Takut

4.1K 349 44
                                    

Jimin sudah lebih baik dari sebelumnya. Bahkan anak itu sudah merasa sangat normal saat ini. Meskipun kejang saat itu cukup parah, tapi setelah istirahat berhari-hari pun ia merasa pulih kembali.

Biasanya ia akan merengek, meminta untuk pulang kepada setiap perawat yang masuk untuk memeriksa keadaannya. Bahkan ketika tubuhnya masih lemah dan untuk duduk pun tidak mampu, anak itu akan berusaha meyakinkan agar diizinkan pulang. Tapi berbeda dengan sekarang, Jimin tidak ingin pulang cepat.

Ia sesekali sering mengunjungi ruangan Taehyung yang memang bersebelahan. Tapi Seokjin tidak mengizinkan dirinya untuk berlama-lama di kamar adik kembarnya. Jimin juga masih butuh istirahat, alasannya.

Ketika Seokjin sama sekali tidak mengunjunginya, tidak ada sepercik pun rasa kesal atau cemburu karena Taehyung lebih diperhatikan. Justru ia sering takut kehilangan Taehyung sewaktu-waktu karena tidak ada yang menjaganya dan itu berarti tidak akan ada yang memberitahu apapun tentang keadaan Taehyung.

Saat Namjoon ke rumah sakit, ia sering ditemani hingga esok hari. Tapi katanya RME sedang ada sedikit kendala. Jadi, Jungkook disuruh untuk menemani Jimin. Awalnya Jimin menolak karena merasa tidak perlu ditemani dan sudah tidak apa-apa. Namun Namjoon tetaplah Namjoon, akan selalu protektif kepada anaknya.

Di sini lah Jungkook sekarang. Berbaring di sofa-bed sambil memainkan handphonenya. Sejak tiba, wajah Jungkook memang tidak terlalu terlihat ceria seperti biasa. Entah apa yang membuatnya lebih sering emosional semenjak mengikuti program akselerasi. Bisa saja sebenarnya ia merasa jenuh, Jimin pikir. Tapi ia juga tidak bisa membiarkan Jungkook termakan pikiran jenuhnya sendiri.

"Kookie, apa ada masalah? Kau terlihat murung."

Jungkook menatap Jimin sekilas, lalu kembali menatap handphonenya malas. "Tidak ada apa-apa, hyung."

"Temani aku jalan-jalan, mau tidak?"

"Yang benar saja, ini sudah malam." Nadanya terkesan dingin, terdengar bukan Jungkook sekali.

"Tapi aku bosan. Kalau di sini terus, bisa-bisa aku semakin sakit." Jungkook menghela napas, mungkin ia juga sebenarnya tidak ingin menemani Jimin di sini karena satu dan lain hal.

"Antar aku ke kamar Taetae saja deh, mau?"

Jungkook mengangguk singkat. Saat akan mengambil kursi roda di ujung ruangan, Jimin memberhentikan kegiatan adik bungsunya. "Tidak usah pakai kursi roda. Aku ingin jalan sendiri."

"Hyung, kau bisa jatuh kalau tidak menggunakan kursi roda. Lagipula, seharusnya kau jangan terlalu banyak bergerak."

"Aku bisa, Kook."

Saat Jimin menapakkan kakinya ke lantai, ia meringis karena pusing langsung menderanya. Sudah lama tidak berdiri, membuat kakinya lemas. Jungkook segera menghampiri Jimin yang terlihat bisa tumbang kapan saja.

Perlahan tapi pasti, mereka berjalan ke arah ruangan Taehyung. Untung sekali tidak jauh.

Ketika mereka membuka pintu, terlihat Seokjin yang sedang tertidur dengan wajah lelahnya. Karena mudah terbangun, suara derap langkah kaki yang hampir tidak terdengar pun bisa membangunkan Seokjin.

"Chim, Kook?"

"Maaf Ayah, aku mengganggu." Ucap Jimin.

Seokjin menggeliat pelan untuk mengusir rasa kantuknya. Jimin segera diambil alih dari genggaman Jungkook.

"Taehyung bagaimana, Ayah?"

"Dokter Kang belum memberi tahu kabar pasti kapan adikmu bangun. Hanya saja, operasinya berjalan lancar dan jantungnya tidak memberontak. Itu cukup membuat Ayah bahagia."

I C A R U S  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang