Sudah dua hari sejak jeongyeon menjenguk nayeon. Ia tak lagi murung dan lesu malahan dia terlihat bahagia dan malah lebih bahagia daripada hari dimana ia mulai melupakan nayeon.
Tak sedikit pula orang yang membicarakan alasan dibalik kebahagiaan yang jika dipikir-pikir cukup aneh. Apalagi ketika orang terdekatnya sedang sekarat.
Setelah pulang kuliah, jeongyeon menyempatkan diri untuk membeli mi instan di supermarket lalu menyantapnya. Seperti biasa, dia selalu terburu-buru dan menghindari telat sebagai alasannya.
"Masih 10 menit" gumamnya setelah sampai di kafe tempatnya bekerja.
Jeongyeon duduk sambil bermain game untuk membunuh kesuntukan saat menunggu giliran bekerja tiba.
Tak terasa 10 menit telah berlalu dan seorang pria datang mendekat kepada jeongyeon.
"Jeongyeon, giliranmu kawan. Fighting" ucap seorang musisi yang baru saja menyelesaikan tugasnya.
"Ne, gomawo bogum hyung" balas jeongyeon.
Berdiri dan melangkah dengan tegap menuju sebuah piano yang kini sedang sendirian menanti seorang pianis datang dan bermain dengannya.
Nocturnes, Op. 9: No. 2 in E-Flat Major karya Frédéric Chopin selalu menjadi lagu pembuka setiap ia bermain. Lagu dengan alur lembut dan menenangkan yang menjadi salah satu lagu favoritnya telah menjadi ciri khas setiap ia mulai bermain piano.
Pelanggan yang awalnya hanya datang untuk makan dan bercengkrama dengan kawan dan saudara, kini mereka menaruh penuh indra pendengaran hanya untuk permainan jeongyeon. Setiap lagu yang diberi perasaan bahagia membuat para pendengar merasakan hal yang sama.
Tenang dan hanyut dalam suasana penyajiannya. Hanya itu keinginan jeongyeon di setiap penampilannya.
"Tes..." Jeongyeon mengecek mikrofonnya.
"Pengunjung yang saya hormati, maaf mengganggu sebentar. Tapi adakah yang bisa bermain piano disini? Dan mari kita bekerjasama" sambungnya dan dengan antusias para penggemarnya yang memiliki bakat tersebut saling memperebutkan posisi.
"Oke-oke biarkan Tuan Park yang memilihkan untuk saya" ucapnya lagi sambil menatap park bogum yang sedang duduk dengan penyanyi lain yang juga bekerja disana.
Bogum berjalan dan mendapatkan seorang wanita dari keramaian tersebut.
"Woa" Jeongyeon terkejut dengan siapa yang ia temui.
kini ia mengajak gadis itu menuju bangku piano dan duduk berdua di sana. Begitu dekat hingga tak ada jarak.
Tanpa kesepakatan mereka memainkan sebuah lagu bersama di sebuah piano.
Riuh tepuk tangan mengalun ketika mereka selesai bermain. Begitu banyak pujian terlontar karena permainan spontan yang luar biasa.
Jeongyeon mengajak gadis itu ke depan piano dan membungkuk bersama pada penonton.
"Gomawo mina-ya" jeongyeon mengucap pelan saat membungkuk pada penonton.
"Hmm"
"Wah ada apa nih? tumben ke Seoul" tanya jeongyeon sambil berjalan turun dari panggung.
"Lihat-lihat universitas aja sih, sekalian refreshing" balas Mina.
"Loh, gak sekolah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of My Life
Fanficbercerita tentang kisah hidup jeongyeon yang lebih banyak ke kisah percintaanya dengan gadis" yang pernah menjadi penyemangat hidupnya Perhatian!!! Cerita ini berunsur ~Gender Bender ~kadar halu yang tidak stabil