Hari ini suasana kantin sangat ramai daripada biasanya. Yang biasanya hanya beberapa bangku yang terisi, sekarang tidak ada lagi bangku yang tersisa.
Sedangkan Kania dan teman-temannya sudah hampir mati kelaparan. Padahal beberapa menit yang lalu mereka baru saja makan batagor. Tapi sekarang perutnya minta lagi untuk di isi.
Mereka memang doyan makan. Tapi badannya masih gitu-gitu aja. Dasar mereka.
Mata Kania menyapu seluruh kantin yang saat ini padatnya minta ampun. Sampai detik berikutnya, manik matanya berhenti pada satu meja yang ditempati oleh 4 orang laki-laki yang sedang asyik bersenda gurau.
"Guys, kita duduk di sana yuk" ajak Kania pada ke empat temannya sambil menunjuk ke arah meja yang baru saja kosong tepat disamping meja laki-laki tadi.
Tanpa ba bi bu Kania menuntun teman-temannya ke meja itu.
Kania sengaja mengambil tempat paling pinggar agar bisa terlihat berdekatan dengan laki-laki yang sedari tadi menyita perhatiannya.
"Yan, lo aja yah yang pesan. Kayak biasa" suruh Rara
Sepeninggal Febian
"Kan, kenapa lo dari tadi senyum-senyum mulu?" tanya Stefani heran. Pasalnya, Kania sedari tadi tidak berhenti menyunggingkan senyum lebarnya.
Kania tidak menjawab. Gadis itu hanya tersenyum.
"Yaelah Stef, masa lo nggak tau kenapa dia senyum-senyum gak jelas kayak gitu. Lo gak lihat siapa yang duduk di samping dia?" Putri menunjuk orang yang ia maksud dengan dagunya.
Teman-teman Kania pun menoleh ke arah yang disebutkan Putri.
Dan benar saja, yang sedang duduk disana adalah Andre Alexander. Laki-laki yang telah menyita hati Kania beberapa minggu terakhir ini.
Kania pun tak henti-hentinya menatap ke arah Andre sambil tersenyum. Teman-temannya hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Andre yang mulai risih karena seperti sedang di tatap oleh seseorang pun menoleh ke samping.
Dan yang benar saja, ada sepasang mata yang sedang menatapnya dengan senyum yang kian melebar tercetak di bibir mungilnya. Sedangkan Andre menatap tajam tepat ke manik mata gadis itu. Kania.
"Ngapain lo liatin gue?" tanya Andre ketus. Ia mengernyitkan dahinya bingung.
Ia merasa bahwa gadis yang sedang menatapnya adalah gadis yang aneh."Kak Andre ganteng. Kania jatuh Cinta" jawabnya polos dengan senyuman yang tak luntur sedikit pun. Entah ia sengaja mengatakan itu atau tidak. Yang jelas Kania sudah benar-benar tidak waras.
Byuuuuurrrrrrr......
Teman-teman Kania menyemburkan makanan yang ada di mulut mereka secara bersamaan.
Andre kaget tapi secepatnya ia mengendalikan ekspresinya sebiasa mungkin. Andre tahu bahwa selama ini banyak yang menyukai dirinya di sekolah ini. Tapi tidak ada yang berani mengungkapkannya secara terang-terangan seperti Kania.
"Ciye Andre di tembak sama cewek" sahut Gilang, Raka, dan Ilham. Sahabat Andre.
Mereka bertiga juga takjub dengan kepolosan Kania.
"Eh, nama lo siapa?" tanya Raka pada Kania.
Kania tidak langsung menuju ke Raka yang menanyakan namanya. Ia justru berdiri tepat di depan Andre.
Kania mengulurkan tangannya ke arah Andre lebih dulu dengan senyum yang tak kunjung luntur.
"Kenalin kak, nama aku Kania Yunanda. Nama panggilan Kania" tuturnya dengan semangat 45.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABU-ABU
Teen FictionSaat ku kejar, kau semakin menjauh. Saat ku diam, kau bertanya mengapa. Dan, Saat ku pergi, kau pun merasa kehilangan. Lantas, siapa yang disalahkan disini? Aku, kamu, atau sang waktu?