11. Sifat Asli Andre Telah Kembali

101 2 0
                                    

SAAT jam istirahat berlangsung, kantin SMA Angkasa kembali dihebohkan dengan kedatangan Kania dan Andre ke kantin. Dengan cowok itu menggenggam tangan Kania dengan senyum yang sejak tadi terpatri di bibirnya. Yang siapapun akan dibuat meleleh dengan senyuman itu.

Satu hal yang diyakini oleh seluruh penghuni SMA Angkasa, apalagi yang mengenal Andre sedari dulu adalah, bahwa sifat asli Andre telah kembali. Dimana dulu cowok itu melakukan hal yang sama pada dia yang jauh disana.

Sudah meleleh kah es batu yang telah tertanam dalam diri Andre selama ini?

Andre mengantarkan Kania ke meja yang sudah dihuni oleh ketiga sahabatnya.

"Gue kesana dulu yah." pamitnya pada Kania seraya menunjuk teman-temannya yang sudah menatapnya kaget dan bingung.

"Iya kak." jawabanya seraya menganggukkan kepalanya.

"Nempel terus lo kayak perangko," sindir Rara.

Kania menatapnya kesal. "Bilang aja lo iri!" ucapnya sambil menyeruput jus jeruk yang sudah dipesankan oleh temannya tadi. Teman yang baik.

"Nggak ada sejarahnya seorang Rara iri sama orang lain!" ucapnya tak mau kalah. "Apalagi cuma adegan-adegan alay kayak lo!"

Kania memandang Rara kesal. "Lo kenapa sih Ra? Kayaknya lo kessel mulu sama kak Andre,"

Entah kenapa Kania merasa bahwa Rara sangatlah membenci Andre. Bahkan dari cara bicaranya saja sudah jelas kelihatan. Atau perasaan Kania saja?

"Gimana gue gak kessel? Baru juga kemarin dia nyakitin lo, eh tiba-tiba dia baik gini sama lo. Gimana gue gak curiga dia punya maksud apa-apa?" ungkapnya mengeluarkan segala uneg-uneg yang sudah ia tahan sedari tadi.

"Hati lo itu dipenuhi dengan kebencian Ra. Makanya lo curigaan mulu." balas Kania sesabar mungkin. "Udah deh yah. Mending lo positive thinking aja deh. Belain gue kek sebagai teman. Jangan malah giniin gue." lanjutnya.

"Udah-udah. Kalian berdua kenapa malah ribut sih? Gak malu diliatin orang?" ucap Stefani menengahi.

"Bener tuh kata Stef. Lo berdua itu sahabat. Masa cuma gara-gara Andre kalian berdua malah berantem sih," ucap Putri ikut menimpali.

"Lo juga Ra, urusan Kania deket sama Andre itu hak dia. Kita sebagai sahabat hanya mendukung. Kalau emang nanti ada apa-apa sama Andre, gue juga gak bakal tinggal diam." lanjut Stefani.

Akhirnya Rara pun hanya bisa menghela nafas pasrah.

Benar yang dikatakan Stefani, Kania juga punya privasi tersendiri. Ia tidak boleh egois dengan melarang Kania dekat dengan Andre. Dan satu hal yang Rara tanam dalam dirinya, jika nanti Andre menyakiti Kania lagi, maka ia adalah orang pertama yang akan menghajar Andre habis-habisan.

"Maafin gue Kan udah terlalu sensi dengan masalah lo dan Andre." ucapnya pada Kania dengan tersenyum tipis.

"Iya gak papa. Gue juga minta maaf soal yang tadi." balas Kania juga dengan tersenyum.

Mereka berempat pun kembali ke keadaan semula. Dimana mereka akan membahas hal-hal yang dari penting ke tidak penting. Dari yang masuk akal ke yang tidak masuk akal.

Begitulah persahabatan. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar. Seperti bumbu dalam masakan. Tidak akan gurih jika tak ikut andil dalam masakan tersebut.

Tanpa ada yang menyadari, seseorang tengah berdiri di pintu kantin sambil tersenyum hangat dengan memperhatikan Kania yang sedang tertawa lebar bersama teman-temannya.

"Semoga lo bisa tertawa seperti ini sampai lo bisa lupain Andre di hati lo." ucapnya seraya menggenggam tangan gadis yang sedari tadi berdiri di dekatnya sambil mengusap lengannya.

"Keputusan aku gak salah kan?" tanyanya pada gadis itu.

"Gak. Kamu udah berusaha buat Kania tersenyum. Dan aku yakin, Kania pasti gak bakal marah jika suatu saat nanti dia tahu tentang ini." balasnya seraya tersenyum. Menguatkan laki-laki yang sudah menjadi kekasihnya sejak kelas sepuluh.

"Aku harap juga begitu."

"Yaudah yuk. Aku mau makan. Laperr." rengeknya yang bergelayut manja di lengan kekasihnya.

"Yuk."

Mereka berdua pun berjalan memasuki kantin lalu memesan makanan yang akan mereka makan bersama-sama.

♥♥♥♥♥

Drrtt... Drrtt...

Ponsel Kania bergetar di dalam laci. Pertanda ada pesan yang masuk. Buru-buru ia mengambil ponselnya dan melihat siapa yang mengirimkan pesan padanya. Untung saja kelasnya sedang tidak ada guru, jadi ia bisa berleha-leha dengan teman-temannya di kelas.

Kak Andre
Lg ngapain?

Alis Kania bertaut. Sejak kapan nama Andre jadi berubah di kontaknya? Aish. Pasti Andre yang mengubahnya saat tadi pagi Andre meminjam ponselnya. Ah biar sajalah.

Lagi ngerumpi sama yang lain.
Kk sendiri lagi ngapain?

Kak Andre
Ngerumpi mulu. Gak belajar?

Aish kebiasaan. Ditanya malah nanya balik.

Gak. Kelas aku lagi gak ada guru.
Kk sendiri lagi ngapain?

Kak Andre
Lg mikirin kamu :-)

"Aakkkhhhhh." jerit Kania tiba-tiba.

"Lo kenapa sih? Ngagetin aja!" tanya Putri kesal yang diangguki oleh Rara dan Stef.

"Gak papa." jawabnya cuek.

Ia kembali membalas pesan Andre.

Ah kak Andre bisa aja.
Kak Andre bisa juga yah gombalnya.
Aku kira kak Andre itu kaku kayak batu hehe

Kak Andre
Apasih yang gak buat kamu;-)
Udah dulu yah. Guru aku udah dateng.
Bye cantik

'Demi upin-ipin yang gak juga besar-besar, sumpah demi apa kak Andre bilang gue cantik? Tenggelamkan saja gue dirawa-rawa' jeritnya dalam hati. Gadis itu sudah jingkrak-jingkrak di bangkunya tanpa mempedulikan ketiga sahabatnya yang memandangnya aneh.

Baru juga dibilang cantik. Gimana kalau udah ke tahap cium? Eh?

Sedangkan di kelas lain, lebih tepatnya di kelas Andre, cowok itu sedang mengomel karena mendapati Gilang yang sedang berbalas pesan dengan Kania.

"Lo kenapa sih Ndre? Bukannya lo sendiri udah deket sama Kania? Kenapa lo jadi marah-marah gak jelas hanya karena gue chat Kania kayak gitu?" protes Gilang membela diri.

Andre menatap Gilang tajam. "HANYA lo bilang? Gimana kalau dia tambah baper sama gue? Gimana kalau dia tambah besar kepala? Gimana?" tuturnya emosi. Kelepasan. Upss!

"Maksud lo? Kok gue semakin gak ngerti sih?" tanyanya bingung. Lalu menatap Andre dengan tatapan menyelidik. "Atau lo nyembunyiin sesuatu dari kita? Iya?" lanjut Gilang bertanya.

Andre menghela nafas lelah. "Udahlah. Belum saatnya kalian tahu." jawabnya seraya meninggalkan ketiga temannya yang saling melemparkan tatapan seolah mereka cukup mengerti apa yang sedang terjadi.

'Sepertinya ada yang tidak beres'

Seperti itulah arti tatapan mereka. Namun tidak ada yang berani menyimpulkan apa itu. Toh itu adalah pribadi Andre. Dan semua orang punya urusan pribadi masing-masing.












Terima Kasih ♥

Spesial dari Mommynya Rayna♡

ABU-ABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang