SESAMPAINYA di kelas, Kania langsung duduk di bangkunya dengan wajah yang masih tertekuk. Menghentakkan kakinya di bawah meja dan menggerutu tidak jelas. Bahkan gadis itu tidak mempedulikan ekspresi ketiga sahabatnya yang sedang menatapnya.
"Kenapa lo? Andre lagi?" tanya Rara tepat sasaran.
"Lo juga sih Kan. Udah tau Andre gak suka sama lo, tapi lo ngejar dia mulu." kata Stefani menimpali.
"He-em. Masih banyak kali Kan, cowok gagah di sekolah ini. Lo tinggal milih aja." ucap Putri ikut-ikutan.
"Daripada lo ngejar-ngejar yang udah pasti gak mau sama lo, mending lo sama kak Alan aja noh. Yang udah jelas suka sama lo." ucap Rara memanas-manasi Kania yang diikuti dengan anggukan Putri dan Stefani.
Kania menatap ketiga temannya dengan tatapan tajam. Dan yang ditatap hanya bersikap seolah mereka tidaklah bersalah.
"Lo bertiga bisa diem gak sih?"
"NGGAK!" jawab temannya serempak.
"Sebelum lo berhenti ngejar Andre!" lanjut Rara.
Kania menatap teman-temannya sengit. "Lo bertiga kenapa sih? Demen amat nyuruh gue berhenti ngejar-ngejar kak Andre?" tanyanya kesal.
"Karena kita gak mau lihat lo terus-terusan jadi bucinnya Andre!" jawab Rara tak kalah kesal.
"Direspon juga kagak lo!" tambah Rara.
"Au ah. Lo pada ngeselin banget sumpah!"
Jika saja ketiga perempuan ini bukanlah temannya, Kania sudah lama mencekik mereka. Bukannya bantuin, ini malah di bikin tambah kesal.
Fix. Hari ini semua orang benar-benar nyebelin!
♥♥♥♥♥
Tringggggg!!
Bunyi bel sudah terdengar di seantero sekolah. Siswa-siswi pun sudah berangsur-angsur meninggalkan kelas-kelas mereka. Termasuk Kania, gadis itu sudah lama meninggalkan kelasnya tanpa menunggu ketiga temannya yang masih bercanda ria di dalam kelas. Kania masih ngambek! Makanya gadis itu mendiamkan ketiganya sampai jam pelajaran berakhir. Anggap saja Kania ini baperan.
Kania berjalan menuju kelas Abi dengan wajah yang sejak tadi tidak bersahabat.
Dan saat kakinya sudah hampir sampai di kelas Abi, matanya tak sengaja melihat sosok Andre yang sedang berjalan ke arahnya. Kaki Kania terhenti seketika. Namun jantungnya berdetak lebih cepat seolah ingin keluar dari tempat asalnya.
Namun sedetik ketika kaki Andre sudah mencapai tempat Kania berdiri, ternyata kaki cowok itu melewatinya. Tanpa menatapnya, tanpa menyapanya, bahkan tanpa meliriknya sekalipun. Seolah Kania tak terlihat disana. Seolah Kania bukanlah manusia yang wujudnya nyata di mata Andre.
Hati Kania sakit. Juga malu pada dirinya sendiri karena gadis itu sudah kegeeran. Berharap yang sangat mustahil akan terjadi.
Segitu tak sukanya kah Andre pada Kania?
Kania pun melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Hatinya masih sakit. Jika saja gadis itu sedang berada di rumah sekarang, pasti ia sudah mengurung dirinya di dalam kamar dan menangis sepuasnya. Tapi sayangnya ia sedang berada di sekolah. Akan dianggap aneh dirinya jika ia menangis di sekolah.
Dan sialnya lagi kelas Abi belum juga bubar. Itu artinya mau tidak mau Kania harus menunggu lagi.
Kania duduk di kursi panjang yang ada di depan kelas Abi. Mengeluarkan ponselnya, membuka beragam aplikasi untuk mengusir rasa bosannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABU-ABU
Ficção AdolescenteSaat ku kejar, kau semakin menjauh. Saat ku diam, kau bertanya mengapa. Dan, Saat ku pergi, kau pun merasa kehilangan. Lantas, siapa yang disalahkan disini? Aku, kamu, atau sang waktu?