bab 6

5.4K 535 23
                                    

Rasanya, Angga... terpesona.

Setelah pertemuan pertama mereka, Angga jadi suka nongkrong bersama Ruth dan Yudha sesekali.

Kalau Ruth, dia memang cewek ngopi banget. Temannya banyak di sana-sini dan dia seperti sudah hafal semua tempat ngopi di seluruh kota. Yudha pun salah satu dari temannya itu.

Sementara, Angga suka ngopi sesekali saja. Dia juga lebih sering jadi yang diajak daripada mengajak.

Memang Angga terkesan kalem tapi karena dia santai itulah, orang-orang selalu merasa nyaman dibuatnya.

Lagipula, Angga pandai memahami situasi dan melihat dari sudut pandang orang lain. Saking membuminya dia, seringkali orang lain baper dibuatnya.

Meski begitu, Angga orangnya sangat tenang. Dia jarang merasakan emosi yang bergejolak apapun situasinya. Namun, semuanya berubah sejak dia mengenal Yudha.

Sepertinya, cowok yang lebih tua darinya itu benar-benar membuat Angga merasakan sesuatu yang baru. Oh, dan, nampaknya Angga jatuh cinta.

***

Di kedai kopi D

Satu bulan setelah pertemuan pertama Angga dan Yudha

Angga nongkrong bertiga saja dengan Ruth dan Yudha. Malam-malam, setelah Angga dan Ruth selesai kuliah, dan Yudha pulang kerja.

Yudha bekerja di perusahaan ekspor tanaman pangan yang masih merupakan bagian dari bisnis milik ayahnya.

Bahkan sudah ada wacana kalau nanti Yudha akan menjadi direktur. Namun, itu masih nanti. Tentu saja dia juga harus melewati jenjang yang sama dengan karyawan lainnya, mulai dari bawah, sekaligus sambil belajar.

"Lo tumben nggak lembur, Dha?" tanya Ruth.

"Lagi nggak ada lemburan, Ruth. Udah kelar," jawab Yudha, lalu meneguk kopinya.

"Iya nih, biasanya akhir-akhir ini Bang Yudha sulit diajakin ngopi, hehe," Angga menimpali.

Yudha memang lebih tua dari Angga dan Ruth. Lebih tua 7 tahun. Itu membuat Angga merasa lebih sopan memanggilnya dengan panggilan 'Bang'.

Hanya umur dan pekerjaan Yudha saja yang diketahui Angga. Dia belum kenal betul dengan Yudha, dan Ruth juga jarang membicarakan temannya yang satu itu.

Ruth menyeruput kopinya. "Nggrek, gue kok geli ya, kalo denger lo manggil dia 'Bang'?" tanya Ruth kesal.

Kalau Ruth tidak hanya semaunya kepada Angga, tapi pada siapa saja termasuk Yudha.

"Kan bener, dia lebih tua dari kita, Ruth. Lo sih preman. Manggil seenaknya," sahut Angga.

"Lo terong," balas Ruth.

Yudha tertawa. "Panggil apa ajalah, yang enak aja. Gue santai."

Angga meliriknya. Hm. Yudha memang sangat mengayomi. Berada di dekatnya membuat Angga merasa ingin manja kepadanya.

Ruth lalu melihat arlojinya. "Eh iya. Gue nggak bisa lama-lama. Baru inget ada tugas dikumpulin besok," katanya.

"Iya Ruth, gitu dong, bener. Sekolah yang rajin, jangan ngopi mulu," kata Yudha.

"Bukannya biasanya lo yang ngajak gue nongkrong? Lo sih, Dha, jomblo mulu. Cari pacar sana," kata Ruth.

Yudha jadi tertawa. "Lagi nggak ada yang mau gue deketin, gue pacaran sama kerjaan gue."

"Alah. Padahal lo-nya yang biasa mutusin, gitu bilang nggak ada yang mau," kata Ruth sambil tertawa.

"Terakhir kali gue diputusin, Ruth. Terus udah gue jomblo dulu, deh. Break dulu," gumam Yudha.

anggrek biruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang