Prolog

12.4K 337 25
                                    

Sahabat bukan hanya mereka yang telah berada di sampingmu, tetapi mereka yang telah lama berada di hatimu.

***

Wanita di hadapannya ini, melihat Andra dengan tatapan tajam.

"Maafin gue, Rei. Gue ga sadar waktu ngelakuinnya." Lelaki itu tertunduk lemah.

"Kamu sengaja kan, Ndra?" Air matanya sudah ingin menetes sejak tadi, tapi masih dia tahan.

Jangan nangis, Reisa. Jangan jatuhkan air matamu untuk lelaki brengsek itu.

"Gue mabok. Gue ga tau kalau itu lu."

"Kamu bohong, Ndra. Aku tau kamu minum, tapi kamu ga mabok. Kamu sengaja ngelakuinnya sama aku," suaranya bergetar. Matanya berkaca-kaca.

Dia ingin menampar atau memukul atau melakukan apa saja untuk melampiaskan sakit hatinya pada lelaki ini. Rasa kecewanya begitu dalam.

"Gue siap bertanggung jawab kalau lu mau."

"Eh, maksud kamu apa?"

"Engg ... gue ...gue ... mau nikahin lu," jawabnya meyakinkan.

Plak!

Akhirnya, sebuah tamparan melayang di wajah Andra. Lelaki itu menerima, apa pun perlakuan Reisa kepadanya.

"Kita emang sahabatan, Ndra. Tapi sorry ya, biarpun aku udah kotor karena perbuatan kamu. Aku engga mau jadi istri kamu!"

Reisa berlari masuk ke dalam mobilnya. Tangis yang sejak tadi ditahannya tumpah ruah. "Jalan, Bim." Di antara isak tangisnya, dia memberi perintah.

"REI! REI!" Andra belari mengejarnya.

Tapi percuma, Bimo, supir pribadi Reisa sekaligus bodyguard-nya sudah melesatkan mobil dengan begitu kencang.

Andra masuk ke dalam mobilnya sendiri dan berusaha mengejar. Tapi dia terjebak macet.

"Sialan!" Dia memaki. Andra meremas rambutnya, menatap nanar jalanan ibu kota.

"Maafin gue. Gue cinta sama lu. Tapi lu aja yang ga pernah tau. Maafin gue." Tangisnya ikut tumpah.

Dia lelaki, sekuat apapun fisiknya, satu-satunya kelemahannya adalah wanita yang dia cintai.

Sahabatku, SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang