Semuanya terasa berjalan indah, walau banyak permasalahan yang harus dihadapi, Majapahit kini terasa lebih baik.Langit terlihat cerah memayungi Majapahit, matahari terasa memberi kehangatan setelah musibah yang melanda istana.
Namun tiba tiba terdengar berita yang membuat wajah gusti prabhu kembali gelisah.
Bhre Daha jatuh sakit, hal ini langsung membuat pikiran gusti prabhu kembali ke masa lalu, dimana orang orang tercintanya pergi karena sakit.
" aku tidak ingin kembali kehilangan orang orang yang aku cintai "
Dalam sebuah harapan yang memohon kesembuhan bagi bhre Daha.
Ucapan itu sering dia sebutkan saat membakar dupa untuk memanjatkan doa doa.
Wajahnya mulai terlihat lebih tua dari usianya, mungkin beban pikiran yang cukup berat dengan berbagai permasalahan yang harus dia pecahkan.
Yang dia lakukan kini cuma berdoa, memohon kesembuhan bagi selir yang telah memberinya dua orang putra.
Apa yang menjadi harapan gusti prabhu Wikrama Wardhana tidak menjadi kenyataan, mendung yang menyelimuti istana Majapahit masih berlanjut, bhre Daha akhirnya menghembuskan napas terakhirnya.
Kadangkala dia menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang menimpa Majapahit saat ini, cobaan datang silih berganti, seolah olah tidak ada jeda waktu sedikitpun.
Berharap ini yang terakhir kalinya dia ditinggalkan oleh orang orang terdekat, dan acara ruwatan besar untuk menghalau berbagai musibah kini dia rencanakan.
Namun kembali lagi, belum sempat acara ruwatan besar itu dia gelar, datang berita yang kurang mengenakkan di pikirannya, bhre Wengker, cucu gusti prabhu jatuh sakit.
Trauma atas kehilangan putra putranya yang meninggal, gusti prabhu langsung memerintahkan sejumlah tabib terbaik untuk segera mengobati bhre Wengker.
Tidur tidak bisa nyenyak, tiap tengah malam dia selalu terbangun, dan pikirannya selalu tertuju pada cucu tercintanya, bhre Wengker.
Tiap hari yang dia lakukan cuma mendengarkan kabar keadaan bhre Wengker, hal itu dia lakukan dalam segala situasi.
Namun sesuatu yang tidak ingin dia dengar sebelumnya, tapi harus dia dengar, karena memang itu kenyataan yang harus dia dengar.
Bhre Wengker putra mahkota ketiga yang dia tunjuk untuk menggantikan posisinya sebagai raja Majapahit kelak, menghembuskan napas terakhirnya.
Air mata gusti prabhu kembali membasahi pipi, dia sangat meratapi kepergian cucunya tersebut.
Saking besar cinta dan harapannya kepada bhre wengker, hingga membuat dirinya tidak bisa berkata kata lagi.
Gusti prabhu lebih banyak mengurung diri dalam kamar, dia sangat jarang keluar ruangan, hal ini membuat bingung para pejabat Majapahit.
Untuk sementara roda pemerintahan dijalankan oleh sang mahapatih Gajah manguri.
Tidak ada orang dekat dilingkungan dirinya saat ini, sedikit banyak membuat gusti prabhu sangat khawatir.
Dia mulai merasa curiga pada orang orang di sekeliling dirinya, termasuk sang mahapatih Gajah manguri.
Namun mahapatih Gajah manguri berusaha meyakinkan sang raja, bahwa semua pejabat masih tunduk dan patuh kepadanya.
Sebagai wujud rasa cinta kepada cucunya bhre Wengker, akhirnya gusti prabhu membangunkan candi untuk pendermaan anak Rajasa Kusuma itu, maka berdirilah candi sawentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria Majapahit 3 Tahta Suhita
Historical FictionStri Suhita naik tahta Majapahit menggantikan ayahnya Wikrama Wardhana, sebagai ratu di Majapahit. Sebelumnya dia bukanlah calon pengganti raja di Majapahit, namun setelah satu persatu para putra mahkota meninggal dunia karena wabah, maka stri Suhit...