bab 15

4.1K 463 17
                                    

Anggrek Biru, APA yang udah lo lakuin ke gue?

Rino masih heran, selama bernyanyi, kenapa di kepalanya dia jadi memikirkan Angga?

Dia membayangkan seandainya Angga menyanyikan lagu itu buat ceweknya. Seperti apa dia dan gayanya, dan senyumnya.

Pasti mantan si Angga itu benar-benar cewek yang manja. Sejak awal, pikiran ini tidak menghilang dari benak Rino. Tidak tahu kenapa.

Setelah tim Angga-Rino selesai bernyanyi, lalu selanjutnya giliran tim Kiki-Alvin. Mereka menyanyikan lagu Sweet Talk dari Sheryl Sheinafia, Rizky Febian dan Chandra Liow.

Kemudian, tim Erik-Bambang menyanyikan lagu Indonesia Raya. Yang memilihkan lagu itu adalah timnya Hari dan seorang cowok desainer junior.

Sumpah lagu itu nasionalis sekali tapi juga menyebalkan.

Kalau karaoke sungguhan, siapa yang mau karaokean menyanyikan lagu kebangsaan? Itu karaoke atau upacara bendera?

Memang Hari dan teman satu timnya itu pintar memilihkan lagu.

Setelah acara karaoke selesai, seperti bisa ditebak, tim Rino-Angga menang.

Jelaslah, cewek-cewek ngefans mereka, dan memang lebih banyak desainer cewek di sana. Bahkan, tidak sedikit juga cowok-cowok yang ramai menyoraki tim Rino itu.

Rino refleks memeluk Angga, membuat Angga kaget tapi senang. Dia balas memeluk Rino. Pelukan itu membuat Rino merasa seperti di rumah.

Keduanya lalu mendapat hadiah tempat alat tulis dengan desain berbentuk kotak. Warnanya hitam polos dengan logo "N" putih di satu sisinya.

Rino senang dan langsung meletakkannya di mejanya, sementara Angga memasukkannya ke dalam tas untuk ditaruh di rumah.

***

"Lo, sih, sama Angga mulu. Udah kalian pacaran sana," kata Erik.

"Lo ngapain, sih, Rik? Nggak usah sok-sokan jeles gitu," kata Rino sambil tertawa.

"Gue kenal lo lebih dulu, No. Dan gue yang ada di samping lo selama ini. Itu gue. Saat lo seneng, saat lo sedih. Tapi, lo malah milih laki-laki lain. Teruskan, No. Sakiti aku terus," kata Erik.

Tenang, dia lagi menirukan dialog ala FTV yang terkadang memang agak drama. Erik suka bercanda kalau bersama Rino.

"Lo minta disakitin terus? Lo masokis? Mainnya kasar, lo," balas Rino.

"Lo emang paling tau gue, No," kata Erik dengan muka takjub.

"Lo sinting, sih, pantesan jomblo," sahut Rino malas.

"Gue nggak jomblo. Tapi cewek gue masih di luar negeri nggak pulang-pulang. Lo kayak nggak tau aja."

"Cewek lo di luar negeri? Siapa, Rik?" tanya Rino, penasaran sungguhan.

"Lisa," jawab Erik.

"Lisa itu di luar negeri sekarang? Kapan lo jadian? Gitu lo, nggak cerita sama gue," Rino menyahuti sambil teringat Lisa teman kuliah mereka.

"Bukan, tau. Cewek gue Lalisa Manoban," kata Erik.

"Ah elaah. Tai, lu," balas Rino.

Dia menyesal tadi, kok, tidak terpikirkan Lisa Blackpink, idola Erik.

"Iya, kan, lo juga tau, kan, dia sibuknya kayak apa. Gue cuma bisa kangen," Erik mengerang.

Rino putus asa. "Heh, lo jangan halu napa, sih. Anjir."

Erik memang ngefans berat pada Lisa Blackpink. Dia yang jomblo itu bahkan memasang foto Lisa untuk wallpaper hp-nya. Kalau itu seorang Lalisa Manoban, siapa yang tidak bermimpi jadi pacarnya?

Akhirnya, Erik pulang duluan. Dia mau ke acara Kickfest yang berlangsung selama tiga hari, Jumat, Sabtu Minggu. Rino tidak bisa diajak lagi, katanya dia mau ikut Angga ke Galeri Seni R.

Erik sebal dan dia tadi berterus terang kepada Rino, tapi diungkapkannya sambil bercanda. Erik pun mengalah, dia pengertian dan akhirnya pergi bersama teman-teman kantor yang lainnya.

Rino pun malam mingguan bersama Angga. Mereka pergi ke Galeri R untuk melihat pameran foto yang memang sedang diselenggarakan dua hari ini, Sabtu dan Minggu.

Sedikit banyak, Rino menyukai fotografi tapi hanya untuk hobi saja. Dia dan Angga sudah janjian sejak kemarin. Kali ini gantian Rino yang membawa motor dan membonceng Angga.

***

"Hai, gue Ruth. Jadi lo yang namanya Rino?" tanya Ruth.

"Iya, gue Rino. Hai, Ruth," balas Rino sambil tersenyum.

Sekilas dia melihat anting-anting salib di kedua telinga Ruth.

Rino merasa Ruth terlihat cantik dan orangnya ramah tapi cerewet. Setidaknya, itu kesan pertama yang dirasakan Rino.

"Lo gantengan aslinya daripada pas diceritain Anggrek," kata Ruth lagi sambil nyengir.

Cewek tersebut memang pede sekali, bahkan dengan orang yang baru dikenal.

"Gue jadi geer, Ruth. Angga cerita apa aja, nih?" Rino balik bertanya, setengah tertawa.

"Ruth. Psshh. Diem, nggak," Angga langsung memperingatkan.

Ruth hanya tertawa, dan Rino memasang wajah bertanya-tanya.

***

"Gue kira Rino itu gebetan lo, Nggrek. Lo, kan, mesti nyeritain dia. Ceritanya semangat pula," kata Ruth.

Angga geleng-geleng kepala. "Rino itu straight. Tapi, gue emang nyaman, sih, sama dia."

"Jadi?" tanya Ruth.

"Jadi?" ulang Angga.

"JADI?" tanya Ruth lagi.

"Jadi, gue nggak nolak, sih, kalo ada kesempatan buat kencan sama dia. Gue suka," sahut Angga malu-malu.

"Eh, tapi dia straight. Gue nggak ada harapan, Ruth," kata Angga bermaksud sadar diri.

"Sometimes people just swing that way, maybe he does too. Lo nggak pernah tau seseorang itu kayak gimana, Nggrek. Rino mungkin lurus selurus batang spaghetti, tunggu sampe itu spaghetti direbus. Come on. Nggak ada hal yang lurus di dunia ini," kata Ruth.

Angga tertawa geli. "Lo emang paling bisa, Ruth. Spaghetti, ha? Bisa aja."

Ruth cuma nyengir.

Sekarang Ruth bekerja di bagian telemarketing perusahaan telekomunikasi. Cocok, sih, Ruth kebal terhadap hujatan customer yang sukanya komplain, dan dia pandai berbicara.

Mereka sedang melihat-lihat foto sambil berkeliling, berdua saja. Sementara, Rino lagi duduk santai, sambil menikmati kopi. Namun, dia memperhatikan Angga dan Ruth yang kelihatan asyik rumpi.

Rino lantas berdiri, dia ingin ke kamar mandi. Dia berjalan menuju kamar mandi dengan sedikit buru-buru. Sampai tiba-tiba---

anggrek biruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang