Chapter 11: Desa Penyihir

12 1 0
                                    

Mereka bertiga melanjutkan perjalanan ketika hari sudah mulai pagi.

Kali ini mereka mendapat bala bantuan yaitu rubah kecil yang memilih Snow menjadi tuannya.

Ramiel mengatakan bahwa rubah itu adalah hewan langka hanya ada beberapa hewan seperti itu di dunia bahkan bisa di hitung menggunakan jari.

Rubah itu berasal dari jenis Fire Fox rubah yang bisa mengubah bentuk tubuhnya menjadi api untuk melindungi tuannya.

Walau butuh sedikit waktu yang lama Snow sudah mulai terbiasa dengan keberadaan rubah itu dan sudah mulai akrab.

"Al, Ramiel menurut kalian apa nama yang cocok untuk rubah ini?" Tanya Snow

"Entahlah seharusnya kau yang memberi nama padanya kau kan tuannya" kata Ramiel dengan wajah yang tersenyum.

Snow memikirkan nama yang cocok untuk rubah itu. Setelah berpikir panjang di akhirnya tahu apa nama yang cocok.

"Hm...bagaimana dengan Flare?" Kata Snow.

"Kenapa namanya harus Flare?" Tanya Al.

"Entahlah nama itu yang pertama kali muncul di pikiran ku" Kata Snow sambil tersenyum. Snow melihat ke arah rubah itu yang sedang tidur di atas kepalanya.

"Oh ya...sekarang kita akan berjalan ke mana kau pasti sudah tau arah tujuan kita kan Ram?" Tanya Al kepada Ramiel.

"Tentu saja! Kita sekarang akan pergi menuju ke desa penyihir!" Kata Ramiel dengan semangat.

"Desa penyihir? Di mana letak desa itu? Aku tidak pernah mendengar nama desa itu di manapun" kata Al.

"Desa itu adalah desa terpencil. Banyak yang bilang bahwa desa itu tidak pernah ada, tapi kakak ku pernah bilang bahwa desa itu memang ada"

"Kata kakakku Desa itu dikelilingi oleh aura sihir. Aura sihir itu menyatu dan menjadi sebuah pelindung yang melindungi Desa itu. Siapapun yang berada di luar pelindung desa tidak akan bisa melihat keberadaan desa itu karena itu banyak yang mengatakan bahwa desa penyihir itu tidak pernah ada" Kata Ramiel sambil melanjutkan perjalanan.

"Lalu apa alasanmu ingin pergi ke desa yang bahkan tidak bisa kita lihat wujudnya?" Kata Al.

"Aku hanya penasaran pada desa itu. Dan perasaanku mengatakan bahwa Azrael berada di sana dan Azrael sangat menyukai tempat yang tenang. Desa yang tidak bisa dilihat oleh orang lain pasti adalah desa yang tenang dan damai sudah pasti dia berada di sana!" Kata Ramiel dengan nada yang senang.

Selama tiga jam kedepan mereka terus berjalan tanpa henti. Mencari desa yang tidak bisa di lihat oleh orang luar memang sangat sulit butuh kesabaran dan kekuatan agar bisa mencarinya.

Snow yang sudah sangat lelah memaksa kakinya untuk tetap berjalan. Flare yang berada di atas kepalanya membuat wajah yang lucu seolah mengatakan semangat pada dirinya dan itu membuatnya semakin bersemangat.

"Semuanya apa kita boleh beristirahat sejenak?" Kata Al wajahnya dipenuhi oleh keringat.

Untuk pertama kalinya baru kali ini Snow melihat Al yang sangat kelelahan mungkin itu di kerenakan kakinya yang bisa dibilang belum sembuh total setelah kejadian yang menimpanya dan Ramiel.

"Baiklah lebih baik kita beristirahat" Kata Ramiel.

Dia menatap ke arah Al yang kakinya masih terasa sakit. Walau kakinya terasa sakit Al tetap memaksa berjalan kaki selama tiga jam tanpa henti. Kaki Al yang sudah berkali-kali di sembuhkan oleh Ramiel tetap tidak bisa sembuh dengan cepat bahkan bisa dikatakan semakin parah.

"Aldian aku akan melihat lukamu sebentar" Kata Ramiel. Ramiel perlahan-lahan membuka perban yang menutupi kaki Al. Ramiel kaget melihat luka Al yang semakin parah, luka di kakinya berubah menjadi berwarna hitam dan perlahan menyebar ke tubuhnya.

The Chosen OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang