Mungkin sudah firasat dari para penjaga rumah tersebut, atau kedatangan Panji tercium aroma bahaya, prajurit yang menjaga rumah tersebut langsung mencabut pedang," siapa kamu ? "
Tanya salah satu diantara mereka dengan nada tidak bersahabat.
" utusan gusti ratu "
" ada urusan apa ? "
" tidak ada urusan dengan kalian, urusanku dengan tuan kalian "
" bangsat....., ingin mati kau rupanya "
" tidak usah berteriak, panggil tuan kalian "
Bukannya tuanya yang ada didalam rumah yang dia panggil, tapi tanpa basa basi dia langsung menyerang Panji.
Tapi penjaga ini bukanlah tandingan bagi Panji, cuma dalam satu gebrakan dia langsung jatuh tersungkur.
" sudah aku katakan, jika aku tidak punya urusan dengan kalian "
Para prajurit yang bersama Panji juga mulai sampai, begitu juga dengan para prajurit penjaga yang semula mengelilingi rumah tersebut.
Walau keadaan luar rumah sudah begitu menegangkan, namun belum ada tanda tanda sang pemilik untuk keluar.
" aku tidak ingin terjadi peperangan disini, panggil tuanmu sekarang "
Perintah Panji pada mereka sudah sangat jelas, namun tidak membuat mereka untuk bergerak memanggil pemilik rumah.
Mereka cuma saling memandang, namun belum juga bergerak, kaki mereka seolah terasa berat untuk melangkah.
" kalau kalian menolak, berarti kalian telah menjadi musuh gusti ratu "
Satu sama lain mulai menganggukkan kepala, dan Panji merasa bahwa permintaan dirinya akan mereka laksanakan.
Ternyata salah, karena dengan cepat pedang pedang yang ada dalam genggaman langsung mengayun pada Panji.
" bangsat..."
Ayunan pedang itu cuma menerpa ruang kosong, karena Panji berhasil menghindarinya.
Sontak hal ini membuat prajurit yang bersama Panji bergerak dengan cepat menyerang mereka.
Dengan kemampuan yang dimiliki, Panji berhasil merobohkan dua orang penjaga, dan dia langsung bergegas memasuki halaman rumah tersebut.
Belum sempat kaki Panji memasuki rumah tersebut, sang pemilik sudah keluar dengan keris tergenggam erat ditangan kanan.
Melihat sosoknya ada dihalaman rumah, para prajurit yang sebelumnya saling berperang, sontak langsung berhenti.
Seluruh prajurit langsung jongkok untuk menghormat kepada orang itu, namun tidak untuk Panji.
Dia tetap berdiri tegak dihadapan orang tersebut, seolah olah dia tidak perduli dengan orang itu.
Tatapan matanya begitu tajam kearah Panji, raut wajahnya terlihat menahan amarah yang begitu besar.
" kenapa kau tidak berlutut di depanku, cepat berlutut seperti yang lain "
Bentaknya kepada Panji, dengan mengacungkan keris yang dia genggam.
" untuk orang sepertimu, aku tidak perlu berlutut "
" bangsat ..., prajurit rendahan mau berlagak di depanku "
Panji mengeluarkan kantong kain dari pinggangnya, dan lencana dari gusti ratu stri Suhita dia keluarkan.
" apa kau tahu benda ini ? "
Orang ini terdiam, mulutnya terasa terkunci, tapi otaknya sedang berpikir.
" kenapa kau diam ?, harusnya kau berlutut "
Dia masih terdiam memaku di tempatnya berdiri, tidak ada kata yang bisa dirinya ucapkan.
" jika kau tidak berlutut, berarti kau menentang gusti ratu stri Suhita ? "
" aku pahlawan Majapahit, jadi tidak perlu berlutut di depan lencana itu "
" berarti kau menganggap kedudukanmu lebih tinggi dari gusti ratu ? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria Majapahit 3 Tahta Suhita
Historical FictionStri Suhita naik tahta Majapahit menggantikan ayahnya Wikrama Wardhana, sebagai ratu di Majapahit. Sebelumnya dia bukanlah calon pengganti raja di Majapahit, namun setelah satu persatu para putra mahkota meninggal dunia karena wabah, maka stri Suhit...