"Tidakkk!!!"
Al dan Ramiel menatap kosong ke dalam jurang tidak percaya apa yang telah terjadi barusan.
Al memukul tanah dengan tangan kosong perasaan sedih dan marah bercampur aduk di pikirannya.
Ramiel menutup wajahnya dengan kedua tangannya menahan tangisannya. Ramiel benar-benar merasa kecewa pada dirinya sendiri.
"Tidak...kita tidak boleh menyerah! Apapun yang terjadi kita harus menemukan Snow bagaimanapun caranya!" Kata Al bangkit berdiri dengan tekad yang kuat.
"Kau benar. Snow tidak pernah menyerah untuk melindungi kita, dan kita juga tidak akan menyerah pada Snow!" Kata Ramiel menatap tajam ke arah Al.
Dari kejauhan terlihat seekor rubah yang berlari ke arah mereka yang tidak lain adalah Flare. Ketika serangan itu terjadi tubuh Flare hancur menjadi asap namun dia berhasil membentuk tubuhnya kembali.
Flare menatap sedih ke dalam jurang memikirkan bagaimana keadaan tuannya sekarang. Ketika Snow bertarung Flare tidak bisa membantu dikarenakan tubuhnya masih berupa asap.
"Flare apa kau bisa mencium di mana letak keberadaan Snow sekarang?" Tanya Al menatap ke arah Flare.
Flare hanya mengangguk ke arah Al. Flare mengendus-endus tanah tempat terkahir pijakan Snow. Flare mengalihkan pandangannya ke dalam jurang.
Al tidak mengerti apa yang dimaksud dengan Flare namun Ramiel langsung mengerti gerakan yang dimaksud Flare.
"Aku mengerti...sepertinya kita harus turun ke bawah agar penciuman Flare bisa berfungsi dengan benar" Kata Ramiel. "Baiklah mari kita pamit dulu kepada orang-orang di desa terutama pada Evy"
Ramiel menundukkan tubuhnya ke arah Flare dan mengulurkan tangannya. Flare melompat ke tangan Ramiel dan bergerak ke atas pundak Ramiel.
Mereka meninggalkan tempat tersebut dengan perasaan yang sangat sedih dan kehilangan terutama pada Al. Dia merasa telah gagal menjadi orang yang dipercaya oleh Raja dan Ratu untuk melindungi putrinya.
****
"Jadi seperti itu..." Evy meneteskan air matanya setelah tau apa yang telah menimpa Snow.
"Apa kalian berdua sudah tau dimana keberadaan Snow sekarang?" Evy menghapus air matanya dan bertanya pada Ramiel.
"Sebenarnya kami tidak tau dimana Snow sekarang. Karena itu kami mengandalkan penciuman milik Flare!" Ramiel mengangkat Flare ke depan. "Benar bukan Aldian?"
Al tidak menjawab apapun. Ramiel berusaha untuk membuat suasana tidak terlalu suram namun sepertinya tidak berhasil.
Ramiel menghembuskan nafas pelan. Jujur saja Ramiel juga merasa bersedih terhadap Snow namun dia mengingat kata-kata kakaknya bahwa jangan terlalu larut dalam duka karena itu akan membuatmu berhenti bergerak.
"Baiklah Evy kalau begitu kami akan pergi dulu" Ramiel melambaikan tangannya ke arah Evy.
Evy mengingat sesuatu sebelum mereka benar-benar pergi.
"Tunggu kak Ramiel!" Teriak Evy kepada Ramiel dari jauh. Sontak Ramiel dan Al membalikan badannya ke belakang.
"Aku baru saja ingat satu hal. Ada sebuah ramalan yang dikatakan kak Azrael kepadaku" kata Evy serius.
"Kak Azrael mengatakan bahwa 'cahaya harapan negeri ini akan bertemu dengan kegelapan yang mulai memudar. Mereka berdua bersatu menjadi cahaya dan kegelapan untuk mengalahkan kegelapan yang sebenarnya. Sang cahaya tertangkap oleh kegelapan yang sebenarnya dan membuat sang cahaya jatuh ke dalam jurang kegelapan' itu yang dikatakan kak Azrael"
![](https://img.wattpad.com/cover/198322164-288-k914140.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen One
FantasySemenjak kejadian itu Snow harus menjalani kehidupannya sehari-harinya berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Bersama dengan Al, Snow berkeliling di dunia yang berbeda mencari orang yang mau membantunya mengalahkan Ratu Kegelapan. Di dalam perjalanny...