - 19 To : my precious friend 💞