Bagian 27

108 8 0
                                    

"Nona hea.. wanita itu.. sudah diusir oleh tuan taehyung." Aku membelalakan mataku mendengar jawaban kepala pelayan tersebut. Tega sekali dia mengusir wanita yang tengah mengandung anaknya. Walaupun wanita tersebut telah menghancurkan rumah tanggaku dan dia juga bukan wanita yang baik, tapi hatiku tetap tak tega mendengarnya. Aku mengambil handphoneku yang sudah tiga bulan ini tidak aku aktifkan. Segera setelah handphoneku hidup aku langsung menghubungi taehyung.

"Taehyung-ah.. ini aku. Semoga saja kau tak melupakanku. Aku sedang berada dirumahmu sekarang. Bisakah kau pulang dalam waktu 15menit? Jika tidak aku akan pergi." Kataku saat mendengar taehyung mengangkat telponku saat nada tunggu pertama baru terdengar.

Taehyung yang mendapatkan telpon dari hea langsung buru-buru meninggalkan kantornya untuk bertemu hea. Dia sudah sangat merindukan wanita itu. Tigabulan waktunya hanya untuk mencari wanita tersebut yang entah dimana keberadaannya. Sekarang, wanita itu muncul dan bahkan mau menghubunginya kembali. Taehyung tak ingin kehilangannya lagi dan membuang kesempatan yang ada untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya tiga bulan yang lalu. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi dijalanan menuju rumahnya. Ia berlari kedalam saat melihat mobil hea terparkir dihalaman rumahnya. Bibi pelayan yang melihat kedatangan taehyung memberi tahu bahwa hea berada diatas didalam kamarnya. Taehyung berlari menaiki tangga menuju kamarnya, ketika sampai didepan pintu kamar, taehyung mengambil nafas dalam dan menghembuskannya. Ia menenangkan debar jantungnya dan membuka perlahan pintu kamarnya.

Pemandangan punggung hea yang mengenakan sheath dress hitam sedang berdiri ditempat faforitnya yaitu dibalkon kamar ini. Itu menjadi hal pertama yang taehyung lihat saat membuka pintu kamarnya. Rambutnya yang ia potong pendek diterpa angin sore yang membuatnya tampak begitu indah. Taehyung berjalan sangat perlahan kearahnya. Hea yang menyadari kedatangan taehyung membalikan badannya dan melihat taehyung berdiri tak jauh dari hadapannya.

"Aku hanya mampir sebentar untuk menyerahkan ini" kataku tanpa berbasi sambil menyerahkan amplop yang berisi surat gugatan perceraian kami.

"Aku akan pergi sekarang." Baru aku melangkahkan kakiku satu langkah. Ia sudah menahanku. Taehyung melempar asal surat yang aku berikan dan menarikku kedalam pelukannya.

"Taehyung-ah.. lepaskan aku." Kataku berusaha tenang.

Dia tak memperdulikan apa yang aku ucapkan padanya. Sekarang taehyung malah menenggelamkan kepalanya pada leherku. Aku yang mulai jengah mendorongnya sekuat tenaga sehingga pelukannya terlepas. Tapi saat menatap matanya, kesedihan terpancar sangat jelas disana. Aku mengalihkan pandanganku dan berjalan melewatinya. Saat tanganku menyentuh gagang pintu untuk membukanya, pintu tersebut terkunci. Aku menoleh padanya yang sudah mengangkat tangannya tinggi-tinggi dengan sebuah kunci digenggamannya.

"Apa yang kau lakukan? Cepat buka pintunya!!" Kataku berteriak.

"Tidak akan. Aku tidak akan kehilanganmu untuk kedua kalinya" taehyung membalikan badannya dan tersenyum smirk khasnya. Tatapannya sekarang berubah menjadi tajam. Ia terus berjalan mendekatiku. Aku menggeser tubuhku hingga punggungku menyentuh pintu kamar ini. Sekarang jarak antar aku dan taehyungpun semakin dekat.

"Mau apa kau? Yaaak!!! Jangan mendekat" aku berteriak karna taehyung sekarang tak memberi jarak padaku. Wajahnya sangat dekat denganku. Bahkan nafasnya menyentuh area wajahku sekarang. Dia menempelkan kedua tangannya di pintu diantara badanku. Tanganku yang aku julurkan kedepan untuk menghadang badannya ditepis dengan sangat mudah olehnya.

"Apa yang kau mau?" Tanyaku memandangnya dengan tatapan kesal. Sepertinya aku telah salah dengan keputusanku untuk datang menemuinya.

"Aku sekarang sangat menginginkanmu" ia berbisik didekat telingaku yang membuatku bergidik. Tak lama taehyung kembali menenggelamkan kepalanya di leherku. Nafasnya yang hangat bisa aku rasakan disana. Perlahan ia mencium lembut leherku. Lalu menyesapnya kuat-kuat disetiap jengkal kulitku membuatku merasakan geli dan juga sakit bersamaan.

Destin (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang