"Tae, sungguh kau titisan Kim Seokjin! Lihat hasil pemotretan mu! Bagaimana bisa wajahmu terlihat seperti anime hidup?" Teman sekelas Taehyung heboh melihat Vogue yang mengeluarkan kembali majalah dan berisi teman sekelas mereka.
"Kau sungguh berbakat, Tae!"
"Bagaimana bisa anak polos sepertimu berekspresi seperti ini? Bakat Ayahmu mengalir dalam darahmu ya sepertinya?"
Teman-temannya tak berhenti berucap kalimat pujian bagi Taehyung. Anak itu justru terus menerus tersipu malu mendengar pujian yang tak henti hentinya dilontarkan. Namun tiba-tiba ada seseorang yang selalu mengusik ketenangannya dan Jimin, siapa lagi kalau bukan Park Jinyoung.
"Siapa yang tidak mengetahui glamornya kehidupan The Kims itu? Apa yang tidak bisa mereka lakukan dengan uang?" Jinyoung tertawa melecehkan bersama teman-temannya.
Jimin sudah mengepalkan tangannya, tetapi ditahan oleh Taehyung.
"Apakah tidak ada yang curiga?" Jinyoung berjalan mendekati Taehyung, "Lemah, cacat, dan berdiri pun tidak bisa. Tetapi menjadi model untuk majalah Teen Vogue?"
Cukup. Jimin berdiri seketika berhadapan dengan wajah songong Park Jinyoung. Tubuh Jimin yang tidak setinggi lawan bicaranya membuat anak itu menengadah. Jinyoung hanya menyunggingkan bibirnya dan menaikkan alisnya, menanti perlakuan Jimin selanjutnya.
"Jangan banyak bicara, kau laki-laki bukan?" Suara Jimin terdengar pelan namun tegas dan pasti. Tanpa aba-aba, Jimin melayangkan kepalan tangannya ke wajah mulus Park Jinyoung. Tentu lelaki itu tidak terima lalu membalasnya.
Seisi kelas memisahkan perkelahian diantara mereka. Taehyung pun tidak diam, ia menggerakkan kursi rodanya menuju Jimin dan Jinyoung yang masih saling baku hantam.
"Hentikan! Jangan membuat keributan di sini!" Taehyung menarik tangan Jimin agar berhenti menyerang Jinyoung. Melihat Taehyung yang memang tidak berdaya, Jimin menghentikan aksinya. Ia tidak ingin adiknya terluka karenanya.
"Jadi sekarang aku yang harus bertanya, kau laki-laki bukan? Mengingat saudara kembarmu terlihat cantik di majalah, aku meragukan kejantananmu, Jimin." Jinyoung tak henti-hentinya membuat Jimin tersulut emosi.
Baru saja Jimin akan melanjutkan perkelahiannya, Taehyung kembali menarik lengannya. "Jimin! Hentikan!"
"Dia menghinamu, Tae!"
"Aku tidak peduli!"
"Tapi aku peduli!" Jimin yang sudah tidak ingat siapa yang ia ajak bicara pun seketika terdiam.
"Kau berani membentakku, Jim?" Ucap Taehyung lirih. Ia putarkan kursi rodanya meninggalkan Jimin di bagian belakang ruang kelas menuju bangkunya sendiri. Taehyung terlihat sedikit pucat, namun anak itu baik-baik saja.
Jimin meludahi wajah Jinyoung sebelum menghampiri bangku Taehyung yang tepat berada di samping bangkunya. Sebelum Jinyoung sempat membalas, Choi-ssaem sudah memasuki ruangan. Semuanya bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun lima menit yang lalu.
"Tae, kau baik-baik saja? Maaf tadi aku membentakmu, aku tidak sengaja." Jimin setengah berbisik karena kelas terdengar cukup hening. Taehyung yang diajak berbicara mendengar, namun terlalu malas untuk menanggapi. Jimin menghela nafasnya, ia tahu Taehyung marah.
•••
Hoseok menghampiri Jimin di kantin yang terlihat duduk sendiri. Biasanya anak itu akan bersama Taehyung, namun kali ini seperti sesuatu telah terjadi.
"Chim, dimana Tae?" Tanya Hoseok yang langsung mengambil tempat duduk di hadapan Jimin.
"Dia marah padaku." Jimin tidak mengalihkan pandangannya dari sup jamur yang dari tadi ia aduk-aduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
I C A R U S ✔
FanfictionSudah biasa dengan kamera, media, dan gelimang harta. Pasangan pemilik salah satu agensi terbesar di California- Kim Namjoon, dengan supermodel papan atas- Kim Seokjin, selalu menghiasi layar kaca dan dunia maya. Bukan hal mudah membesarkan 5 anak a...