Rasaku, rasamu, sia-sia.

24 5 0
                                    

Kemarin kau menelisik jauh kedalam kehidupan ku
Hari ini kau memilih sembunyikan rasa mu
Kau ikat aku dengan candu kehadiran mu
Lalu kau kembali, tapi sudah bukan untuk ku

Sebetulnya aku hanya ingin menikmati waktu itu,
Layaknya di pagi buta kau selalu tampilkan senyum terbaik mu,
Bahkan berlomba-lomba dengan embun yang hendak menyelinap,
Tetapi justru candu itu yang mematikan ku

Dia milikku !
Ah, menurutku ini satu kata dari ketidakpercayaan diri
Di sana aku melihat keresahan, kekecewaan, harapan, dan keputusasaan
Sebuah siratan dari ketidakberdayaan atas keadaan

Waktu itu di ujung penghujan kau datang,
memulai percikan-percikan diantara redanya hujan,
dan di ujung penghujan kau datang,
tapi sayang, di puncak kemarau, justru kau memilih kembali bertandang

Dari bawah pelupuk mata itu
Garis-garis yang lantang tersirat
Sebuah beban yang tidak mampu diucap
Akhirnya, air mata kembali memaksa lewat.
.
.
.
Fajar
Karawang, 28 Agustus 2019

Instalasi penaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang