Memang benar apa yang di katakan status status di sosial media terutama yang berasal dari +62 country, hari libur adalah hari dimana kita akan menjadi pembantu dadakan.
Gun pusing dengan semua perintah Ibunya untuk membeli ini itu di warung kadang juga dia harus repot repot pergi ke pasar tradisional demi dua bumbu dapur. Demi Tuhan!
Siksaannya tak sampai di sana, Gun harus mati matian melawan bawang yang sangat tidak manusiawi untuk matanya. Lalu membersihkan daging. Dan, berbagai kegiatan di dalam proses masak memasak.
Ketika semua hal tetek bengek dalam memasak itu berakhir, baru beberapa detik menikmati duduk di atas kasur empuk bergambar kartun frozen kesukaannya. Namanya sudah di kumandangkan lagi oleh Ibunya.
Dengan hembusan nafas panjang, Gun harus bangkit dan segera beranjak ke dapur.
_Setelah melalui masa masa sulit, akhirnya Gun kembali ke sekolah. Sebenarnya Gun agak malas ke sekolah hari ini. Pertama, dia belum seratus persen melupakan Off (Terkutuklah pesona Lelaki Gagah Berjiwa Tampan dari off yang begitu memukau).
"Off ?"
Gun pura pura tidak mendengar panggilan cewek Off yang begitu manja.
"Hmm ? Ada apa sayang ?" Sahut Off lembut.
Gun mengupil sedalam mungkin. Masih tidak perduli drama percintaan menyakiti mata yang tersaji gratis di depannya.
"Aku mendengar kabar miring kalau ada cowok menjijikkan yang sedang mengejar ngejarmu,"
Kuping Gun berkedut ketika Cewek itu benar benar menyindirnya.
"...kau tidak menyukai cowok bukan ? Bukankah itu menjijikkan ? Cowok normal mana yang menyukai sesamanya,"
"Tentu saja tidak. Gay itu hanya sampah masyarakat. Lagipula aku sudah memilikimu,"
Tanpa sengaja Gun membuang upil yang ia kumpulkan ke dua orang itu. Tentu saja menghasilkan teriakan jijik dari sang cewek.
Tapi ia tak perduli.
Meski Off datang ke mejanya dengan tatapan tak suka dan terganggu.
"Kau ada masalah denganku ?"
Gun tidak melirik Off sama sekali. Sibuk menyedot susu kotaknya.
"Kau tuli dan bisu sekarang ?" Gertak Off kesal karena Gun benar benar tidak merespon.
"Apa kau tidak tahu etika ? Apa Ibu dan Bapakmu tidak pernah-"
"Sudah Off, dia merasa tersindir karena pembicaraan kita berdua." Cewek itu memegang pergelangan tangan Off. Perlahan Off mulai tenang. Mereka berdua segera pergi meninggalkan Gun.
"Sudah homo, tidak tahu diri pula." Dengan itu mereka sudah melangkah pergi.
_"Aku ingin jadi buah buahan saja." Rengek Gun di atas mejanya. Guru mereka belum masuk meski bel masuk telah berbunyi.
Gun malas melirik sebelah. Karena sebelahnya tentu saja ada Off. Alasan kenapa Gun malas meliriknya pertama dari semuanya Off pasti sedang sangat membencinya. Kedua pasti karena masalah tadi pagi. Ketiga, tidak ada untungnya melihat Off.
Gun tersentak ketika ada gumpalan kertas mengenai punggungnya. Ketika ia melirik kebawah, ia segera mengambil gumpalan kertas itu dan mencari pelakunya.
Terlihat Joss di kursinya tersenyum ke arahnya dan membuat gestur untuk segera membaca pesan di dalam gumpalan kertas itu.
Dengan semangat Gun membuka gumpalan kertas itu.
Hei
Gun tertegun karena tulisan Joss begitu rapi di banding dengan tulisan tangannya yang seperti bekas cakaran ayam.
Ia segera meraih penanya dan menulis balasan untuk Joss.
Joss, rasanya aku ingin berhenti saja menjadi manusia. Aku ingin jadi buah buahan
Setelah menulis balasannya, ia segera berdiri dan melemparkan kertas itu ke Joss.
Gun mencuri pandang ke arah Joss ketika lelaki itu tertawa membaca pesannya sambil menggelengkan kepalanya. Gun menjadi tidak sabar menunggu balasannya. Padahal sebenarnya mereka sudah memiliki kontak satu sama lain di ponsel. Tapi entah karena kurang kerjaan atau lupa, Joss dan Gun malah memilih lempar lempar kertas.
Sampai guru masuk pun mereka tetap melakukannya.
Off merasa terganggu atas itu. Entah kenapa.
"Hei, bodoh. Perhatikan pelajaran di papan tulis!" Ujarnya ketus ketika Gun sedang asyik menulis balasan surat Joss.
"Kenapa kau begitu perduli padaku ? Ini bukan urusanmu." Balas Gun sengit.
"Kau begitu menganggu konsentrasi ku bodoh!" Tanpa sadar suara Off sedikit meninggi.
"Jumpol Adulkittiporn," Off tersentak kaget ketika nama panjang di sebutkan guru mereka. "Atthaphan Phunsawat." Kali ini giliran Gun terkejut. "Kalian berdua saya hukum membersihkan toilet di belakang sekolah." Lanjut bu guru itu sambil tersenyum menyeramkan.
"Tapi Bu!" Mereka berdua serempak berdiri hendak protes. Tapi tatapan tajam yang di layangkan guru tersebut dan senyuman yang manis (menakutkan) di wajahnya. Gun dan Off langsung menciut. Mereka berdua kembali duduk dan pasrah akan keadaan.
Joss hanya menonton mereka berdua dari jauh.
_
"Ini semua salahmu!" Tuduh Off.
"Iya, salahku! Puas ??" Balas Gun malas ribut. Ia segera mengumpulkan semua bukunya.
"Karena ini salahmu, seharusnya kau yang membersihkan toilet sendiri."
Gun berhenti tiba tiba. Ia mendadak membayangkan dirinya sendiri sedang membersihkan toilet sekolah membuat bulu kuduknya merinding seketika.
"Tidak bisa begitu Off- Aku.." Nada menyebalkan Gun sedari tadi berubah menjadi nada memelas. 'Takut sendiri.'
"Bukannya ini salahmu ?" Ulang Off kesal.
"Kalau saja kau tidak khawatir padaku tadi semuanya tak akan berakhir begini." Balas Gun. Ia tak mau sendirian membersihkan toilet. Demi Tuhan. Gun itu takut dengan dua hal. Pertama hantu, kedua kecowa terbang.
"Aku ti-"
"Gun, bagaimana bila aku yang membantumu ?" Sela Joss memotong kalimat Off. Lelaki tampan itu melotot tidak suka ke Joss. "Aku juga merasa bersalah." Lanjut Joss mengabaikan
pelototan Off."Terima kasih Joss ta-"
"Oke! Aku akan membersihkan toilet bersama Gun. Aku tidak percaya cowok yang modelan seperti Joss dapat di andalkan dalam hal seperti ini," Setelah mengatakan itu Off beranjak duluan meninggalkan kelas.
Gun menaikan sebelah alisnya tak menyangka, dan Joss berdecak kesal.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Yellow Rose [√]
Teen FictionGun yang terlalu menyukai off dan karya wisata sekolah yang menunggu mereka. OffGun BxB Rate : idk :3 Mulai : 19 - Agust - 19 To : my precious friend 💞