16. Puncak

100 2 1
                                    

Kania dan ketiga sahabatnya telah merencanakan sesuatu. Yaitu, camping di Puncak untuk menikmati masa-masa akhir liburnya. Untung saja ketiga sahabatnya itu sudah pulang dari liburannya masing-masing. Jadi Kania tidak merasa sendiri lagi. Karena semenjak kepulangannya dari rumah Andre waktu itu, gadis itu tidak pernah lagi bertemu dengan lelaki pujaannya. Tetapi chat, video call, dan telepon, sangat lancar jaya.

"Bang, boleh yah? Kan cuma dua hari. Kania juga nggak sendirian kok. Ada Rara, Stef, sama Putri. Boleh yah, bang?" bujuk Kania pada Abi yang sedang duduk di depan televisi sambil menikmati cemilan yang dibuat oleh Kania. Buat sogokan gengs.

Abi menatap Kania jengah. "Nggak boleh Kania. Lo itu cewek. Kalau ada orang yang mau kurang ajar gimana? Lo bisa ngelawan?"

"Tapi kan Kania nggak sendiri bang."

"Iya gue tahu! Tapi temen-temen lo juga cewek semua kan?"

Kania sedikit berfikir. Sepertinya dia baru saja mendapat ide yang sangat cemerlang. Aha!

"Kalau gitu bang Abi ikut aja, gimana?" usulnya bersemangat.

"Gue? Ikut sama lo dan temen-temen lo? Ogah!" tolak Abi mentah-mentah. "Lagian gue tuh cowok, yang ada gue disangka banci sama orang-orang."

"Yang bilang abang bakalan pergi sendiri siapa?"

"Terus?"

Kania tidak menjawab. Gadis itu menyunggingkan senyum misteriusnya dan menaik turunkan kedua alisnya.

Hap!

Kania menangkap bantalan kursi yang Abi lemparkan padanya. Lalu cowok itu pergi meninggalkan Kania yang sudah tertawa terbahak-bahak. Bahkan Kania masih dapat mendengar Abi yang masih mencibirnya dari arah pintu.

"Bilang aja lo mau si Andre ikut!"

*****

Entah bujukan seperti apa yang diberikan Abi pada Andre sehingga cowok kutub es itu mau ikut bersama Kania dan yang lainnya. Karena setahu Kania, Andre itu paling malas bepergian apalagi hal yang tidak berfaedah seperti sekarang ini. Tapi Kania tidak ambil pusing. Yang terpenting adalah, Andre ikut dan saatnya gadis itu akan memulai aksinya. Bahkan bukan cuma Andre yang ikut, ketiga temannya juga ikut untuk memeriahkan camping ini, katanya.

Mobil Andre dan Abi memasuki sebuah villa minimalis bertingkat dua. Villa tersebut adalah villa milik keluarga Kania. Bangunannya masih terlihat masih baru karena papa Kania baru membangunnya dua tahun lalu. Dengan alasan Kania sangat menyukai Puncak. Anak sultan!

"Wah segernyaaaaaaa!" teriak Rara saat dia sudah keluar dari mobil. "Nggak kayak di kota, banyak debu,"

"Rumah lo aja kali yang banyak debu. Rumah gue bersih-bersih aja tuh." sahut Gilang.

Perang dimulai lagi gengs!

"Eh cicak-cicak di dinding, yang ngajak lo ngomong siapa? Hah?" bentak Rara pada Gilang kesal.

"Gue ngomong sama angin! Bukan sama lo! Dasar nenek lampir!" ucap Gilang membela diri.

Belum sempat Rara membalas ucapan Gilang, Abi langsung menengahi sebelum ada drama yang berkepanjangan dan tak berkesudahan.

"Kamar cewek di lantai dua, dan kamar cowok di lantai satu. Kalau kalian mau lihat sunset mending kalian siap-siap gih. Bentar lagi bakal muncul." ucapnya lalu berjalan masuk ke villa dan di ikuti oleh teman-temannya yang lain.

"Bang Abi!" panggil Kania tiba-tiba.

"Kenapa lagi lo?" tanyanya nyolot.

"Boleh nggak gue sekamar sama kak Andre?" pinta Kania. Dan tentu saja gadis itu hanya bercanda.

ABU-ABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang