Pertandingan akan dimulai dalam satu jam. Jungkook sudah berada di ruang ganti sejak tadi. Sambil menunggu anggota lain ganti baju ataupun mandi, Jungkook menghampiri sang pelatih untuk mempertanyakan beberapa hal tentang pertandingan.
Meskipun ia bertanya ini itu, jujur saja pikirannya tidak bisa fokus. Suasana rumahnya sedang tidak aman. Apalagi ia melarikan diri sejak kemarin. Handphone sengaja dimatikan agar tidak ada panggilan apapun dari saudara atau orang tuanya. Sebegitu marahnya ia kepada keadaan yang sedang tidak memihak.
Kesepakatan terakhir, Jungkook akan menjadi center dan harus menjadi most valuable player untuk pertandingan kali ini. Sang pelatih sudah sangat yakin bahwa hal tersebut bukan lagi masalah bagi Jungkook. Anak itu pun tidak banyak alasan, hanya cukup mengangguk.
Selama latihan kemarin hari pun sudah terlihat kesungguhannya dalam pertandingan kali ini. Bahkan karena terlalu bersemangat, beberapa kali sang pelatih menegurnya untuk mengontrol diri agar tidak membuka celah serangan balik bagi lawan nantinya.
Sebenarnya itu bukan bentuk keseriusannya dalam pertandingan. Ia hanya mengalihkan pikirannya sejenak dari keseharian yang menjenuhkan di rumah. Tentang Taehyung, kedua orang tuanya, dan lain-lain.
Menyinggung soal Taehyung, jauh di lubuk hati si bungsu, ada perasaan khawatir saat ini. Tapi karena ego selalu berhasil menutup hati kecilnya, ia mengatakan kepada dirinya sendiri, "Jangan lemah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dia baik-baik saja."
Sorakan penonton tidak membangkitkan semangat lelaki itu. Ia justru dikuasai amarah karena diantara ratusan orang itu, kedua orang tuanya tidak ada. Tetapi tak disangka, Yoongi dan Adora datang. Tanpa memberi tahu Jungkook. Mereka duduk di barisan depan, sengaja agar anak itu melihat.
Pertandingan berjalan dengan suasana cukup panas karena ujung tombaknya terbakar ambisi dan emosi. Jungkook terlihat mengerahkan semua tenaganya hingga ada beberapa pemain yang cedera karena tidak sengaja bertubrukan.
Yoongi yang melihat cara bermain Jungkook cukup kasar, mengernyitkan keningnya kebingungan. Ia sudah jarang bermain basket, tetapi ia mengerti karena dulu sempat sering bermain bersama Namjoon. Sejak kapan Jungkook bermain se-agresif itu?
Pertandingan dihentikan karena beberapa mengeluh permainan tim Jungkook kasar. Pelatihnya pun beberapa kali sudah memberi peringatan. Akhirnya, Jungkook disimpan sebagai cadangan sejenak.
Emosinya tentu semakin membara karena niat awalnya ingin menjadi MVP, tetapi malah disimpan di bangku cadangan.
Lelaki itu memutuskan untuk meninggalkan lapangan karena jika emosinya belum reda, tidak mungkin ia bisa terjun kembali.
Yoongi mengikuti arah larinya Jungkook. Adora pun mengikuti kekasihnya. Meskipun tidak terlalu mengerti tentang olahraga basket, gadis itu menyadari Jungkook sedang tidak stabil. Tanpa jelas mengetahui penyebab calon adik iparnya itu emosi, ia hanya ingin meredakan amarahnya. Tidak baik menjalankan hari dengan suasana hati buruk seperti itu.
"Jungkook!" Panggil Yoongi. Mereka berhenti di tempat parkir yang luas, tanpa ada orang satupun.
"Hyung?"
Jungkook bingung, pasalnya ia tidak tahu Yoongi datang.
"Ada apa? Kenapa permainanmu sangat kacau tadi?"
Jungkook diam. Tidak mungkin ia mengatakan yang sebenarnya. Tapi ia juga ingin berkeluh kesah. Sudah cukup selama ini ia berusaha terlihat tegar ketika kasih sayang Ayah dan Appa terbagi dan lebih banyak mengurusi Taehyung.
"Ada yang mengganggu pikiranmu belakangan ini?"
Tidak ada suara yang keluar dari bibir tipis itu. Jungkook lebih memilih untuk bungkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I C A R U S ✔
FanficSudah biasa dengan kamera, media, dan gelimang harta. Pasangan pemilik salah satu agensi terbesar di California- Kim Namjoon, dengan supermodel papan atas- Kim Seokjin, selalu menghiasi layar kaca dan dunia maya. Bukan hal mudah membesarkan 5 anak a...