20. Yang sebenarnya....

90 4 0
                                    

Jam tujuh pagi Kania sudah siap dengan seragam sekolah putih abu-abunya. Rambut di gerai yang ujungnya sedikit curly, menambah tingkat kecantikan Kania berkali-kali lipat. Meskipun hanya dengan polesan bedak bayi dan sedikit liptint di bibir mungilnya.

Setelah dia rasa semuanya sudah perfect, Kania keluar dari kamarnya sambil menenteng tas selempang yang harganya tidak bisa diragukan lagi.

Sesampainya di meja makan Kania mendapati Abi yang sudah lebih dulu menyantap nasi goreng bikinan bi Iyem, asisten rumah tangga Kania. Gadis itu lalu duduk di kursi yang berdekatan dengan Abi.

"Lo nginep di sini bang?" tanya Kania sambil mengambil nasi goreng dan dituangkan ke piring miliknya.

"Menurut lo?"

"Oh yah, bang. Menurut lo, gue terima aja tawaran bu Tiara atau enggak?" tanya Kania tak mengindahkan ucapan Abi barusan.

Abi menoleh ke arah Kania. Lalu kembali melanjutkan makannya.

"Terserah lo. Yang bakalan ngejalanin kan lo."

"Iya sih. Apalagi bunda juga kayaknya dukung gue."

"Sejak kapan lo bicara sama bunda?"

"Semalam gue telepon dia. Gue ceritain semuanya. Dan bunda bilang yah terserah gue."

"Trus, keputusan lo?"

"Kayaknya gue bakal tolak deh."

"Lho, kenapa? Bukannya sekolah di Korea itu cita-cita lo dari dulu?" ujar Abi sesekali melirik ke arah Kania.

"Gue gak mau LDR-an sama kak Andre."

Uhuk... Uhuk...

Abi tersedak saat mendengar jawaban absurd dari Kania. Sepupunya ini memang suka ngehalu setinggi langit.

"Heh! Emang sejak kapan lo pacaran sama Andre? Ditembak aja kagak pernah."

"Elah bang. Bentar lagi gue juga bakal jadian sama dia. Tenang aja."

"Dasar tukang halu!"

Kania beranjak dari kursinya setelah menghabiskan nasi goreng dan juga susunya.

"Yuk ah bang. Telat nih gue." ujar Kania sambil melirik jam tangannya.

"Lah, mobil lo kemana? Tumben pengen nebeng."

"Gue lagi males nyetir."

"Tapi kita jemput Kesha dulu yah. Gue udah janji soalnya."

"Iya, terserah lo."

Abi baru saja menyelesaikan makannya. Dia ikut berdiri lalu menyerahkan kunci mobilnya pada Kania.

"Lo nyuruh gue nyetir?"

"Gak. Lo duluan aja ke depan. Gue mau ambil tas dulu di kamar."

Abi berjalan menuju kamarnya. Dia memang punya kamar sendiri di rumah Kania. Berhubung karena hampir setiap hari dia menghabiskan malamnya disini. Jadi, Abi memutuskan untuk mendekorasi kamar tamu menjadi kamarnya sekarang. Yah seperti rumah sendirilah. Toh rumahnya juga ada di sebelah kanan rumah Kania.

Sedangkan Kania, gadis itu juga berjalan menuju teras rumahnya. Sambil menunggu Abi yang masih ada di dalam, dia memilih duduk di kursi kayu yang ada di teras sambil memainkan ponselnya.

"Yuk berangkat." ujar Abi yang saat ini sudah berdiri di depan Kania.

"Let's go!"

*****

Jam istirahat sudah berbunyi nyaring di seantero SMA Angkasa. Krasak-krusuk di setiap kelas sudah terdengar saat guru yang mengajar di setiap kelas menyelesaikan ajarannya dan meninggalkan ruangan.

ABU-ABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang