"Hari ini kau ada kelas pagi, Yoongi?" Namjoon bertanya kepada anaknya yang terlihat sudah sangat siap dengan kemeja flanel hitam putihnya.
"Iya." Yoongi mengambil roti isi selai coklat yang Seokjin buat dan memakannya.
"Kira-kira kau lulus tahun depan atau semester depan?" Tanya Seokjin. Jarang mendengar keluh kesah anaknya yang satu ini membuat pria itu kehilangan sebagian informasi terkini.
"Aku usahakan semester depan."
"Jangan terlalu terburu-buru. Kau lulus di usia delapan belas tahun? Yang benar saja."
"Aku ingin lulus dari UCLA bersamaan dengan kelulusanku di GCU. Aku harus lulus tahun depan dari UCLA? Yang benar saja." Yoongi menirukan gaya bicara Seokjin.
Namjoon mengerutkan keningnya, "Liberal arts-mu selesai semester depan?" Yoongi hanya menganggukkan kepalanya.
"Bagus bukan? Aku berulang tahun, sekaligus lulus dari dua universitas."
Seokjin menggelengkan kepalanya terlalu kagum atas kemampuan anaknya di bidang akademik. Sungguh meskipun selama tujuh belas tahun ini ia yang memberinya makan dan mengurus segala asupan nutrisi, namun ia masih tidak mengerti bagaimana bisa anaknya lulus di usia delapan belas tahun dari dua universitas, tidak melupakan fakta bahwa UCLA adalah termasuk daftar salah satu universitas terbaik di dunia.
"Appa tidak pernah melihatmu berkencan. Kau tidak bosan dengan keseharianmu?"
"Mempermainkan melodi lebih menarik perhatianku daripada mempermainkan hati perempuan."
Sungguh. Yoongi memang berbeda, sangat berbeda.
"Setidaknya kau jangan terlalu fokus dengan duniamu sendiri. Carilah hal yang mengalihkan perhatianmu sejenak. Jangan terlalu fokus pada satu hal, Yoon."
"Apa Ayah siap jika besok, sepasang suami istri datang ke rumah ini meminta anak Ayah bertanggung jawab karena telah menyetubuhi gadisnya? Aku malas." Anak itu memang terlalu berterus terang dalam segala hal, termasuk setiap kalimat yang diucapkannya.
"Terserah dirimu saja lah." Ucap Seokjin pasrah sambil menggelengkan kepalanya.
Jimin mendorong kursi roda Taehyung dan bergabung di meja makan.
"Dimana Hoseok dan Jungkook?" Tanya Seokjin.
"Sedang mandi, sebentar lagi turun." Balas Taehyung.
"Oh Yoongi-hyung, sepertinya kau harus mengajak gadis itu kencan." Jimin tiba-tiba mengembalikan topik.
"Benar hyung!" Sahut Taehyung.
Yoongi tidak menggertak atau memotong ucapan adiknya. Ia sama sekali tidak terusik oleh ucapan keduanya, seperti menganggap angin lalu.
"Ternyata anak Appa sudah memiliki kekasih. Kenapa tidak bilang? Tidak usah malu-malu, Yoongi."
Anak itu menghela nafas, malas untuk menjelaskan tetapi hal ini harus ia luruskan daripada semuanya berisik bertanya ini itu kepadanya.
"Sebenarnya ada satu gadis yang sejak lama sering menggangguku. Kami satu tim dalam suatu projek, jadi dia memiliki kesempatan untuk lebih sering mengobrol denganku."
"Apakah dia gadis yang baik?"
"Tidak."
"Mengapa?"
"Dia berani mengganggu berarti tidak baik."
Namjoon hanya tertawa mendengar penuturan anaknya. Sebentar lagi anak itu akan lulus, tapi tetap saja jiwa polosnya masih menempel erat dalam jiwanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I C A R U S ✔
FanfictionSudah biasa dengan kamera, media, dan gelimang harta. Pasangan pemilik salah satu agensi terbesar di California- Kim Namjoon, dengan supermodel papan atas- Kim Seokjin, selalu menghiasi layar kaca dan dunia maya. Bukan hal mudah membesarkan 5 anak a...