Tengah Malam

4.6K 372 42
                                    

⚠️Jangan lupa jawab question(s)nya di bawah yaa, biar aku makin semangat ngelanjutin ICARUS 💖⚠️

Tidur Jimin terusik oleh suara rintihan kecil di sampingnya. Butuh beberapa saat untuk mengingat bahwa ia tidur bersama Taehyung.

Setelah sadar, anak itu segera mengecek keadaan Taehyung yang sudah banjir keringat. Wajahnya terlihat pucat, nafasnya terdengar berantakan, tidurnya terlihat terganggu. 

"Tae.." Jimin berusaha untuk membangunkan Taehyung. Adiknya masih saja bergumam lirih dalam tidurnya. Mungkin kali ini Taehyung mimpi buruk.

"Tae, ayo bangun. Kau mimpi buruk." Jimin masih menggoyangkan tubuh Taehyung pelan. Wajah Taehyung ternyata sedikit membiru ketika Jimin lebih menelitinya. Segera tangan kiri Taehyung diraihnya dan dengan hati-hati Jimin memeriksa nadi anak itu. Detakannya terasa cepat, itu sinyal bahaya.

"Taehyung, aku mohon bangun! Tae!" Jimin mulai meninggikan suaranya agar Taehyung bangun.

Seketika Taehyung terbangun dengan wajah paniknya. Otaknya masih belum mencerna keadaan terkini. Ia masih mengingat dengan jelas mimpi buruknya, tetapi di hadapannya ada Jimin yang terlihat khawatir. Ia bingung ini masih mimpi atau dirinya sudah bangun.

"Hey hey, sadar." Jimin menepuk pelan pipi Taehyung. Setelah sekian detik, Taehyung langsung memeluk Jimin erat dengan tangisan yang pecah. 

"Jimin, jangan tinggalkan aku." Taehyung memeluk Jimin lebih erat.

"Kau mimpi buruk, aku tidak kemana-mana."

"T-tapi tadi terasa nyata."

"Sudah sudah, aku tidak pergi. Kau harus tenang ya, kasihan jantungmu."

"Jangan tinggalkan aku, Jimin."

"Taehyung, kau gemetar hebat. Sudah ya, tenangkan dirimu. Atur juga nafasmu. Mau Ayah atau Appa menemani?" Taehyung hanya menggeleng dan pelukannya perlahan dilepas.

Jimin menatap adiknya penuh perhatian. Tangan gemetar itu digenggam dan kalimat penenang terus diucapkan sampai Taehyung merasa lebih baik.

"Ingin cerita?" Tawar Jimin. Taehyung yang masih berantakan hanya menggelengkan kepalanya.

"Kau merasa sesak? Ingin memakai oksigen?"

"T-tolong inhaler saja, J-jim."

Jimin mengambil inhaler di tas adiknya itu dan mengambil tabung oksigen di pojok ruangan, untuk berjaga-jaga.

Jimin membantu Taehyung untuk duduk lebih tegak. Ia juga membantu adiknya menggunakan inhaler karena tangan Taehyung masih bergetar hebat.

"Masih sesak?" Taehyung mengangguk. Jimin mengusap punggung Taehyung berharap sesak adiknya berkurang. Taehyung menyentuh tangan Jimin yang menggenggam inhaler, tanda bahwa ia masih membutuhkannya. Jimin kembali menghadapkan inhaler itu ke mulut Taehyung lalu menekan tombolnya.

Anak itu menunggu beberapa saat karena Taehyung tidak bisa diberi inhaler lebih dari tiga kali.

"Ahh.."

Taehyung terlihat mengernyitkan keningnya dan terlihat kesakitan.

"Tae, ada apa? Jangan membuatku panik."

Taehyung menekan dada sebelah kirinya. Saat itu juga jantung Jimin terasa jatuh ke lambung. Ia panik. Ini dini hari dan Taehyung kambuh.

"Sebentar, aku panggilkan Ayah." Taehyung menahan Jimin yang akan beranjak meninggalkannya.

"Tae, jangan bercanda! Aku akan panggilkan Ayah sebentar!"

"J-jangan."

"Kenapa?! Kita harus ke rumah sakit!" Sungguh, Jimin sangat kalut sekarang.

I C A R U S  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang