Jimin Berandal

3.9K 346 34
                                    

"Jimin, lukamu harus dibersihkan."

"Tidak. Aku ingin menunggu Taehyung hingga bangun."

"Jimin, hanya sebentar. Setelah itu, kau bisa kembali ke sini."

"Appa, bagaimana jika Tae bangun saat aku membersihkan lukaku?"

Namjoon menghela nafas, "Membersihkan luka tidak memakan waktu hingga satu jam, nak."

"Tetap saja. Aku tidak mau."

Jimin masih kokoh untuk menunggu Taehyung. Keadaan adiknya tadi sempat drop. Detak jantungnya hilang selama satu menit, itu yang membuat Jimin tidak ingin pergi dari ruang tunggu ICU.

Hoseok juga sudah datang bersama Dawon. Namun, untungnya gadis itu tidak lama berada di rumah sakit. Hanya berbincang sedikit, lalu izin pulang untuk mengurus sesuatu. Hoseok juga sebenarnya tidak terlalu peduli eksistensi kakaknya sejak Taehyung di dalam sana sedang berjuang sendiri.

Yoongi segera ke rumah sakit setelah menyelesaikan kelasnya. Padahal, awalnya ia membawa kabar bahagia. Liberal arts-nya akan selesai hari ini, tanpa siapapun yang menyadari. Ia bisa lulus minggu depan. Tapi ternyata Taehyung masuk rumah sakit, jadi ia pikir ini bukan waktu yang tepat untuk menyebarkan berita cukup membahagiakan ini.

Jungkook terlihat lelah karena baru selesai latihan basket, ditambah berita Taehyung masuk rumah sakit. Membuat anak itu terlihat sangat murung.

Dokter keluar dari ruangan. Wajahnya sulit ditebak. Dikatakan membawa berita sedih pun sang dokter tidak terlihat begitu menyedihkan.

"Tae bagaimana, dokter?" Tanya Jimin secepat mungkin sambil menghampiri dokter itu.

"Keadaannya masih lemah. Tadi kami sempat kehilangan detak jantungnya, tetapi Taehyung masih bisa bertahan sejauh ini. Untuk memastikan keadaannya, Taehyung belum bisa dipindahkan ke ruang rawat. Kali ini ia butuh penanganan intensif." Dokter itu memberi jeda, "Ada yang perlu dibicarakan, Tuan Kim. Mari ke ruangan saya." 

Tirai jendela yang sejak tadi ditutup, akhirnya dibuka. Terlihat Taehyung dengan selang yang melilitnya, juga dada yang naik turun secara teratur. Jimin ingin memeluk adiknya, memberikan kekuatan. Tetapi pada kenyataannya, ia hanya bisa melihat Taehyung terhalang oleh kaca.

"Hyung, jangan menangis. Taetae tidak pernah suka hyung seperti ini." Ucap Jungkook menenangkan Jimin.

Hoseok hanya mengusap wajahnya kasar, merasa sangat tertekan. Yoongi pun hanya bisa menatap sedih adik-adiknya.

Yoongi sebenarnya kurang mengerti apa yang terjadi. Apakah benar Taehyung dibully di sekolah? Tapi selama ini Taehyung selalu menempel dengan Jimin. Saat Jimin tidak ada pun selalu ada Hoseok yang menggantikan Jimin sebentar karena tingkat kelas mereka memang berbeda. Seperti tidak ada celah bagi orang-orang berandal untuk membully Taehyung. 

Lagipula, apa masalahnya? Taehyung anak yang baik. Tidak pernah mencari masalah seperti Jimin. Apa karena ada dendam kepada Jimin namun tidak bisa menyalurkannya? Entahlah.

"Jim, aku ingin bertanya." Ucap Yoongi datar. Akhirnya Jimin melepaskan pandangannya dari Taehyung yang terbaring lemah.

"Apa yang terjadi dengan Jinyoung?" Benar. Yoongi sedikit kenal dengan Jinyoung. Sebatas Jinyoung adalah musuh bebuyutan Jimin dan adiknya itu selalu bolak-balik ruangan kedisiplinan karena bertengkar dengannya.

"Sebelumnya aku tidak begitu tahu. Tapi setelahnya, aku memukuli makhluk itu hingga tidak bangun lagi."

"Astaga.." Lirih Hoseok sambil menatap adiknya itu tidak percaya. Jimin bisa se-kasar itu jika sisi lainnya dibangunkan.

I C A R U S  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang