Bagian 21

140 10 0
                                    

"Taehyung-ssi.. biar aku yang membawa makananku sendiri." Tanganku berusaha meraih nampan yang berisi makananku.

"Plaak!! Biar aku yang membawanya. Tanganmu kan sedang terluka" ia memukul pelan tanganku

"Yaa!! Kenapa kau memukul tanganku? Yang terluka kan lengan atasku. Lagipula ini tidak begitu terasa sakit"

"Sudahlah .. aku lapar ayo kita masuk dan makan" kataku berjalan mendahuli taehyung.

"Tunggu dulu.. aku tak tau dimana ruang kerjamu?" Kataku tiba-tiba berbalik dan melihat taehyung. Taehyung tidak berkata apa-apa dan berjalan mendahuluiku. Ia menuju ruangan yang hanya berbeda beberapa pintu dari kamar kami. Ia meletakan makananku dimeja kecil didepan sofa yang sama seperti di kamar tidur kami. Lalu ia duduk dan mengambil sumpitnya.

"Hea-ya.. cepat duduk disini. Kau berkata kau sangat lapar tadi.?" Kata taehyung sambil menepuk sofa disampingnya yang masih kosong.

Aku membulatkan mataku dan berjalan menuju tempat yang taehyung tunjukan tadi. Ada apa dengan diriku? Apa aku menjadi bodoh setelah tertembak kemarin? Tapi yang tertembak kan lenganku bukan kepalaku.

Taehyung melihatku tak sabaran. Aku yang hanya bengong memegang sumpit tiba-tiba disodorkan makanan didepan mulutku. Aku menoleh melihat taehyung yang menyodorkan makanan tersebut.

"Ah.. maafkan aku. Aku bisa memakan makananku sen..." taehyung memasukan makanan kedalam mulutku yang belum selesai mengatakan kalimatku. Setelahnya aku hanya bisa menguyahnya dan melanjutkan untuk memakan makananku tanpa suara.

Makan malam yang sunyi pun akhirnya selesai.

"Biarkan saja disini, aku akan memanggil pelayan untuk membereskannya. Kau bisa kembali kekamar untuk beristirahat." Taehyung berkata karna melihatku yang akan merapikan piring makanan kami.

"Hmm baiklah" aku berdiri dan keluar dari ruangan tersebut.

"Apa aku terlihat gugup? Apa tadi adalah awal yang baik?" Taehyung bertanya pada dirinya sendiri sambil mengusap-usap wajahnya ketika hea sudah keluar dari ruang kerja taehyung.

"Apa yang sudah ku lakukan? Pasti itu sangat membuatnya tak nyaman" hea menggerutu sembari berjalan menuju kamarnya.

Sudah 3jam aku berusaha memejamkan mataku, tapi aku tak bisa tertidur. Rasa kantukku seolah-olah menghilang entah kemana. Aku berjalan menuju balkon dan menghirup udara malam yang terasa sangat menenangkan. Aku merasa seperti ada sesuatu yang sangat aku rindukan, tapi aku tak tau itu apa. Angin malam yang dinginpun tak mengusikku sama sekali.

Saat aku hanyut dalam pikiranku, tiba-tiba ada sebuah jaket yang menggantung dibahuku. Saat menoleh taehyung sudah berdiri disampingku.

Aku mengeratkan jaket yang taehyung berikan ketubuhku.
"Apa kau sudah selesai bekerja? Aku akan tidur sekarang. Kau juga sebaiknya beristirahatlah" kataku berjalan melewatinya. Tapi tangan taehyung yang hangat lebih dulu memegang tanganku. Aku yang bingung tak berani untuk menoleh padanya. Lama ia memegang tanganku tanpa bicara apapun, lalu dengan satu gerakan yang tak terduga ia memeluk dari belakang.

"Hea-ya.. maafkan aku. Aku selama ini pasti sudah sangat menyakitimu. Aku tau kau sangat membenciku dan tak menyukaiku. Tapi asal kau tau, aku tak pernah sama sekali membencimu hea-ya. Dan bolehkah kau memberiku kesempatan untuk membuatmu jatuh cinta padaku?"

Aku yang tak tau harus mengatakan apa hanya diam tak bergeming. Melihatku tak menjawab apapun, taehyung melepaskan pelukannya dan menyuruhku untuk tidur.

Keesokan paginya aku tidak melihat taehyung dimanapun, bahkan hingga hari mulai gelap ia juga belum menampakan batang hidungnya dirumah. Kemana dia? Pikirku.

Sudah lewat seminggu taehyung tak juga pulang. Ia juga tak memberi kabar padaku. Terakhir aku bertanya kepada kepala pelayan, ia mengatakan bahwa taehyung ada urusan penting dengan kantor pusat di jepang. Kepala pelayan mengatakan taehyung tak ingin membangunkanku yang baru tertidur untuk berpamitan. Jadi ia menitipkan pesannya kepada kepala pelayan dirumah.

Lama kelamaan emosiku memuncak, sudah lewat seminggu tapi taehyung tak mengabariku sama sekali. Karna harga diriku, aku pun juga tak menghubungi taehyung.

Aku meminta kepala pelayan menyiapkan sebotol wine untukku dikamar. Sehabis mandi aku meminum segelas wine dengan gaun tidur yang sangat terbuka. Jam sudah menunjukan pukul 9malam. Dan aku sudah menghabiskan setengah dari botol wine tersebut sambil mendengarkan lagu klasik kesukaanku.

"Ckleek" pintu kamar tiba-tiba terbuka dan menampakan sosok taehyung yang datang. Aku yang melihatnya hanya meliriknya sekilas dan melanjutkan untuk menyesap wineku yang masih tersisa setengah digelasku.

"Hea-ya .. apa kau tak terlalu banyak minum wine?" Tanyanya padaku

"Apa urusanmu?" Jawabku ketus. Sebenarnya aku sudah sedikit pusing. Toleransiku terhadap alkoholpun tak begitu bagus.

"Ada apa denganmu?" Taehyung berjalan menghampiriku.

"Kau.. kau menganggapku apa selama ini? Pajangan?" Kataku marah padanya.

"Apa madsudmu?"

"Kau selalu pergi dan menghilang tanpa memberitahu atau mengabariku. Ahh.. aku lupa, siapa aku??" Kataku mulai meracau tak jelas karna dibawah pengaruh alkohol.

"Hentikan acara minummu ini. Kau sudah mabuk" taehyung berbicara sambil mengambil gelas wineku.

"Ahhhh.. berikan padaku. Dasar jahat" aku mulai merengek padanya.

"Kau benar-benar tidak menghargaiku taehyung-ah. Kau benar-benar laki-laki jahat. Kau mengatakan kata-kata manis padaku., lalu membuatku berfikir terus tentangmu dan setelahnya kau pergi menghilang. Kau benar-benar jahat." Kataku marah sambil memukul dadanya.

"Maafkan aku jika membuatmu berfikir begitu. Maafkan aku" ia mengatakan maaf sambil memegang tanganku.

"Kau bertanya padaku, apakah aku bisa memberimu kesempatan untuk membuatku jatuh cinta? Yaa.. aku akan memberikannya." Aku menatap taehyung dengan mata sayuku.

Destin (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang