Panji sebenarnya ingin tahu motif dibalik Mahesa ranu yang sangat ingin membunuhnya, tapi karena perintah Danang wirtana yang akan mengurus sendiri masalah tersebut, dengan terpaksa Panji harus mengubur rasa ingin tahunya itu.Namun yang dia ketahui kini cuma satu, bahwa Mahesa ranu masuk dalam golongan orang orang yang menentang gusti ratu sri Suhita sebagai penguasa Majapahit.
Belum terlalu jauh kaki kuda yang dia tunggangi melangkah, beberapa orang pria telah menghadang jalan Panji.
Diantara orang orang tersebut wajahnya sudah tidak asing lagi bagi Panji, dan salah satunya adalah orang yang gagal Panji bunuh, Lembu panuruh.
Melihat gelagat mereka, sudah pasti jika mereka tidak memiliki maksud baik, namun Panji mencoba untuk bersikap setenang mungkin.
" siapa yang menyuruhmu untuk membunuhku ? "
" apa itu perlu aku jawab Lembu panuruh ? "
Ditanya malah balik bertanya, tentu saja pertanyaan balik ini langsung membuat Lembu panuruh naik pitam.
" bangsat..., ditanya malah balik bertanya, sudah bosan hidup kamu ? "
" aku jawab ataupun tidak aku jawab, kau dan orang orang ini pasti akan membunuhku "
Dengan wajah penuh amarah, Lembu panuruh cukup memandang pada orang orang yang bersama dirinya, dan pandangan itu ibarat sebuah perintah untuk menyerang Panji.
Tidak ada kata yang mereka ucapkan, tubuh tubuh mereka langsung berlompatan dari atas kuda dan mengayunkan pedangnya kearah Panji.
Tidak ingin pedang mereka menyayat kulitnya, dengan cepat Panji melompat turun dari atas kuda.
Baru saja kedua kakinya menginjakkan kaki di tanah, ayunan pedang mereka sudah berkelebatan di sekelilingnya.
" ini gila "
Panji terus bergerak mengindari tiap sabetan pedang yang terayun pada dirinya.
Sabetan pedang itu datang dengan silih berganti, dan hal ini pula yang membuat Panji kewalahan menghadapi mereka.
Merasa terus terdesak, Panji menarik keris yang ada dibalik punggungnya, dia ingin menghadapi mereka tidak lagi dengan menggunakan tangan kosong.
" sekarang majulah kalian "
Merasa tertantang dengan ucapan Panji, mereka kembali bergerak dengan berkelebatan dengan cepat.
" ini tidak seperti sebelumnya "
Mereka membentuk formasi yang sebelumnya tidak Panik lihat, dan gerakan mereka terasa lebih cepat.
" sebentar lagi kau mampus prajurit..."
" simpan omonganmu itu Lembu panuruh.."
Mereka berlompatan dengan menyabetkan pedangnya, sementara Panji masih mampu menangkis dengan keris.
" mereka bergantian menyerang ku, aku tidak bisa begini terus, bisa bisa aku mati oleh pedang mereka "
Berkali kali Panji mampu menangkis pedang mereka, namun secara perlahan dia mulai merasa kewalahan.
" aku tidak mungkin harus begini terus, aku harus melakukan sesuatu "
Keris yang semula tergenggam ditangan kanan, dia pindahkan ke tangan kiri, cuma dalam hitungan jari, telapak tangan kanan Panji langsung dia hempaskan ke tanah.
Dia sadar, bahwa menghadapi lawan yang terus melompat, tentu ajian tapak bumi kadang tidak berpengaruh bagi lawannya, namun ini adalah pilihan yang harus Panji lakukan, karena dia merasa sudah tidak ada jalan yang lain.
Walau dalam hatinya sendiri merasa tidak yakin dengan apa yang dia lakukan akan berhasil, tapi apa salahnya untuk mencoba.
Saat dia merasa seluruh kekuatan yang dia miliki telah berkumpul pada telapak tangan kanannya, seketika itu tangan Panji langsung menghempas keras di tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria Majapahit 3 Tahta Suhita
Historical FictionStri Suhita naik tahta Majapahit menggantikan ayahnya Wikrama Wardhana, sebagai ratu di Majapahit. Sebelumnya dia bukanlah calon pengganti raja di Majapahit, namun setelah satu persatu para putra mahkota meninggal dunia karena wabah, maka stri Suhit...