Rino merasa lemas seketika. Dia masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.
WTF? Mantan Angga itu COWOK?
"Nggak semestinya lo ... ngelakuin kayak tadi ke mantan lo," Rino akhirnya menemukan kata-kata untuk Yudha.
Rino merasa jantungnya berdegup. Namun, tidak yakin kenapa.
Yudha tersenyum sinis.
"Oh ya? Lo sendiri siapanya Angga?" tanyanya.
"Gue temennya. Lo nggak terima? Lagian jelas-jelas Angga nggak suka lo gituin tadi," balas Rino ketus.
"No, udah, gapapa," kata Angga, satu tangannya memegangi bahu Rino.
Itu membuat Rino merasa adem dan dia jadi lebih tenang sedikit.
Angga masih memegangi pundak Rino. Dia merasa aman seperti itu. Seperti dilindungi. Dia pun menatap Yudha, yang sedang melihat Angga dan Rino sambil mengerutkan kening.
"Yudha, gue udah pernah bilang kalo gue nggak bisa benci sama lo. Tapi, gue juga udah nggak bisa kalo kita kayak dulu lagi. Lo juga, kalo lo emang mau sama gue, dulu kenapa lo nikahin Amel? Lo nggak ada perjuangan buat kita, Dha," kata Angga dengan tenang.
"Jadi, plis. Sekarang, kalo lo masih mau kita temenan, gue ayo aja. Tapi, kalo lo kayak tadi, gue ogah. Mending kita nggak usah ketemu lagi. Dan, tadi bener-bener nggak nyangka gue kalo lo juga ke sini," Angga mengakhiri ucapannya sambil menatap Yudha dengan tertegun.
Hening.
Yudha menoleh memandang jalan raya yang ramai dilalui kendaraan. Malam itu cukup tenang meskipun kendaraan ramai dan banyak orang sedang berjalan kaki juga di trotoar. Ini malam minggu yang seharusnya tenang.
Melihat gejolak di antara ketiga cowok itu sepertinya sudah mereda, Ruth berjalan mendekat.
Dia tadi memperhatikan agak jauh dari mereka, sambil berdiri di dekat pintu galeri. Sementara Rino, Angga dan Yudha berada lebih jauh dari sana.
Sekarang Ruth berdiri di sebelah Angga. Angga menoleh pada Ruth dan tidak bisa menahan keinginan untuk memeluknya. Ruth balas memeluk Angga. Lalu, mereka melepaskan pelukan itu.
"Ruth, lo tau ini siapa? Apa gara-gara cowok ini Angga jadi kayak gini sama gue?" tanya Yudha.
Dia itu bodoh atau mabuk, sih? Rino tidak habis pikir dengan jalan pikiran orang itu. Tapi, yang lebih menjengkelkan dia tidak habis pikir dulu Angga pernah berpacaran dengan cowok macam Yudha.
"Mestinya gue yang nanya, Dha. Lo kok kayak gini? Gue tau lo itu jerk. Tapi, lo beneran nggak pantes berbuat kayak tadi ke Anggrek. Ini demi kebaikan lo juga. Inget sama keluarga lo," kata Ruth.
Yudha menghela napas. Dia diam sebentar lalu akhirnya berkata, "Fine. Gue emang salah. Tapi gue nggak mau tau, karena gue bener-bener masih sayang sama lo, Ngga. Nglepasin lo itu kesalahan terbesar dalam hidup gue."
Kata-kata Yudha membuat Angga terkejut. Dia merasa, berharga. Setidaknya, dulu Yudha benar-benar tidak asal saja memutuskan hubungan dengannya.
"Tapi, lo bener. Kehidupan kita udah beda sekarang. Dan, jalan yang kita lalui pun beda," kata Yudha lagi, "gue nggak akan ganggu lo lagi, Ngga. Cuman, gue berharap masih bisa temenan sama lo."
"Asal lo nggak main nyosor lagi ke dia," Ruth yang menyahuti.
Yudha menatap Ruth sambil mengatupkan bibir.
"Iya," kata Yudha.
"Anyway, sori tadi," Yudha meminta maaf kepada Angga.
Angga menatapnya lama, lalu balas berkata, "Iya. Gue maafin lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
anggrek biru
General FictionRino dan Angga punya hubungan yang aneh di antara dua orang cowok. Saat baru kenal, Rino merasa kalau Angga, desainer grafis junior itu, sikapnya menyebalkan. Namun, sosok Angga yang berambut biru memang terasa beda, juga misterius. Rino tak bisa me...