bab 20

4.1K 452 20
                                    

Ya Tuhan, Gilang tetap hot as fuck seperti dulu. Makin hot sepertinya.

Gilang meringis lalu berkata dengan suara beratnya, "Lama nggak ketemu, Ngga."

"Iya, Lang. Sumpah. Lo, apa kabar?" tanya Angga, tidak bisa menyembunyikan keceriaannya.

Iya, Gilang memang teman yang asyik banget. Apalagi sudah lama sekali tidak bertemu dia.

"Gue baik-baik aja. Lo gimana, Ngga? Lo kayak makin berkilau," kata Gilang sambil cekikikan.

Angga mengangkat alis. "Apa maksudmu, Lang? Gue juga baik. Eh, lo kok di sini, sih? Seinget gue terakhir lo di luar kota, kan?"

"Iya, gue udah balik, kok. Udah setaunan gue di sini. Gue buka usaha kafe. Itu di daerah M," kata Gilang.

Angga teringat keluarga Gilang memang berkecukupan, meskipun kedua orang tuanya sudah bercerai.

Pasti lebih mudah buat dia mendapatkan modal untuk berbisnis. Apalagi, kelihatan sekali Gilang bukan tipe orang kantoran.

"Oh ya? Gue mau mampir, ah, kapan-kapan," sahut Angga dengan ceria.

Gilang terkikik sambil memandang Angga. Angga memperhatikan Gilang dengan T-shirt hitam lengan pendek, jeans hitam dan sepatu Converse-nya. Sekali lagi, dia benar-benar hot as fuck.

Dalam sekelebat Angga teringat masa SMA dulu saat dia sering nongkrong bareng Gilang. Dan, ketika mereka berbuat nakal itu. Tanpa disadari Angga tersenyum sendiri. Masa SMA penuh kebodohan.

"Mampir aja, Ngga. Cewek-cewek pasti langsung rame ke kafe gue kalo ada lo. Kalo nggak, kapan-kapan kita nongkrong aja. Kayak, jaman-jaman SMA," kata Gilang.

Angga tertawa, "Boleh. Jaman-jaman SMA, ya? Jaman nggak bener itu?"

Gilang tersenyum. Dia melangkah lebih dekat ke Angga, mencondongkan badannya, lalu berbisik di telinga Angga, "Iya, Ngga. Lo masih gemesin kayak dulu."

Kemudian Gilang mundur lagi sambil nyengir dan menatap Angga.

Oh shit. Angga terbelalak. Dia menatap Gilang yang lebih tinggi sedikit darinya itu. Sumpah Gilang itu orang atau kompor? Dia tidak perlu hot seperti itu. Apalagi sambil mengatakan itu tadi.

Rasanya wajah Angga merona. Dia tidak tahu harus berkata apa.

Pada saat itulah, Rino tahu-tahu datang menghampiri Angga. Dia membawa dua kaus berwarna biru dongker dan abu-abu. Rino melihat Gilang yang tidak dikenalnya.

"Eh, No, ini lho, Gilang. Gilang ini temen SMA gue. Nggak sengaja ketemu tadi," kata Angga sambil memperkenalkan Gilang.

"Hai, Gilang. Gue Rino," kata Rino, tersenyum sambil mengulurkan tangan.

Gilang balas bersalaman sambil tersenyum. "Hei, Rino," katanya.

Lantas Gilang mengedarkan pandangannya ke sekitar situ, tampak mencari-cari sesuatu.

"Mm, gue duluan, yah. Tadi sama temen-temen gue soalnya. Mau balik ke mereka," kata Gilang.

"Oke, Lang. Sampe ketemu lagi kalo gitu," balas Angga.

"Eh, gue minta nomer lo, dong, buat kontak-kontakan," sahut Gilang.

Angga melirik Rino sekilas. "Mm, oke, Lang," kata Angga.

Dia dan Gilang lalu bertukar nomor.

Entah kenapa Angga sedikit merasa bersalah pada Rino. Padahal, siapa dia juga? Rino bukan siapa-siapanya.

Rino sendiri diam saja memperhatikan Angga dan Gilang.

"Oke, Ngga. Seneng bisa ketemu, lo. Kapan-kapan ngobrol yang enak, ya," kata Gilang.

anggrek biruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang