"Berarti, gue sama lo, emang ditakdirkan buat ketemu?" kata Rino.
Angga hanya diam sambil menatap Rino. Sorot matanya terlihat penasaran.
Rino mau ngomong apa, sih?
"Awalnya, gue sebel sama lo, Ngga. Gue ngira Kiki naksir sama lo, pas lo pertama kali masuk kantor waktu itu. Pas lo kenalan sama temen-temen sekantor. Ternyata, Kiki udah punya cowok. Dan, lo nggak suka cewek," kata Rino.
Angga tersenyum.
Lalu Rino melanjutkan, "Gue, sebenernya nggak ada rencana mau temenan deket sama lo, Ngga. Tapi, yah, gue malah nyium lo. Padahal, lo sama-sama cowok. Menurut lo, gue keterlaluan, nggak, sih?"
Mendengar itu membuat Angga terkikik pelan. Dia memandangi matahari di langit yang kini semakin turun, ingin menyentuh garis cakrawala di samudera.
Angga lalu menoleh, menatap Rino.
"Gue juga nggak pernah ngebayangin bakal ketemu lo, Rino. Gua nggak nyangka juga kalo gue bisa cerita segala macem sama lo. Berbagi rahasia kelam gue. Buat gue itu ajaib, karena gue cuma cerita ke Ruth sama Irma, kakak gue. Udah. Tapi sama lo, gue ngerasa nyaman, aman juga. Jadi, kalo lo nanya pendapat gue tentang lo, menurut gue lo nggak keterlaluan, sih. Lo itu keajaiban, No."
Rasanya ucapan Angga itu seperti desingan peluru yang menembus jantung Rino. Ucapannya terdengar dramatis. Menurut Rino, Angga itu bicaranya selalu sok puitis. Tapi, entah bagaimana Rino suka mendengarnya.
"Lo itu aneh, Ngga. Omongan lo selalu aja sok puitis. Tapi, yang bikin gue sebel, lo kayak gitu malah bikin gue pengen deket terus sama lo," kata Rino jujur.
Ya Tuhan. Angga bersumpah itu tadi omongan Rino yang paling manis dari semua yang pernah didengarnya. Benarkah Rino ingin dirinya terus berada dekat Angga?
Ha, ini konyol, pasti cuma mimpi.
Bukan. Ini sungguhan.
Angga tidak tahu harus berkata apa. Rasanya, kejujuran Rino itu sangat berarti baginya. Ini berbeda dengan ketika dia bersama Yudha.
Saat bersama Yudha, semuanya terjadi secara tiba-tiba. Begitu cepatnya. Angga bahkan sadar kalau awalnya dia tidak memahami sosok seorang Yudha. Hanya sekedar mengenalnya.
Namun, berawal dari sebuah ciuman dan one night stand yang berlanjut terus, akhirnya Angga dan Yudha memutuskan untuk bersama.
Tapi ternyata, dalam kisahnya bersama Yudha, yang berawal dengan terburu-buru juga berakhir dengan buru-buru. Sudah begitu, rasanya itu sangat melukai hati.
Tetapi, itu tidak sama dengan cerita Angga dan Rino. Apa yang mereka jalani memang aneh. Hubungan mereka benar memang teman.
Namun, hal yang mereka lakukan, dan perasaan yang muncul ketika keduanya sedang bersama, sepertinya sesama teman tidak akan seperti itu.
It's like a slow burn romance between two male friends.
Pertanyaan Rino selanjutnya membuyarkan lamunan Angga,
"Lo percaya sama cinta, Ngga?"
"Gue percaya, No."
"Kalo gitu, menurut lo hubungan kita berdua itu, cinta?" tanya Rino.
Itu membuat Angga terkejut. "Gue bakalan seneng kalo itu yang terjadi, No."
Rino menatap ke dalam kedua mata Angga lalu bertanya, "Berarti lo suka sama gue?"
"Kalo boleh jujur, iya, No. Gue nggak bakal bohong. Gue emang suka sama lo. Tapi, gue nggak maksa lo buat suka balik ke gue. Soalnya gue tau kalo lo itu straight."
Setelah mengatakan itu, Angga melanjutkan bertanya kepada Rino, "Tapi, lo sendiri coba jujur, No. Apa, lo suka sama gue?"
Rino diam saja. Dia lantas berkata, "Kalo gue pengen lo terus ada di deket gue, nemenin gue, apa itu berarti gue suka sama lo? G-gue juga kadang sebel pas liat lo dideketin cowok lain. Aneh, nggak, sih? Apa menurut lo, gue temen yang posesif aja?"
"Lo seposesif itu sampe nyium gue dua kali? Ya, kalo menurut lo, temen yang sama-sama cowok wajar ngelakuin kayak gitu, ya oke," balas Angga sambil terkikik.
"Lo sialan, Ngga. Sumpah," sahut Rino. Sempat-sempatnya Angga malah bersikap jahil.
Namun, Rino menyadari bahwa dia tidak pernah punya perasaan untuk Erik, maupun teman-teman cowoknya yang lain, seperti yang dia rasakan terhadap Angga.
Akhirnya Rino bergumam, "Mungkin, gue udah gila, dan gue suka sama lo, Ngga."
Kedua mata Angga melebar. Rasanya jantungnya berdegup kencang. Ini tidak nyata.
"Tapi semua gara-gara lo, Ngga. Lo yang suka godain gue," sergah Rino sebelum Angga sempat bicara.
Angga memejamkan mata rapat-rapat lalu membukanya.
"Kapan gue godain, lo? Astaga. Lo pastiin dulu perasaan lo, Rino. Udah yakin apa belum."
"Kayaknya gue perlu ngelakuin satu hal buat mastiin," kata Rino.
Rino melihat ke sekililing sedang sepi. Ada sepasang cewek dan cowok di ujung dermaga. Sementara, orang-orang lainnya sedang berjalan-jalan di dermaga jauh dari mereka.
Lalu,
Rino mengecup bibir Angga.
Itu membuat Angga terkejut sekali, jantungnya berdentum.
Rasanya, nyiur yang melambai bergerak dalam gerakan slow motion. Langit senja bersama air laut biru jernih dan debur ombak itu, memburam seperti latar belakang sebuah foto. Angin pantai berhembus seakan membelai kulit dengan lembut.
Sepertinya, waktu berhenti sebentar.
Sementara, Rino merasa seperti ada kembang api yang meletup dalam hatinya.
Setelah mengecup Angga, Rino lalu bergerak mundur sedikit. Dia menatap mata Angga dalam-dalam.
"Gue rasa gue suka sama lo, Ngga."
Ucapan Rino membuat Angga kaget. Dia masih tidak yakin, apakah yang sedang dialaminya ini nyata. Dia pun ingin sekali meyakini kalau perasaan Rino itu sungguhan.
Meski begitu, Angga tidak dapat membohongi dirinya sendiri kalau dia suka ini. Sangat suka. Dia menyukai Rino.
"Rino Rasya. Gue seneng banget denger ini dari lo," kata Angga dengan perasaan penuh kelegaan.
Rino bisa melihat senyum di wajah Angga yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Dan, kedua mata Angga yang cokelat gelap itu terlihat berbinar.
Namun, Angga lantas mengucapkan sesuatu yang tidak terduga.
"Tapi, Rino. Gue minta satu hal sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
anggrek biru
General FictionRino dan Angga punya hubungan yang aneh di antara dua orang cowok. Saat baru kenal, Rino merasa kalau Angga, desainer grafis junior itu, sikapnya menyebalkan. Namun, sosok Angga yang berambut biru memang terasa beda, juga misterius. Rino tak bisa me...