Rino memandang Angga dengan ekspresi cemas.
"Ini... ini kesalahan," kata Rino.
Mendengar itu, Angga tertegun dan dia melepaskan kedua tangannya dari bahu Rino. Itu membuat Rino tidak nyaman. Dia lebih suka kalau Angga memeganginya.
Akhirnya Rino yang mengulurkan kedua tangannya untuk memegang lengan Angga.
"Yang barusan kita lakuin itu bahaya, Ngga. Cukup sampe sini aja," kata Rino sambil menatap mata Angga.
"Lo nggak punya feeling, kan, sama gue?" tanya Rino.
"Gue nggak janji," jawab Angga pasrah.
Angga merasa seharusnya dia yang menanyakan itu tadi ke Rino.
Rasanya jantung Angga mencelos. Kenapa Rino menanyakan hal tersebut? Berarti dia bisa merasakan kalau Angga mulai suka kepadanya? Lalu, apakah Rino juga merasakan hal yang sama?
"Oke, tapi yang barusan itu, gue bener-bener khilaf. Gue keterusan aja kebawa suasana," jelas Rino.
Angga hanya mengangguk. Dia pasrah saja. Seorang Angga memang terlalu easy going, jadi dia mengiyakan saja omongan Rino.
Bukankah menyenangkan kalau melihat orang yang kamu sukai itu senang?
DRRRT DRRRT.
Tahu-tahu ada panggilan telepon masuk ke hp Rino. Rino mengeluarkan hp-nya dari saku. Erik yang menelepon.
"Napa Rik? .. Gue di rumahnya Angga .. Nggak ada, sih .. Oh iya juga .. Sampe jam berapa, sih? .. Gitu, ya? Ada sapa aja di situ? .. Mas Bambang juga? .. Iya, iya, gue ngajakin Angga, nih .. Ya udah, gue nyusul, ya .. Oke."
Angga menatap Rino sambil berkedip-kedip. Kenapa namanya disebut-sebut juga?
"Erik?" tanya Angga.
"Iya, katanya Kickfest-nya masih ada sampe malem. Yuk, ke sana, Ngga. Kita disuruh nyusul. Ditungguin," kata Rino.
"Gue---"
"---manis. Ayo, deh?" potong Rino.
Sebenarnya Rino merasa jantungnya masih berdentum sekali. Namun, dia ingin terlihat baik-baik saja dan seperti tidak terjadi apa-apa barusan.
Apa dia barusan bilang gue manis setelah nyium gue? Gitu ngelarang gue punya feeling ke dia? Angga membatin.
"Lo itu emang bener-bener, No. Ayoklah," balas Angga sambil berdiri dari kasurnya.
Dia lalu menyisir rambut birunya dengan jari-jarinya. Rino mengikutinya. Mereka lalu berangkat ke Kickfest.
***
Seminggu berlalu sejak hari Sabtu penuh insiden itu. Untungnya malam harinya, Rino dan Angga sempat seru-seruan di Kickfest. Terasa menghibur sekali.
Kini Rino dan Erik sedang mampir ke kuliner bakso langganan mereka sejak kuliah, Warung Bakso S. Mereka sedang berdua saja. Di tengah momen menyeruput kuah bakso pedas itu, Rino bergumam.
"Rik? Gue mau nanya coba," Rino diam sebentar lalu melanjutkan, "gimana pendapat lo tentang gay?"
Erik tidak menoleh kepada Rino. Dia baru saja melahap satu bakso goreng.
Sambil mengunyah, Erik menjawab, "Gay? Gue no comment sih, No. Gue nggak komentar apa-apa kalo soal gay sama LGBT gitu."
Rino mengangkat alis, sedikit terkejut.
"Lo ada apa tau-tau nanya ginian?" tanya Erik.
"Ngg, itu ada temen SMA gue yang ternyata homo gitu, baru tau gue," jawab Rino asal.
KAMU SEDANG MEMBACA
anggrek biru
General FictionRino dan Angga punya hubungan yang aneh di antara dua orang cowok. Saat baru kenal, Rino merasa kalau Angga, desainer grafis junior itu, sikapnya menyebalkan. Namun, sosok Angga yang berambut biru memang terasa beda, juga misterius. Rino tak bisa me...