Chapter 3: Pertarungan

31 3 1
                                    

"Aduh!" Snow merasakan lututnya terasa sakit setelah keluar dari portal itu dan mendarat dalam posisi terjatuh.

"Snow apa anda baik-baik saja?" Kata Al khawatir.

"Ya aku baik-baik saja jangan khawatir" Kata Snow berusaha berdiri sambil membersihkan bajunya yang kotor.

'Ah memalukan bagaimana bisa aku terjatuh sedangkan dia mendarat dengan sempurna rasanya aku sedang menunjukan kelemahanku padanya'

"Apa anda yakin baik-baik saja?" Tanya Al

"Aku baik-baik saja tidak usah kha...watir" Ucapan Snow terpotong ketika melihat di sekelilingnya.

Mereka berdua sekarang berada di hutan namun daerah hutan itu sangatlah indah.

"Wah...tempat ini sangatlah indah tempat ini seperti berada di negeri dongeng" Kata Snow matanya terbuka lebar menatap hutan-hutan yang berada di depannya.

"Sebenarnya saya tidak mengerti apa yang anda maksud. Hutan ini sangat indah karena para peri yang merawat hutan di sini" Kata Al sambil tersenyum.

"Peri!!! Wah keren!!!" Snow berteriak sangat senang.

"Tidak jauh dari sini ada sebuah pemukiman warga kita bisa pergi kesana dan saya bisa mengajari anda..."

"Kalau begitu apa yang kita tunggu lagi? Ayo!" Snow berlari dengan hati yang sangat senang.

"Tuan Putri...maksud saya Snow perlahan-lahan saya ingin membicarakan sesuatu!" Teriak Al memanggil Snow sampai akhirnya Snow mau berhenti berlari.

"Ada apa lagi?" Kata Snow kesal.

Al melepaskan jubahnya dan memakaikannya kepada Snow dan menutup kepala Snow. "Snow anda harus menutup kepala anda, jika anda tau seseorang yang memiliki rambut berwarna putih akan dianggap sebagai seorang penyihir jahat di desa ini"

Snow hanya bisa terdiam di tempatnya berdiri, dia pun baru ingat bahwa warna rambutnya itu berwarna putih salju, mungkin karena itu namannya adalah Snow.

"Kenapa mereka menganggap orang yang berambut putih sebagai orang yang jahat pasti tidak mereka semua jahat benar kan?"

"Dahulu ada seorang penyihir berambut putih datang ke desa ini, warga desa melayaninya dengan sangat baik. Namun suatu malam penyihir itu menyerang desa ini sampai hancur dan hanya tersisa puing-puing bangunan" Jelas Al

"Aku mengerti maksudmu,warga desa di sini trauma karena kejadian itu dan melarang siapa pun memiliki rambut putih untuk masuk ke desa mereka" Kata Snow kali ini otaknya dapat mencerna lebih cepat.

"Anda benar. Butuh bertahun-tahun untuk mereka memperbaiki desa ini seperti semula. Jika ada seseorang berambut putih masuk tanpa ijin, warga desa dengan segera akan membunuh orang itu"

'Hii!!! Kejam sekali!!! Untung saja Al sempat memberitahuku kalau tidak bagaimana sudah nasibku'

"Baiklah sudah selesai" Kata Al setelah selesai merapikan jubah yang di pakaikannya untuk Snow. "Sekarang kita bisa pergi ke desa itu dengan tenang" Al menarik tangan Snow berjalan menuju desa itu.

'Ah kenapa aku diperlakukan seperti ini aku kan bukan anak kecil! Tapi aku tidak masalah jika dia menggenggam tanganku itu membuatku teringat hari-hariku bersama kakak'

Mereka berdua berjalan menuju ke desa yang di bicarakan Al. Beberapa meter mereka berjalan akhirnya mereka sampai di desa tersebut.

"Wah tempat ini luar biasa!" Kata Snow kagum pada desa itu.

Walau desa itu terlihat tidak terlalu besar namun desa ini sangatlah indah. Banyak pohon-pohon yang berbentuk unik tumbuh mengelilingi desa ini. Pohon-pohon itu ada yang berbentuk melingkar, terpisah-pisah namun masih tetap dalam satu pohon, dan bahkan pohon itu ada yang berbentuk sedang berpelukan.

The Chosen OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang