Tokoh Utama 2

491 18 0
                                    


" sudah tidak ada lagi orang yang bisa menghalangi diriku, kecuali gusti ratu stri Suhita sendiri "

Dengan lencana resmi kerajaan yang gusti ratu stri Suhita berikan kepadanya, kini Panji sudah bisa leluasa bergerak.

" untuk menguatkan tugas yang akan kamu emban, terimalah lencana resmi kerajaan ini "

Panji merasa belum pantas untuk mengemban tugas penting kerajaan, ada rasa takut yang menyelinap diantara relung hatinya.

Danang wirtana, adalah nama yang pantas untuk mengemban tugas ini, dan bukan dirinya.

" dengan lencana ini, semua pejabat istana berada dibawah kamu saat ini "

Tidak karuan yang Panji rasakan, sekilas dia menatap Danang wirtana, dengan pelan orang yang dia anggap sebagai orang tuanya sendiri itu menganggukkan kepala.

" mohon ampun gusti ratu "

" apa kamu tidak sanggup untuk mengemban tugas ini ? "

Pertanyaan balik dari gusti ratu stri Suhita yang membuat tubuh Panji langsung terasa panas dingin.

" untuk Majapahit, hamba sanggup gusti ratu "

" lalu apa lagi ? "

" apakah hamba bisa menyasar semua kalangan istana ? "

" apa daftar nama yang aku berikan kepadamu kurang jelas ? "

" mohon ampun gusti ratu "

Ucapan ucapan gusti ratu stri Suhita tersebut kian menambah kepercayaan pada diri Panji dalam melanjutkan misi tersebut.

Dengan menunggang kuda mereka terus menyusuri jalanan kota raja Majapahit, siapa saja para pembesar yang namanya tertulis, langsung ditangkap.

" kenapa tuan Danang wirtana tidak ikut misi ini ?"

Tidak ada Danang wirtana dalam lanjutan misi tersebut, hal ini yang membuat Panji jadi bertanya tanya pada dirinya sendiri.

Padahal sebelumnya Danang wirtana adalah orang yang menugaskan dirinya atas perintah Surawardhani.

Panji memacu kudanya paling depan, sementara dibelakang dirinya ada puluhan prajurit yang mengiringi dirinya.

Kuda Panji melaju dengan cepat, tapi ada yang aneh dengan para prajurit yang bersama dirinya.

Nyali mereka langsung ciut, saat kuda Panji mulai bergerak menuju sebuah rumah yang terlihat lebih besar dari sekelilingnya.

Nyali mereka ciut bukan karena ada belasan penjaga di depan rumah, namun pemilik rumah yang membuat mereka takut.

" ada apa dengan kalian ? "

" apa kau tidak salah Panji ?"

" tidak, dia termasuk dalam daftar "

" dia orang penting istana, dan juga pahlawan Majapahit "

" para prajurit yang mati di perang paregreg adalah pahlawan Majapahit, bukan dia "

Ucap Panji dengan jari telunjuk menunjuk kearah rumah tersebut.

Meski Panji sudah berkata demikian, tidak serta merta mereka langsung bergerak mengikutinya.

" kenapa kalian masih diam ? "

Mereka cuma saling berpandangan satu sama lain, tidak ada suara yang keluar dari mulut mereka.

Ikut atau tidak, Panji sudah tidak lagi memperdulikannya, kedua tangannya menghentakkan tali kekang kuda, dan kuda itu melaju dengan kencang.

Mereka masih saling berpandangan menunggu satu sama lain, hingga akhirnya kuda kuda mereka mulai melangkah pelan.

Ksatria Majapahit 3 Tahta SuhitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang