Kuda itu terus dia pacu, hentakan kaki kaki kuatnya membuat debu di sepanjang jalan yang dia lalui berterbangan." Mahesa ranu "
Ucap Panji, saat kuda yang dia pacu ditengah jalan berpapasan dengan putra Danang wirtana tersebut.
Ada sejumlah prajurit Majapahit yang saat ini bersama Mahesa ranu, yang jelas tidak ada senyum yang tergambar pada wajah mereka.
Mahesa ranu terdiam, tapi terlihat dari sorot matanya yang tajam, dan raut wajah yang tidak bersahabat, sudah cukup menandakan kalau dirinya marah kepada Panji.
" ada apa Mahesa ranu ? "
Tidak perlu dijelaskan, cukup melihat raut wajahnya Panji sudah paham, jika Mahesa ranu marah kepada dirinya.
" tangkap dia.."
Panji kian tidak mengerti, kenapa Mahesa ranu perintahkan para prajurit yang bersamanya untuk menangkap dirinya.
" tunggu dulu Mahesa ranu, ada apa ini ? "
" kamu mencoba membunuh Lembu panuruh"
" kita perlu bicara Mahesa ranu "
" tidak ada yang perlu dibicarakan "
Namun Mahesa ranu tetap tidak bergeming, dia tetap bersikukuh untuk menangkap Panji.
Mengingat misi yang belum selesai, Panji merasa harus melawan, karena dia tidak ingin misi kali ini gagal.
" aku harus melawan "
Dalam sekejap Panji sudah dalam kepungan para prajurit Majapahit, mereka sudah siap dengan pedang tergenggam di tangan.
" jangan kau paksa kami untuk menggunakan kekerasan, menyerahlah Panji "
" aku tidak tahu kalian berada di pihak yang mana ?, tapi aku tidak akan menyerah "
Melihat gelagat yang mereka tunjukkan sudah jelas, bahwa Panji akan ditangkap hidup atau mati.
" hiat...."
Salah satu prajurit mengayunkan pedangnya kearah Panji, namun dengan cepat dia langsung menghindar.
Serangan pertama gagal, lalu muncul yang lainnya yang juga langsung menyerang Panji.
Meski dengan tangan kosong, Panji masih mampu menghindari tiap serangan mereka.
" aku akan mencoba ajian seperti kemarin "
Hembusan napas Panji mulai mengikuti alur, dengan memusatkan segala pikiran dan tenaga pada satu hal, mengalirkan kekuatan pada seluruh tubuh.
Saat semua tubuhnya mulai terasa hangat, dia dengan perlahan mulai mengatur napasnya.
" kalau dia tidak menyerah, bunuh saja "
Perintah Mahesa ranu kepada para prajurit.
Panji sempat bertanya pada dirinya, kesalahan apa yang telah dia perbuat, sehingga Mahesa ranu bisa dengan tega memerintahkan demikian ?.
Mahesa ranu sedikit banyak sangat paham akan Panji, dan dia sudah mengerti dengan apa yang akan dia lakukan.
" serang dia cepat..."
Apa yang yang Mahesa ranu perintahkan, langsung diterjemahkan dengan baik oleh para prajurit tersebut.
Mereka berlompatan mengayunkan pedang kearah Panji, tapi belum sampai pedang itu menyentuh tubuh Panji, tiba tiba tubuh mereka langsung terpental kebelakang.
Pedang dalam genggaman mereka seketika terlepas, saat tubuh para penyerang itu jatuh ke tanah.
Mereka langsung bangkit, meski ada bagian bagian tubuh yang saat itu mereka rasakan terluka.
" aku bunuh kau Panji.."
Melihat para prajurit sudah dirasa tidak mampu, Mahesa ranu langsung menyerang Panji.
" Mahesa ranu, dengar dulu penjelasanku "
" tidak ada yang perlu didengar Panji "
Dengan keris tergenggam, Mahesa ranu menyerang Panji dengan membabi buta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria Majapahit 3 Tahta Suhita
Historical FictionStri Suhita naik tahta Majapahit menggantikan ayahnya Wikrama Wardhana, sebagai ratu di Majapahit. Sebelumnya dia bukanlah calon pengganti raja di Majapahit, namun setelah satu persatu para putra mahkota meninggal dunia karena wabah, maka stri Suhit...