Kletak kletok. Suara langkah kaki mama Angga terdengar mendekat ke ruang TV.
"Ehh, Angga? Oh, ada Rino juga," sapa mama Angga dengan hangat.
Beliau berpikir, pantas pintu ruang tamunya tidak dikunci, ada tamu rupanya. Dilihatnya Angga duduk bersebelahan dengan Rino di sofa ruang TV.
Rino meringis dan mengangguk kepada mama Angga. Angga membuat senyuman datar dan menyapa mamanya.
"Hai, Ma," gumam Angga.
Rambut biru Angga sedikit kusut. Tapi, mama Angga tidak sempat melihat Angga dan Rino sedang asyik-asyikan tadi.
Tadi, Rino dan Angga melompat lalu duduk bersebelahan. Rino cepat-cepat merapikan rambut dan bajunya, Angga juga. Tapi, rambut Angga yang tebal itu masih terlihat agak kusut sedikit.
"Angga rambutnya udah panjangan, ya?" kata mama Angga. Beliau ikut duduk santai di sofa.
"Hm? Masa', sih, Ma?" balas Angga sambil menyisir rambutnya dengan jari-jarinya.
"Iya liat, udah berantakan gitu," mamanya bergumam. Angga menelan ludah.
"Udah lama datengnya, Rino?" tanya mama Angga.
"E-enggak, Te. Barusan, sih," jawab Rino berusaha santai.
Mama Angga tersenyum.
"Ini Tante baru pulang arisan. Kesorean ini, biasa tadi ngobrol sama ibu-ibu, eh, keterusan," katanya, membuat Rino meringis sambil mengangguk.
"Rino rumahnya deket sini, kan?" tanya mama Angga lagi.
"Iya, Te. Deket, kok. Itu di jalan P," kata Rino dengan kalem.
"Habis arisan di mana, Te?" tanyanya, membuka percakapan.
Mama Angga mengangkat alis.
"Itu di rumah temen, deket sini juga. Niatnya arisan sama reuni, eh, malah dapet cerita, itu, temen Tante satunya, kok selingkuh. Padahal, nikah udah lama. Suaminya pengacara---"
"Ma, kok, dateng-dateng ngajakin Rino ngerumpi, sih? Gosip mulu," sergah Angga.
Mamanya lantas meringis sambil memandangi Angga. Sesuatu dalam diri Rino memang sering membuat orang merasa ingin mengobrol dengannya.
Angga bisa merasakan mamanya cocok dengan Rino. Andai saja mamanya tahu kalau Angga itu suka cowok, dan dia menyukai Rino, dan mama Angga merestuinya.
Ingin Angga merasakan kehidupan normal begitu, seperti di film-film.
***
Keesokan harinya, Senin, di kantor rasanya atmosfer antara Rino dan Angga sedang bergejolak. Mereka tidak pacaran, bukan juga berkencan. One night stand juga tidak.
Tapi, gara-gara nakal di rumah Angga kemarin, Rino dan Angga jadi sama-sama merasakan emosi yang aneh. Seperti ingin bersama tapi tidak tahu bagaimana memulainya. Entahlah.
Saat jam istirahat, Angga bermaksud mencari makan siang di kantin fasilitas kantor bersama Rino, ketika ada telepon masuk ke hp-nya.
Yudha. Katanya dia di depan kantor situ dan ingin bertemu. Angga lantas menghampiri Yudha.
"Hei, gue kebetulan aja lewat sini tadi, habis beli makan siang. Nih, buat lo," kata Yudha sambil memberikan satu gelas kopi Starbucks pada Angga.
Angga mengerutkan kening, namun dia menerima minuman kopi itu.
"Hm, makasih? Btw, lo mampir ada apaan, Dha?"
"Gue kangen aja."
"Ini lagi? Kita temenan, lho, Dha. Pokoknya lo jangan nglewatin batas. Mampir gapapa asal lo nggak ada niatan lebih ke gue," kata Angga.
KAMU SEDANG MEMBACA
anggrek biru
General FictionRino dan Angga punya hubungan yang aneh di antara dua orang cowok. Saat baru kenal, Rino merasa kalau Angga, desainer grafis junior itu, sikapnya menyebalkan. Namun, sosok Angga yang berambut biru memang terasa beda, juga misterius. Rino tak bisa me...