"'Cuz I'll be in love maze. Let them be them, let us be us." - BTS, Love Maze.
***
Angga lantas mengucapkan sesuatu yang tidak terduga.
"Tapi, Rino. Gue minta satu hal sama lo."
Mendengar itu membuat Rino mengatupkan bibir. Dia lalu menatap mata Angga yang berwarna cokelat gelap itu. Sorot matanya terlihat senang namun juga sangat serius.
"Apa, Ngga?" tanya Rino.
"Gue minta, kalo perasaan lo berubah, lo bilang aja sama gue. Gue gapapa. Daripada, lo maksain juga," jawab Angga dengan kalem.
Kata-katanya membuat Rino tertegun.
Rino hanya berkedip-kedip memandangi Angga.
Lalu, Angga melanjutkan bicara, "Lo tau, kan, perasaan manusia itu bisa berubah. Lo ikutin aja kata hati lo."
"Gue--- iya, Ngga," balas Rino.
Dia juga menyadarinya. Mungkin, Erik benar. Bisa jadi, sebenarnya Rino memang terbawa suasana. Itu karena dia tahu Angga suka cowok, dan kebetulan juga si Angga orangnya baik, konyol, smart, dan tampan, sih.
Entahlah. Rino merasa cocok dengannya. Dia juga tidak keberatan dengan perasaan yang sulit dijelaskan ini.
Rino menghela napas ringan, tidak disadari oleh Angga. Meskipun Rino sudah mengakui kalau dia sepertinya suka pada Angga, tapi dia tidak bisa menyebut perasaan ini cinta.
Rasanya, ini lebih seperti tertarik dan penasaran yang amat sangat.
Bisa saja, Rino benar tidak straight, tapi dia biseksual seperti Gilang, yang pernah dia dengar ceritanya dari Angga.
Mungkin juga, Rino sebenarnya straight, tapi dia sedang berada dalam sebuah fase, yang dia sendiri tidak bisa memahaminya.
Namun, satu hal yang jelas yaitu untuk saat ini, Rino merasakan dorongan yang terlalu besar, untuk meminta Angga terus ada di dekatnya.
Perasaan seperti ingin ditemani. Dan, itu berbeda dengan apa yang dia rasakan terhadap sahabat-sahabat cowoknya, juga mantan-mantannya.
"Thanks, Rino," ucap Angga, membuyarkan lamunan Rino.
Angga tersenyum dan Rino membalas senyumnya.
"Jadi, sekarang kita apaan, Ngga?" tanya Rino.
Angga yang tadi sekilas memandangi laut, kini menoleh ke Rino.
"Apaan apanya?" Angga bingung.
"Mm, kayak, hubungan kita apaan?" tanya Rino lagi.
Kedua mata Angga melebar. "Apa kita harus pake status-status gitu?"
Gantian Rino yang terkejut dan dia mengangkat alis.
Apakah Angga setrauma itu dengan masa lalunya bersama Yudha, sampai-sampai dia tidak mau berstatus apa-apa? Atau, dia sebenarnya tidak sesuka itu pada Rino?
"Hei, malah bengong," kata Angga lagi sambil mencubit pipi Rino.
Angga lalu terkikik. Rambut birunya tertiup angin, membuat Angga terlihat seperti subjek manusia dalam lukisan.
Rino seperti bisa merasakan rona merah muncul di pipinya.
Perasaan ini aneh banget, fuck, dan gue menikmati keanehannya, batin Rino.
"Ngga, cubitin pipi gue lagi," Rino meminta begitu saja.
Sumpah dia merasa Angga terlihat imut waktu mencubit pipinya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
anggrek biru
General FictionRino dan Angga punya hubungan yang aneh di antara dua orang cowok. Saat baru kenal, Rino merasa kalau Angga, desainer grafis junior itu, sikapnya menyebalkan. Namun, sosok Angga yang berambut biru memang terasa beda, juga misterius. Rino tak bisa me...