Sudah satu jam dia menunggu, tapi Reisa belum turun juga. Melihat Andra yang sedari tadi gelisah, akhirnya Wisnu mengizinkannya menyusul ke atas.
Andra bergerak cepat. Menyusul Reisa di kamarnya. Hanya menunggu di luar. Tidak berani masuk ke dalam. Sedekat apapun mereka, dia masih tahu batas.
Tok ... Tok ... Tok ....
"Cepetan, Rei! Rempong amat nih cewek." Dia mengetuk-ngetuk pintu kamar gadis itu.
Ceklek!
Pintu terbuka.
Mata Andra terbelalak mendapati sesosok gadis, yang kali ini tampak berbeda, sedang berdiri dihadapannya. Reisa terlihat sangat anggun dengan dress kasual serta dandanan yang natural. Rambut panjangnya di gelung ke atas.
Cantik.
Andra menelan ludah. Dalam hatinya berkata, bidadari ternyata di bumi juga ada.
"Kenapa kamu, Ndra?" Gadis yang ditatap mesra itu begong, tak mengerti sinyal cinta di mata Andra rupanya.
"Eh, ga apa-apa." Andra membuang muka sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Wajahnya bersemu merah. Kenapa pula dia jadi nervous begini. Reisa memang jarang berdandan, terlalu cuek dengan penampilan.
"Jalan yuk. Aku udah ga sabar pengen lihat Dimas tampil." Dia menarik tangan Andra, setengah berlari menuruni tangga.
"Dari tadi siapa juga yang lama? Kalau mau ketemu Dimas aja dandan. Giliran jalan sama gue, cuma pake kaos oblong. Nasib ban serep." Andra membatin.
"Pergi dulu ya, Om." Mereka berpamitan dan mencium tangan Wisnu.
Wisnu, papanya Reisa, hanya bisa menggeleng kepala saat melihat kelakuan mereka berdua. Dia memang membiarkan putrinya berpergian dengan Andra, karena sejak dulu sudah percaya.
Dua anak itu, segera pergi karen sudah terlambat. Jangan sampai ketinggalan acara, Reisa bisa marah nanti.
* * *
"DIMAS!" gadis itu berteriak-teriak histeris saat nama pujaan hatinya dipanggil dan maju ke depan.
"Sttttt ..." Andra menutup mulut Reisa dengan tangan.
"Apaan sih, Ndra? Rese' tau." Dia melipat tangan di dada. Wajahnya cemberut, kebiasaan perempuan kalau sedang merajuk.
Melihat itu, Andra jadi gemas. Rasanya dia ingin menciumnya saja. "Berisik amat sih. Ini tu olympiade sains, bukan pertandingan basket. Lu norak banget jejeritan kayak gitu. Gatel!"
"Biarin, kan aku mau ngasih dukungan buat Dimas biar dia menang." Reisa menatap Dimas dari kejauhan, tatapan penuh cinta. Gadis itu tersenyum sendiri, tidak jelas apa yang sedang dipikirkannya.
Andra menjadi kesal melihatnya. "Lu doain aja dia menang. Ga usah jejeritan begitu."
"Biarin. Weee!" Reisa menjulurkan lidahnya.
Aduh, Andra semakin gemas kalau begini. "Noh, liatin. Ada Sasa," bisiknya. Tangannya menunjuk ke arah segerombolan cewek yang duduk di barisan depan. Sebenarnya dia lagi modus ingin berdekatan dengan Reisa.
Sasa and the gank.
Mata Reisa melotot melihat ke arah yang di tunjuk Andra. Itu di sana ada Sasa, pacarnya Dimas. Si gadis cantik ayu nan mempesona, gemah gemulai, lentik, mulus lagi semampai.
Si Princess itu kemana-mana pasti dikawal oleh dayang-dayangnya. Mereka itu para gadis yang kurang kerjaan, menjilat Sasa biar kecipratan popularitasnya.
Maklum saja, Sasa ini seorang model di sebuah agency ternama. Walaupun newbie, dan hanya beberapa kali tampil, tetap saja dia berasa artis tenar.
Sedari tadi gadis itu sibuk melambaikan tangan ke arah panggung. Sedang lelaki yang berdiri di atas sana membalasnya dengan senyuman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabatku, Suamiku
RomanceReisa mengira, kisah cintanya akan berakhir indah dengan menikahi kekasihnya Dimas, cinta pertamanya sejak masih remaja. Segala macam persiapan pernikahan telah rampung, hanya tinggal menunggu harinya tiba. Namun, takdir berkata lain. Dia harus men...