Suasana pagi ini cukup canggung. Semuanya memulai pagi dengan normal. Namun ada yang berbeda di meja makan ketika biasanya Namjoon akan berada di kursinya, kali ini kepala keluarga itu tidak terlihat.
"Appa mana?" Tanya Taehyung.
Semuanya diam.
Hanya Yoongi yang mengetahui kejadian tadi malam, Seokjin pun tidak ingin bicara. Masih belum mengerti dengan keadaan, Taehyung tetap bertanya kepada setiap anggota rumah itu.
"Taehyung! Berhenti bertanya! Bisa kah kau diam?!" Yoongi tanpa sadar membentak adiknya. Entah kenapa otaknya sedang tidak dalam kondisi stabil, melupakan fakta bahwa Taehyung sangat tidak boleh dibentak.
Taehyung terperanjat saat Yoongi membentaknya. Jelas-jelas keadaan anak itu belum sepenuhnya pulih. Ngilu dari bahu kiri ke punggung seketika berubah menjadi nyeri di dada kirinya tembus ke punggung lalu seluruh tubuh. Jantungnya terasa dibakar dan jalur nafasnya terasa ditutup. Taehyung menekan sumber sakitnya, rintihan lolos dari bibirnya.
"Tae!" Jimin menghampiri adik kembarnya.
Taehyung tidak ingin terlihat lemah, jadi dengan sekuat tenaga ia memenangkan diri. Nyeri di jantungnya sungguh menyiksa. Tubuhnya lemas, ia pun tak kuasa menahan sakit itu.
Seokjin menghampiri si rapuh dengan wajah khawatir. Tanpa membuang waktu, Seokjin membawa Taehyung ke sofa bed dan membaringkannya dengan posisi 45° dan kaki diganjal bantal. Seokjin membantu mengurut pelan dada kiri anaknya, salah satu cara untuk mengurangi rasa sakit. Jimin menghampiri dengan membawa obat dan segelas air hangat.
Jantungnya masih berulah, tetapi nafasnya sudah mulai stabil dan segera Seokjin membantunya meminum obat.
Selalu setelah ini tubuhnya akan lemas seperti tidak memiliki tenaga sama sekali, tangannya bergetar hebat, dada nyeri sepanjang hari, tak lupa nafasnya akan sesak jika tidak dibantu tabung oksigen.
"Tae.. hey," Seokjin menyadarkan Taehyung yang kesadarannya ditarik ulur. Taehyung sudah merasa lemas, tidak bisa melawan jika dirinya pingsan. Tetapi sekuat tenaga anak itu menjaga kesadarannya.
"Taetae, jangan tertidur sekarang. Sebentar lagi, ya. Coba buka matamu." Seokjin terus menstimulus Taehyung agar tersadar.
"Ayah.."
"Kau hebat Taehyung, coba lihat Ayah."
"Sakit.." Dengan tangan yang bergetar, Taehyung memegang dada kirinya. Seokjin masih merasakan detak jantung yang abnormal, menjadikan ia kembali menekan pelan titik sumber sakit itu.
"Kita pindah ke kamar, ya?" Tawar Seokjin. Sebelum mendapatkan jawaban, lelaki dengan bahu lebar itu menggendong Taehyung yang ringan.
Tabung oksigen yang selalu sedia di samping tempat tidur akhirnya digunakan. Seokjin mengatur tekanan oksigen sesuai permintaan anaknya.
"Sudah?" Seokjin memastikan tekanannya nyaman, Taehyung hanya mengangguk samar.
Lelaki itu tak henti-hentinya mengusap surai yang basah oleh keringat. Taehyung terlihat sangat kelelahan. Ia juga merasa sangat bersalah saat tadi tidak menanggapi pertanyaan anak itu dan berakhir Yoongi membentaknya. Seokjin sadar Yoongi kembali tidak stabil, begitupun hubungannya dengan Namjoon.
"Tae, maafkan Ayah, ya."
Anak itu hanya mengedipkan mata lemah, tidak mengerti apa yang Ayahnya maksud. Pasalnya ia tidak tahu kapan kemarin mereka pulang, tiba-tiba saja saat pagi sudah berbeda keadaan.
Di lain tempat, Jimin terlihat menangis karena terlampau kesal kepada kakak tertuanya. Bisa-bisanya membentak Taehyung padahal tadi adiknya hanya bertanya di mana Namjoon. Hoseok menenangkan Jimin yang terus menangis. Sedangkan Yoongi kembali memasuki kamar sesaat ketika Taehyung mulai meringis tadi, seolah-olah tidak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
I C A R U S ✔
FanfictionSudah biasa dengan kamera, media, dan gelimang harta. Pasangan pemilik salah satu agensi terbesar di California- Kim Namjoon, dengan supermodel papan atas- Kim Seokjin, selalu menghiasi layar kaca dan dunia maya. Bukan hal mudah membesarkan 5 anak a...